Aku tak mengerti, apa yang dia rasakan...
.......
.......
.......
.......
...SADNESS...
.......
.......
.......
.......
"Udah bangun lo beban bumi?" Tanya William menatap Seren dari bibir pintu kamar.
Seren yang masih setengah sadar mengucek pelan matanya, berusaha untuk memfokuskan pandangannya yang sedikit buram.
"Ah, oh rupanya pemilik rumah. Ada apa gerangan dirimu sampai bersusah payah untuk ke kamarku?" Tanya Seren masih di tempat tidurnya.
"Gak usah banyak bacot, cepetan lo ikutin gua!" Perintah William berjalan pergi.
Seren yang tidak mau ambil pusing hanya mengikuti saja.
.
.
.
"Makan."
Seren menatap tak percaya kearah meja makan, disana sudah tersaji lauk-pauk komplit. Entah bermimpi apa, yang jelas Seren langsung duduk dan mulai makan tanpa diminta.
"Habiskan makananmu dengan cepat, karna sebentar lagi waktunya sekolah." Kalimat William yang sialnya sukses membuat Seren langsung menganga hingga makanannya terjatuh keluar.
"Kau jorok sekali, cepat bersihkan kotoran itu!" Maki William dengan cepat menunjuk Seren dengan sarkas.
"Baik tuan." Balas Seren malas.
.
.
.
.
'Aku tidak tau kenapa otaknya bisa korslet hari ini.'
Imbuh Seren didalam hati. Dengan sibuk memikirkan Ducati semewah ini dipakai hanya untuk mengantar anak tidak jelas sepertinya ke-sekolah. Bukan bermaksud merendahkan sekolahnya sendiri, namun bagaimana bisa mobil mewah dikendarai dijalan becek penuh lumpur? Namun jika itu pria pirang bermata biru dengan sifat monster, Seren yakin itu bisa saja.
Ditambah dengan gaya nyentrik-nya itu. Leather jacket black-white dan T-shirt putih tanpa kerah dipadukan dengan celana Cargo milo, serta sepatu cowboy boots, jangan lupakan kacamata hitam yang tersampir apik menutupi matanya yang indah, sekilas penampilan ini biasa saja, tapi bagi Seren yang sudah sering melihat orang kaya, penampilan ini terkesan mahal hanya untuk tampilan sederhana. Oleh karena itu ia menyebutnya nyentrik.
"Aku tidak akan mengatakan ini dua kali, tapi setelah pulang kau harus kembali dengan cepat." Ucap William seraya kedua tangannya terlipat di stir mobil, kepalanya sengaja diletakkan di atas kedua tangan.
Seren yang sudah keluar dari mobil dan hendak menutup pintu mobil seketika berfantasi.
" Jangan apa-apakan aku, " Teriak Seren keras.
" Apa kau bilang? Setelah kau menumpang percuma dirumah ini, kau malah melawanku?" Ucap William langsung meraih ujung baju Seren.
Sekarang cepat lepaskan pakaian kumuh ini, aku tidak menampung orang secara gratis, kau tau. Ada harga yang harus dibayar. " Lanjut William menatap menatap tubuh Seren lapar.
"TIDAKKKKKkkk......."
"DAKKKKKKKKKKK...." Teriak Seren hingga dunia nyata.
PUK!
"Berhentilah berteriak seperti orang dikejar maling." Maki William memukul Seren dengan sampah yang cukup berat. Entah apa jenis sampah ini hingga berhasil membuat pipi Seren memerah.
Seren meraih sampah itu dengan kesal lalu membukanya "Power-bank? untuk apa?"
"Aku tau bahwa kau punya smartphone sekelas limbah negara asing yang bahkan di s**s oleh charger pun malah tidak berguna. Jadi kubelikan selingkuhan baru untuk Smartphonemu agar otak dungumu dapat melihat waktu."
Walau sempat kesal diawal, namun Seren mencoba bersyukur dan mulai tersenyum.
"Jangan tersenyum, kau pikir aku sedang beramal! Ada harga yang harus dibayar, Power-bank seharga 2jt sudah masuk kedalam hitungan hutangmu. Aku memerintahkanmu cepat pulang untuk bekerja, rumahku butuh tenaga ART. makanya kau kupercaya untuk membersihkannya, oh iya. Sekalian cucian di ruang laundry juga sudah menumpuk, jadi kusarankan kau untuk kembali lebih awal. Mengerti bukan, BA BU."
"Ambil kembali Power-bank ini, aku tidak butuh." Tolak Seren mengembalikan Power-bank.
"Barang yang sudah kau pegang tidak dapat dikembalikan, jika-pun kau kembalikan hutangmu tetap bertambah 2jt." Balas William.
"Dasar lintah darat."
Seren mengelus dada, mencoba untuk tidak terpancing emosi karena melihat monyet didepannya berceloteh sepanjang rel kereta api. Tapi jika mengingat beberapa potongan kalimat sebelumnya ia jadi sedikit heran.
"Kemana semua pembantumu? Kenapa malah menyuruhku membersihkan rumah sebesar istana negara itu!? "
William hanya berwajah bosan " Sudah kupulangkan, lagian menggaji mereka dan menggajimu sama saja, malah menurutku kau lebih banyak menghabiskan uangku. Maka dari itu, karena aku adalah orang yang paling dermawan, aku memberikan mereka libur. Bukankah itu impas."
'Impas gundulmu!?"
Seren mencoba bertahan dengan emosinya, ia makin kuat mengelus dada." Memangnya, berapa uang yang kau habiskan untukku? Aku merasa tak pernah menghabiskan apapun darimu."
William langsung mengeluarkan kertas tebal dan memberikannya pada Seren." Itu hanya setengahnya, selebihnya kau bisa tanya pada ibumu atau kau bisa gunakan otak berkaratmu. Sudahlah, minggir dari mobilku. " Usir William hingga Seren sedikit mundur dari pintu mobil yang langsung tanpa basa-basi ditutup William. Namun sebelum benar-benar pergi, William membuka kaca mobil dan berpesan" 16.00 Wib tepat. "
VROOOMMMM....
"Apa-apaan itu tadi? Seenaknya saja. " Maki seren memandang kendaraan William yang kian menjauh.
" Hey Seren, sedang apa? "
Seren seketika terperanjat dan langsung berbalik kearah sumber suara.
" Kau.. "
.
.
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments