"Assalamualaikum Abi, Umi." salam Aretha saat memasuki rumahnya.
"Waalaikum salam, ehh anak Abi sudah pulang." sambut Abi Umar.
"Umi mana Bi?" tanya Aretha sambil menyalami tangan kanan Abi Umar.
"Umi lagi di dapur, sana gih kamu bantu masak."
"Ya udah Aretha ke dapur dulu."
Aretha pun segera berlalu ke dapur menghampiri Umi Fatimah yang tengah berkutat dengan beberapa alat perang ibu ibu.
"Assalamualaikum Umi, Bibi." salam Aretha pada kedua manusia yang berada di dapur.
"Waalaikum salam." balas keduanya.
"Kue pesanan Umi mana?" tanya Umi Fatimah yang melihat tangan Aretha tidak membawa apa-apa.
"Oh iya Aretha lupa, kuenya tertinggal di mobil. Bentar Aretha ambil dulu mi." jawab Aretha dan segera pergi dari sana tanpa menunggu persetujuan dari Umi Fatimah.
"Anak itu ada ada aja." geleng Umi Fatimah melihat tingkah laku anaknya.
"Sabar nyonya, meskipun nona Aretha seperti itu tapi dia juga tetap anak nyonya satu satunya." Sahut bibi.
"Iya dia memang anak saya, tapi entah mengapa sifatnya seperti itu. Tidak mencerminkan sifat saya banget." balas Umi Fatimah di balas senyuman dan gelengan saja oleh bibi yang bekerja di rumah Aretha.
-
Makan malam sudah siap, sekarang mereka tinggal menyiapkan diri untuk menyambut tamu Abi Umar.
"Retha kamu siap siap gih sekalian sholat Maghrib, mungkin sebentar lagi tamu Abi datang." suruh Abi Umar.
"Ngapain pakai siap siap segala sih Bi, orang tamunya tamu Abi kok. Jadi Retha yang gini aja."
"Kan kamu nanti juga harus ikut sebagai terima tamu juga, pokoknya Abi gak mau tahu kamu harus siap siap. Jangan bikin Abi malu deh, masak anak Abi pakaiannya seperti itu." perintah Abi Umar yang tak menerima bantahan.
Bagaimana Abi Umar tidak greget sama Aretha, lihatlah pakaian dia sekarang. Celana kulot panjang, kemeja lengan panjang dan kerudung bergo, mana ada coba cucu kiyai yang berani pakai celana selain Aretha.
"Ya udah biar gak ribet, nanti Aretha makannya di kamar aja. Jadikan Aretha gak perlu siap siap segala." usul Aretha.
"Gak bisa, pokoknya Abi bilang kamu siap siap ya harus siap siap. Abi tidak menerima penolakan." tegas Abi Umar.
"Hufft... iya iya iya, Aretha ke kamar dulu." pamit Aretha berjalan dengan malas menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya serta ganti baju sambil sholat Maghrib.
"Abi ini, jangan keras keras sama anak bisa gak sih. Kasian Rethanya loh." tegur Umi Fatimah.
"Gak salah Umi bilang kayak gitu sama Abi? Bukannya Umi yang lebih sering marahin anak?"
"Iiihh mana ada, Abi fitnah deh." tak terima Umi Fatimah.
"Iya deh iya, Abi salah Abi minta maaf." ngalah Abi Umar agar masalah tidak memanjang. Karena mau bagaimana pun nanti, dirinya tidak akan menang jika melawan istrinya ini.
"Iya di maafin." balas Umi Fatimah.
Setelah itu mereka berdua juga pergi bersiap sekalian juga sholat Maghrib berjamaah.
-
Sementara itu Ghibran sekarang tengah berhenti di sebuah masjid yang sudah dekat dengan rumah kediaman Abi Umar untuk melaksanakan sholat Maghrib terlebih dahulu karena sudah waktunya.
Selesai sholat tak lupa Ghibran berdoa kepada Allah agar di mudahkan dan di lancarkan segala urusannya, dan tak lupa dia juga berdoa agar dia segera di pertemukan dengan jodohnya.
"Ya Allah jika wanita itu adalah jodoh yang engkau kirimkan kepada hamba, maka permudahkan lah jalan hamba untuk mendekati dirinya. Dan jika dia bukan jodoh saya maka periksa sekali lagi ya Allah, mungkin ada yang salah. Dan kalau masih saja bukan jodoh saya, maka jadikanlah saya jodoh dia ya Allah, saya maksa ya Allah." isi doa Ghibran dari lubuk hatinya yang terdalam.
Setelah sholat dan berdoa, Ghibran melanjutkan perjalanannya lagi menuju rumah Abi Umar. Ghibran terlalu senang saat mendapatkan undangan secara langsung dari Abi Umar, karena Ghibran berfikir nanti dia akan bisa merasakan makan bersama keluarga yang lengkap, seperti apa yang dia impi impikan sedari dulu.
Mobil Ghibran memasuki pelataran rumah Abi Umar, di sana Ghibran bisa melihat ada Abi Umar dengan seorang wanita di sampingnya yang sepertinya itu adalah istri tengah menunggu kedatangan dirinya.
Ghibran turun dari mobil dan segera menghampiri pasangan yang sudah menunggunya di depan pintu itu.
"Assalamualaikum Abi." sapa Ghibran mencium punggung tangan Abi Umar, dan setelah itu dia menangkupkan tangan di depan dadanya kepada Umi Fatimah, karena mereka bukan mahram.
"Waalaikum salam nak Ghibran." balas Abi Umar.
"Oh iya perkenalkan ini istri saya namanya Umi Fatimah, kamu bisa memangilnya dengan sebutan Umi." ujar Abi Umar memperkenalkan Umi Fatimah pada Ghibran.
"Salam kenal Umi, saya Ghibran." sapa Ghibran ramah.
"Salam kenal juga nak Ghibran, mari masuk." balas Umi sambil mengajak mereka masuk ke dalam rumah.
Mereka bertiga pun memasuki rumah dan langsung menuju meja makan untuk melakukan makan malam terlebih dahulu sebelum ngobrol ngobrol nanti.
"Aretha cepat keluar, tamunya udah datang nih." teriak Umi Fatimah memangil Aretha yang sedari tadi belum keluar dari kamar.
"Iya Umi bentar lagi jalan." balas Aretha tak kalah berteriak seperti Umi Fatimah.
Aretha berjalan menuruni anak tangga, hingga di anak tangga terakhir dia berhenti karena pandangannya bertemu dengan seseorang.
Deg.
...***...
udah segini dulu, besok lagi😂
Jangan lupa tinggalkan jejak ya😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
abdan syakura
Astaghfirullah babang Ghibran
itu memohon ato memaksa yak??
mumet Aqu...
🙏🙏💪😊
2023-03-16
0
Arindaa
wkwkkwk
jgn lamaa lamaa ya tatapann nya hehee
2023-02-28
0
Nadyne
deg nya kelamaan Thor kasihan jantungnya....mohon up lagi biar ngak jadi serangan jantung....🤣🤣🤣
2022-05-10
0