"Berani sekali kamu mengatakan hal itu! Kamu pikir kamu akan saya terima menjadi mantu?" tanya Pak Didi geram.
Aldo terlihat kesal sekali karena pak Didi tetap saja terlihat pongah, bahkan dirinya pun tidak di suruh untuk duduk terlebih dahulu.
Apa salahnya jika berbicara dengan kepala dingin dan dari hati ke hati? Tidak usah terus berkata kasar jika memang tidak suka, menurut Aldo.
"Tentu saja saya berani, karena saya bersungguh-sungguh mencintai putri anda dan saya juga bersungguh-sungguh ingin memperistri Arumi," jawab Aldo.
Pak Didi tersenyum sinis, dia bangun dari duduknya. Lalu, dia berjalan memutari tubuh Aldo yang kini berada di samping putrinya, Arumi.
"Jangan harap saya akan menerima kamu menjadi mantu karena kamu merasa percaya diri dengan uang yang kamu miliki sekarang," kata Pak Didi seraya menepuk pundak Aldo cukup keras.
Rasa kesal Aldo semakin menjadi, dia benar-benar ingin memukul wajah pak Didi dengan tangan kekarnha. Dia merasa terhina dengan kelakuan dari pak Didi tersebut.
"Lalu, apa yang akan membuat anda menerima saya untuk menjadi menantu anda?" tanya Aldo.
Aldo berusaha untuk menekan emosinya, dia masih ingin mendapatkan restu dari pak Didi. Dia ingin mencoba bernegosiasi.
"Maaf, Aldo. Tapi saya tidak setuju kalau kamu menikah dengan putri saya, saya sudah punya calon yang terbaik untuk putri saya." Pak Didi terlihat menjauhi Aldo dan duduk di sofa.
Rahang Aldo terlihat mengeras, matanya terlihat menatap nyalang wajah pak Didi. Bahkan kedua tangan terkepal dengan erat.
Arumi sangat tahu jika Aldo begitu emosi, dia langsung memeluk Aldo dan menyandarkan kepalanya di lengan kekar Aldo.
Dia berusaha untuk meredam emosi kekasih hatinya itu, melihat kelakuan putrinya tersebut, pak Didi kembali bangun. Lalu, dia menarik tubuh Arumi dari Aldo.
"Berhentilah bersikap manis seperti itu, Arumi! Karena sampai kapanpun Bapak tidak akan pernah setuju jika kalian menikah," kata Pak Didi.
Arumi terlihat menatap bapaknya dengan tatapan penuh sendu, dia tidak menyangka jika pak Didi tidak pernah mau mendukung keinginannya.
"Tapi, Pak. Bukankah bapak dulu berkata jika Bapak menolak Mas Aldo karena Aldo adalah orang miskin, sekarang Mas Aldo sudah banyak uang. Kenapa Bapak masih menolaknya juga?" tanya Arumi.
Untuk sesaat pak Didi terdiam, dia tahu jika dirinya terlihat sangat egois. Namun, entah kenapa dia merasa jika Aldo benar-benar bukan lelaki yang baik untuk Arumi.
"Entahlah Arumi, Bapak tidak tahu. Namun yang pasti, Bapak merasa jika Aldo bukanlah yang terbaik untuk kamu," jawab Pak Didi.
Mendengar akan hal itu, Aldo semakin kesal. Dia benar-benar merasa diremehkan oleh pak Didi, dalam hati Aldo bertekad akan menghancurkan usaha pak Didi.
Tentu saja tujuannya agar pak Didi jatuh miskin dan mengemis ke hadapannya, Aldo menantikan akan hari itu.
"Baiklah kalau Bapak tidak menerima lamaran saya, kalau begitu saya permisi," kata Aldo berusaha bersikap tenang.
Arumi terlihat membulatkan matanya dengan sempurna, dia tidak menyangka jika Aldo tidak akan berusaha lagi untuk meminta dirinya kepada bapaknya.
"Mas! Mas Aldo!" Arumi berkata dengan tatapan mata penuh permohonan, namun Aldo hanya tersenyum.
Dia mengelus pundak Arumi, dia tatap wanitanya dengan penuh cinta. Lalu, dia berkata.
"Mungkin kita tidak berjodoh, Arumi. Maaf karena bukan aku yang menginginkan perpisahan ini, tetapi bapak kamu yang tidak pernah menyetujui hubungan kita. Maaf karena sekeras apa pun aku berusaha, usaha aku tidak pernah berarti di mata bapak kamu," kata Aldo seraya berlalu.
Melihat Aldo yang melangkahkan kakinya untuk keluar dari rumahnya, Arumi langsung berlari dia memeluk Aldo dari belakang.
