“Oh... lain kali, kalau mau pulang terlambat, kasih kabar dulu pada orang rumah, atau biarkan Zanjiil menemani mu, nanti kita merasa tenang, ternyata kau ada apa-apa lagi di luar sana.” Pinkan menasehati menantunya, agar tak mengulangi hal yang sama.
“Iya ma, maafkan Kissky.” Kissky merasa bersalah atas kekhilafannya.
“Iya nak, sekarang ganti baju, lalu makan ya.” ujar Pinkan.
“Iya ma.” sebelum Kissky naik ke lantai dua, ia terlebih dahulu menjabat tangan mertuanya.
Setelah itu, ia beranjak menuju kamarnya dengan menaiki anak tangga.
Ia yang baru sampai ke lantai dua, melihat Zanjiil dengan celana pendek berwarna putih di atas lutut, serta kaus oblong warna hitam keluar dari dalam kamarnya.
Pria tampan itu pun berjalan ke arah ia berdiri. “Hei, besok-besok kalau kau melakukannya lagi, ku giling kepala mu di mesin cuci!”
Ya Tuhan, apa sih yang ku pikirkan, bisa-bisa aku memikirkannya, batin Kissky.
“Hari ini di baju, besok di wajah mu! Makanya kalau di bilang tu dengar!” pekik Kissky, ia pun meninggalkan Zanjiil.
Ia yang telah berada dalam kamarnya, merebahkan tubuhnya di atas ranjang, seraya memikirkan hal yang terjadi hari itu.
“Kejadian hari ini benar-benar mengerikan, aku yakin itu nyata, tapi kenapa gadis itu sudah tak ada disana? Apa sebenarnya kita berdua hanya kena prank??” Kissky menjadi bingung, tentang kebenaran yang ia saksikan.
“Apa Liza sudah sampai rumah?” ia yang ingin memastikan keberadaan sahabatnya, memutuskan untuk mengirim pesan.
Apa kau sudah sampai rumah? ✉️ Kissky.
Belum, kau tahu sendiri, jarak dari rumah ku ke sekolah 4 jam, ✉️ Liza.
Oh iya, kau benar, ✉️ Kissky.
Justru itu, aku mau ngekos, rencana lusa aku akan pindah, ✉️ Liza.
Dimana? ✉️ Kissky.
Dekat dengan sekolah kita, tempatnya bagus, banyak juga anak-anak dari sekolah kita disana, ✉️ Liza.
Baiklah, kalau sudah sampai rumah, kabari aku ya, ✉️ Kissky.
Siap, ✉️ Liza.
Setelah selesai berkirim pesan pada sahabatnya, Kissky bangkit dari ranjang untuk mengganti baju.
Setelah itu, ia turun kelantai satu menuju meja makan.
Ia yang baru tiba di dapur melihat Winda sedang mencuci piring.
Ia pun menyapa Art tersebut, “Kakak sudah makan?” tanyanya seraya duduk di kursi meja makan.
“Eh, nyonya...” Winda yang sedang memegang piring buru-buru meletakkannya, dan menurunkan tangan bajunya yang tergulung sampai ke siku.
“Ada apa kak?” tanya Kissky, karena ia melihat wajah Art nya terlihat panik.
“Tidak apa-apa nyah.” setelah selesai menurunkan tangan baju, setelah itu, Winda melanjutkan pekerjaannya.
Kissky memperhatikan gelagat Winda dengan seksama.
“Harusnya tangan baju mu enggak usah di turunkan kak, jadinya basah kan?” Kissky menunjuk ke arah tangan baju Winda.
“Betul nyah, tapi sangat tidak sopan kalau saya melakukannya di hadapan orang rumah.” alasan Winda sedikit tak masuk akal bagi Kissky, karena itu hanya hal sepele menurutnya.
Mungkin, peraturan rumah ini begitu kali, memang sih, semua Art wanita memakai celana panjang hitam dan baju kemeja panjang setiap harinya, batin Kissky.
Ia yang tak ingin memikirkan hal itu pun mengambil nasinya.
“Selesai cuci piring, makan bersama ku kak, kalau kakak belum makan siang,” ujar Kissky yang ingin ada teman makan.
“Terimakasih banyak nyah, tapi saya sudah makan tadi,” sahut Winda.
“Ya sudah kalau begitu.” Winda yang hanya bicara seadanya padanya membuat Kissky merasa tak enak hati, ia berpikir, kalau dirinya menggangu waktu bekerja Artnya tersebut.
Winda yang telah selesai mencuci piring pun, duduk di kursi yang ada di dekat lemari piring.
“Kakak cape? Minum dulu kak,” ucap Kissky, yang berpikir kalau Winda haus.
“Enggak kok nyah,” jawab Winda.
