Pagi ini Arumi terlihat sudah rapi, karena dia mendapatkan shift pagi. Arumi juga terlihat sangat bersemangat karena tadi malam, dia bisa menghabiskan waktu bersama dengan Aldo walaupun hanya sebentar.
Setelah mematut dirinya di depan cermin, Arumi pun keluar dari dalam kamarnya. Dia langsung melangkahkan kakinya menuju ruang makan, ternyata di sana sudah ada pak Didi yang menunggunya untuk sarapan bersama.
“Selamat pagi, Pak,” ucap Arumi terhadap Bapaknya.
“Pagi juga Arumi, Sayang,” balas sapa Pak Didi terhadap Arumi.
Arumi pun langsung duduk tepat di samping pak Didi, Mereka langsung sarapan bersama karena memang Arumi harus segera berangkat ke Rumah Sakit.
Pak Didi pun harus segera berangkat untuk mengecek usahanya, pak Didi memang mempunyai banyak usaha di berbagai bidang mulai dari rumah makan, kost-kostan, hingga penginapan yang dia bangun tak jauh dari tempat wisata.
“Oh ya, Sayang. Katanya, kemarin malam Reihan menjemput kamu. Tapi kamunya sudah tidak ada di Rumah Sakit, memangnya kamu pulang dengan siapa?” tanya Pak Didi.
Jantung Arumi terasa berpacu dengan sangat cepat, dia takut jika bapaknya curiga kalau Arumi dijemput pulang oleh Aldo.
Akan tetapi, sebisa mungkin Arumi menetralkan perasaannya. Dia tidak boleh kelihatan gugup di depan bapaknya, karena nanti bapaknya bisa curiga terhadap Arumi.
“Itu, Pak. Semalam aku pulang bersama teman,” jawab Arumi.
'Maafkan aku, Pak. Karena aku sudah berbohong, semoga bapak tak marah padaku.' Arumi berkata dalam hati.
“Lalu, kenapa sangat lama? Nak Reihan sampai menunggu kamu lama, dia juga sangat khawatir sama kamu,” ucap Pak Didi penuh selidik.
“Aku mengantarkan temanku dulu ke apotek, Pak. Karena ada beberapa obat yang harus dia beli,” jawab Arumi sambil meringis.
“Oh...” hanya kata itu yang keluar dari mulut Pak Didi.
Setelah merasa yakin dengan apa yang diucapkan oleh putrinya, dia tidak mempermasalahkan hal itu lagi.
Dia lebih memilih untuk menyelesaikan sarapannya, Arumi bisa bernapas dengan lega. Karena ternyata pak Didi bisa dengan mudahnya percaya kepada Arumi, padahal dia mengira akan sulit meyakinkan bapaknya itu.
Arumi segera menyelesaikan sarapannya, selesai sarapan pak Didi mengajak Arumi untuk berangkat bersama.
Hal itu sebenarnya sengaja pak Didi lakukan, agar jika pulang nanti Arumi bisa dijemput oleh Reihan. Karena dia memang sedang berusaha untuk mendekatkan Reihan dengan Arumi.
Karena menurut pak Didi, Rehan lebih layak bersanding dengan Arumi dibandingkan dengan Aldo. Walaupun pak Didi tahu jika sekarang Aldo sudah mempunyai banyak harta. Akan tetapi, dia merasa tetap saja jika Aldo tak pantas bersanding dengan putrinya.
Mobil yang dikendarai oleh pak Didi pun melaju dengan kecepatan sedang, saat mobil tersebut melewati depan perumahan yang Aldo tempati, Arumi sempat kesal.
Karena Arumi melihat ada seorang perempuan yang terlihat keluar dari dalam rumah Aldo, wanita itu terlihat memakai kemeja panjang dengan rok pendek. Terlihat sopan, tapi baju dan rok yang dia pakai terlihat begitu memeluk tubuh wanita itu.
'Siapa wanita itu? Kenapa dia keluar dari rumah Mas Aldo?' tanya Arumi dalam hati.
Dada Arumi tiba-tiba saja terasa sesak, matanya pun ikut memanas. Rasanya dia ingin menangis saja, tapi dia malu dengan pak Didi.
Apa nanti kata bapaknya itu, sudah tahu dia tidak pernah memberikan restu terhadap hubungan mereka.
Kalau tahu ada wanita asing yang baru saja keluar dari rumah Aldo, pasti pak Didi akan lebih mudah untuk menghalangi hubungan mereka.
'Ya Tuhan, siapa wanita itu? Kenapa terasa tak enak hati? Apa Mas Aldo selingkuh? Awas saja kamu, Mas. Kalau sampai ketahuan selingkuh, aku buntungin batang kamu itu.' Gerutu Arumi dalam hati.