Dia sandarkan kepalanya di punggung Aldo, lalu tangisnya pun langsung pecah. Dia sudah tidak tahan dengan kondisi seperti ini.
"Jangan tinggalkan aku, Mas. Aku mohon, aku sangat mencintai kamu," pinta Arumi.
Aldo tersenyum, dia elus punggung tangan kekasih hatinya tersebut. Aldo tahu jika Arumi sangat mencintai dirinya, bahkan dirinya pun merasakan hal yang sama.
Aldo bahkan rela menjadi pemujaan Nyai Ratu hanya untuk mendapatkan uang yang banyak, tentu saja tujuannya hanya satu, yaitu ingin memberikan yang terbaik untuk Arumi.
Namun, jika pak Didi terus menolaknya, Aldo merasa harga dirinya sebagai laki-laki terus saja diinjak-injak. Dia tidak rela.
"Maaf, Sayang. Maafin, Mas. Mas tidak bisa menggapai hati bapak kamu, berbahagialah walau tanpa aku." Aldo melepaskan tangan Arumi dari tubuhnya.
Aldo terlihat membalikan tubuhnya, dia menatap Arumi dengan lekat. Lalu, dia menarik lembut Arumi ke dalam pelukannya.
Dia kecup puncak kepala wanita yang sangat dia cintai, dia usap punggungnya dengan sangat lembut.
Mulutnya boleh berkata jika Aldo akan merelakan Arumi asal pak Didi bahagia, namun tetap saja dalam hatinya dia bertekad akan menghancurkan pak Didi.
Dia ingin melihat pak Didi jatuh miskin, agar lelaki itu datang dengan sendirinya menghadap kepadanya dan mengemis kepada dirinya.
Sungguh dia menantikan hari itu tiba, Aldo memutuskan jika besok malam dia akan kembali menemui Nyai Ratu.
Aldo akan kembali meminta bantuan dari siluman ular itu, karena hanya Nyai Ratu lah yang bisa dia andalkan saat ini.
Aldo menerima pelukannya dia tatap wanita yang sangat dia cintai dengan penuh cinta kemudian dia berkata
"Tidurlah, Sayang! Ini sudah sangat malam, aku harap kamu bisa berbahagia dengan apa pun keputusan dari bapak kamu."
Setelah mengatakan hal itu, Aldo langsung pergi tanpa menoleh kearah Arumi. Dia tidak ingin membuat kekasih hatinya lebih sakit lagi jika dia terus berlama-lama di sana.
Arumi langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai, luturnya terasa sangat lemas. Tubuhnya bergetar hebat, pundaknya terlihat naik turun.
Tangisnya tidak bisa dibendung lagi, sakit rasanya. Sakit sekali saat melihat usaha kekasihnya untuk mendapatkan dirinya terus saja mendapatkan penolakan dari bapaknya.
Dia tak menyangka jika bapaknya sangat keras kepala, Arumi sampai bertanya-tanya dalam hatinya.
Harus bagaimana lagi meyakinkan bapaknya tersebut agar mau menerima Aldo sebagai menantunya?
Arumi juga bertanya-tanya, apakah benar saat ini Aldo akan benar-benar melepaskan dirinya?
Karena jujur saja, dia tidak rela jika harus berpisah dari kekasih hatinya, Aldo. Dia sangat mencintai lelaki yang sudah enam tahun ini menjadi lelaki yang begitu pengertian dan begitu mencintai dirinya.
Melihat kesedihan di mata Arumi, pak Didi tentu saja merasa kasihan. Walaupun dia sadar jika yang membuat sakit hati putrinya adalah dirinya sendiri.
Pak Didi terlihat menghampiri Arumi, dia merangkul pundak putrinya lalu menuntunnya untuk duduk di atas sofa. Dia peluk tubuh putrinya, lalu dia kecup keningnya dengan lembut.
"Maafkan Bapak, Arumi. Bukannya Bapak tidak sayang sama kamu, tapi menurut Bapak Aldo bukanlah lelaki yang terbaik untuk kamu."
Setelah mengatakan hal itu, pak Didi terlihat mengurai pelukannya. Kemudian, dia meninggalkan Arumi agar bisa merenungkan apa yang dia katakan kepada putrinya tersebut.
*
*
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Hana Humayra
kalau pak didi terima ceritanya tamat dong.. he.. he
2023-07-02
1
Emak Femes
berarti si bapak punya feeling yg kuat
2022-08-23
0
Emak Femes
hmm ketagihan sm si nyai ratu kan jadinya
2022-08-23
0