“Lalu, kenapa kakak duduk disitu? Kalau lelah, istirihat di kamar saja.”
“Saya, menunggu nyonya selesai makan,” terang Winda.
“Apa? Kalau masalah piring dan meja makan, kakak enggak usah khawatir, aku akan membereskannya sendiri.” ucap Kissky yang merasa mampu untuk melakukan hal kecil itu.
“Itu sudah tugas saya nyonya,” jawab Winda.
Astaga, apa keluarga Rabbani begitu ketat pada setiap pekerjanya? batin Kissky.
“Aku saja kak, silahkan kakak mengerjakan yang lainnya,” ujar Kissky.
“Maaf nyah, itu tugas saya, dan saya harus mengerjakan, setiap tugas yang di berikan tuan dan nyonya pada saya.” penjelasan Winda membuat Kissky tak bisa mengatakan apapun lagi.
Ia yang telah selesai makan, bangkit dari duduknya, saat Kissky akan mengangkat piring kotornya, Winda menghentikannya.
“Biar saya saja nyonya.” kebaikan yang teramat berlebihan yang Kissky terima, membuatnya tak nyaman.
Meski ia di asuh oleh keluarga kaya raya sebelumnya, namun masih beberapa pekerjaan yang harus ia lakukan sendiri. Akhirnya ia pun meninggalkan ruang makan begitu saja.
Sesampainya ia di ruang tamu, ia bertemu dengan Zanjiil kembali.
“Kenapa wajah mu aneh begitu?” tanya Zanjiil.
“Enggak ada kok.”
jawab Kissky, ia yang akan menuju teras rumah bertemu dengan mertuanya dengan memakai setelan baju kasual.
“Mama mau kemana?” tanya Kissky, sebab saat itu sudah menjelang magrib.
“Ada acara bersama teman-teman mama di luar, kau belajar yang rajin ya di rumah, jangan tidur malam-malam.” Pinkan menasehati menantunya sebelum pergi.
“Iya ma, mama hati-hati di jalan ya.” sebelum beranjak, Pinkan mencium kening Kissky.
Setelah Pinkan keluar rumah, Kissky menuju ruang TV, karena bosan sendirian di rumah sebesar itu.
Ia yang masih hobi menonton animasi anak pun, mencari kartun Doraemon untuk di tonton.
Tv pintar milik mertuanya memiliki fitur canggih seperti di handphone, ia pun mencari kartun favoritnya di yutub.
“Nah! Yang ini belum pernah ku tonton!” ucap Kissky.
Ia yang sedang asyik menonton malah di kagetkan oleh Zanjiil.
“Ya ampun! Sudah besar masih nonton Doraemon?!” Zanjiil mencolek telinga istrinya.
“Apa sih! Terserah aku dong, apa urusan mu?!” ucap Kissky dengan percaya diri.
“Lucu saja lihatnya, harusnya kau nonton berita, acara belajar dan yang lainnya, kau tahu, di sekolah kita persaingannya ketat, dan kalau nilai rata-rara mu kurang, maka kau akan tinggal kelas,” terang Zanjiil.
“Apa? Dari mana kau tahu?” Kissky yang otaknya pas-pasan merasa was-was.
“Di jelaskan di berkas pendaftaran, oh iya, aku lupa, yang mendaftarkan mu mamakan?”
“Memangnya nilai berapa agar lulus dalam 1 mata pelajaran?” tanya Kissky penasaran.
“Minimal nilai B, kalau nilai mu C, apa lagi dapat 3 mata pelajaran, siap-siap remedial, yang langsung di umumkan pakai toa besar, dan itu akan di dengar oleh seluruh penjuru sekolah, bayangkan malunya bagaimana, kalau kau dapat D, sudah! Kau harus mengulang 1 tahun lagi di kelas X, tentunya, orang-orang yang tak berhasil naik kelas, akan di kumpulkan mejadi satu kelas perjurusan.”
Sebenernya Kissky masih ingin menonton Doraemon, namun karena ia takut dengan semua yang di katakan Zanjiil, ia pun segera mematikan tv, dan bangkit dari duduknya.
“Kau mau kemana?” tanya Zanjiil seraya mendongak.
“Tentu saja belajar, memangnya kau! Bisanya cuma main?” setelah itu, Kissky menuju kamarnya untuk belajar.
Aku enggak mau kalau sampai tinggal kelas, batin Kissky.
Zanjiil yang berhasil mengerjai istinya tertawa terbahak-bahak.
“Dasar polos, kurang nilai,nya tinggal sogok gurunya saja, hahaha.”
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Suaidah Hasibuan
keterlaluan zanjilnya
2022-05-17
1
Elisabeth Ratna Susanti
suka 😍
2022-05-08
2
💎hart👑
Sultan mah bebas 😅
2022-05-08
2