Tentu dia hanya bisa mengumpat dalam hati, karena tidak mungkin dia mengatai lelaki yang dia cintai di depan bapaknya.
Arumi bahkan sudah membulatkan tekad, jika dia akan menemui Aldo nanti sore selepas pulang bekerja, dia tidak tenang.
“Sudah sampai,” ucap Pak Didi.
“Eh, sudah sampai ya?” tanya Arumi.
“Ya ampun, Nak. Jangan kebanyakn melamun, nanti Bapak kawinin. Tenang aja.” Pak Didi nampak terkekeh setelah mengucapkan hal itu.
“Issh... Apa sih, Pak? Nikah, Pak. Bukan kawin, Bapak ada-ada saja,” kata Arumi.
Arumi lalu mengecup punggung tangan pak Didi dan mengecup pipinya .
“Arumi pulang telat ya, Pak. Ada yang harus dikerjakan, ini akhir bulan,” dusta Arumi.
“Ya, Sayang. Jangan lupa kirim pesan, nanti Bapak jemput,” kata Pak Didi, Arumi mengangguk setuju.
Padahal dia ingin memberitahukan Reihan agar menjemput Arumi, bukan dia yang akan menjemputnya.
Setelah kepergian pak Didi, Arumi pun langsung masuk ke dalam ruangannya . Dia harus segera bersiap untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang Dokter.
*/*
Waktu seakan terus berlalu, detik berganti menit, menit berganti jam hingga akhirnya sore pun telah menjelang.
Pukul empat sore Arumi langsung memesan taxi dan pergi menuju rumah Aldo, sengaja dia tak memberitahukan kedatangannya terlebih dahulu.
Saat tiba di sana, Arumi kembali melihat perempuan tersebut baru keluar dari dalam rumah Aldo.
Arumi merasa curiga, kenapa perempuan itu bisa keluar dari dalam rumah Aldo. Karena takut mati penasaran, Arumi langsung menghampiri perempuan itu.
“Kamu siapa?” tanya Arumi ketus.
Arumi menatap wajah Yuni dengan tatapan tajamnya, dia merasa tidak suka dengan kehadiran Yuni yang sudah dua kali dia pergoki baru keluar dari rumah Aldo.
“Sa—saya, Yuni.” Yuni yang mendapatkan tatapan tak bersahabat dari Arumi langsung menundukan wajahnya.
“Ngapain kamu? Kenapa kamu bisa keluar dari rumah Mas Aldo?” tanya Arumi lagi.
“Sa-sa—“
“Sayang, Mas kangen. Masuk yuk,” sapa Aldo pada Arumi.
Aldo yang mendengar suara Arumi, langsung keluar dari dalam rumahnya.
“Mas, Wanita itu siapa? Kenapa dia keluar dari dalam rumah, Mas?” tanya Arumi kesal.
Mendengar pertanyaan dari kekasihnya, Aldo langsung terkekeh dia merasa lucu karena ternyata Arumi sangat cemburu ketika melihat Yuni.
“Kenapa malah tersenyum kaya gitu? Aku lagi kesel ini!” Arumi terlihat menghentakkan kakinya beberapa kali, dia sungguh sangat kesal karena Aldo malah menertawainya.
“Yuni kesini mau meminjam uang sama Mas, ibunya sedang sakit dan harus dioperasi. Mas nggak tega, jadi Mas meminjamkan Yuni uang tadi pagi. Sekarang operasinya sudah berhasil, Yuni kemari untuk mengucapkan terima kasih kepada Mas. Kamu tidak keberatan, kan?” kata Aldo.
Senyum dibibir Arumi langsung mengembang, dia merasa senang karena ternyata Aldo tidak berselingkuh.
Akan tetapi, dia hanya menolong orang lain yang sedang kesusahan. Arumi’ pun langsung menghampiri Aldo dan memeluknya dengan erat.
“Maaf, karena sudah berburuk sangka,” kata Arumi manja.
“Tak apa, ibunya Yuni tadi dioperasi di Rumah Sakit tempat kamu bekerja, loh...” kata Aldo
“Benarkah, siapa yang menangani?” tanya Arumi menatap Yuni.
“Dokter Haryani,” jawab Yuni.
“Oh, pantas saja tadi dia tak sempat istirahat. Katanya ada operasi usus buntu,” jelas Arumi.
“Ya, Nona. Ibu saya memang habis menjalani operasi usus buntu,” kata Yuni.
*
*
BERSAMBUNG....
Selamat siang, selamat beraktivitas. Kuy ramein sama like dan komentnya, biar Othor semangat buat updatenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Santi Rizal
pasti Aldo bohong tuh
2024-08-28
0
Emak Femes
seriusan nih aldo kagak ngapa2en sama si yuni?
2022-08-23
0
Emak Femes
eeeh ternyata dia sudah tahu tho
2022-08-23
0