Di sebuah mansion mewah nan megah.
"Tuan, ku mohon. Sekali ini saja, jangan membuat klien kita marah besar."Lirih Robert memijat pangkal hidungnya jengah dengan sikap William yang malah asyik menghisap cerutu seraya memangku gadis cantik dengan pakaian minim yang malah menggerayang manja di pangkuan sang tuan yang menikmati setiap sentuhan kulit yang tercipta.
Wanita itu juga tak luput menggerayangi dada bidang William yang sudah terekspos sempurna, bathrobe William yang awalnya masih rapi sempurna di tubuh itu, kini sudah hampir meninggalkan badan tegap berotot yang sedang asyik mencumbu dada berukuran big size sang wanita yang malah makin terangsang.
"Aaaaaaa~ aaaaaaa~ lagiiii disanaaaa aaaaaaa~" Rintih wanita itu menikmati remasan yang di lakukan William.
Tangan semakin di tumpukan wanita itu pada pundak tegas William yang makin memperluas permainannya menjamah lubang ****** sang wanita yang malah pasrah dan menikmati setiap sentuhan erotis yang di suguhkan William, ia selalu menatap tajam wajah wanita itu yang sudah terbuai pasrah.
Tak tahan dengan sodokan jari tengah dan telunjuk William, wanita itu malah memasrahkan diri jatuh ke pelukan dada bidang yang sudah berkeringat, entah itu keringat dari sang wanita atau William sendiri. Yang jelas wanita itu tak perduli.
Ia menatap wajah tegas William yang datar, menyentuh wajah tegas itu dengan mesra dan makin turun ke bibir tipis sang crazy rich. Wanita itu mengusap lembut bibir William yang hanya diam hingga wanita itu tersenyum dan langsung ingin mencium.
Namun, tertahankan oleh tangan bebas William yang lainnya.
"Dilarang mencium" Ucap William datar dan langsung menghentikan kegiatannya memporak-porandakan ****** wanita Malang itu yang malah di tinggalkan William dalam ekspresi kesal.
"Tuan? Tuan maafkan aku jika aku bertindak di luar batas, tuan ku mohon maafkan aku" Ucap wanita itu berusaha menahan pergelangan tangan William.
William tak membalikkan wajahnya, ia malah tetap bertahan dalam posisinya yang enggan untuk menatap wanita itu.
"ROBERT! Suruh pelacur ini pergi, aku bosan dengan tubuh murahnya" Kesal William langsung menyentak tangan wanita itu yang malah berekspresi berlebihan.
"Apa maksud anda tuan?" Tanya wanita itu menaikkan nada suaranya.
William yang sudah menginjak 5 anak tangga berhenti, ia melirik tajam ke arah wanita itu.
"Kau pikir aku tidak tau bekas cupangan yang berada di belakang telingamu itu? Munafik sekali, berpura-pura perawan namun sudah menjual badan pada pria hidung belang di luar sana. Memanfaatkan ketidak tahuanku sebagai pelanggan barumu dengan menabur banyak bedak disana, hm! Jangan fikir jika aku tidak mengetahui apa yang di lakukan wanita sepertimu 'Meghan', Usir dia Robert! " Titah William, meninggalkan wanita itu yang langsung tersentak kaget mendengar penuturan pelanggannya.
Dia tau nama asliku
Isi hati wanita itu terlonjat kaget.
" Bodyguard! Cepat Usir dia! " Titah Ryou dan langsung berjalan menaiki tangga menuju lantai 2.
"T-tuan a-aku... " Lirih wanita itu yang tak sempat terdengar lagi setelah pintu terkunci rapat.
Sementara Robert hanya dapat menatap dengan pandangan seadanya, mau kasian tapi wanita itu yang menyulutkan api kemarahan tuannya
.
.
.
.
Keesokan harinya.
" Bosan juga tidak ada hiburan" Gumam William memperhatikan dokumen di genggamannya.
"*Tuan, saya sudah mengatur jadwal pertemuan dengan tuan Golern, dia mengatakan jika ia juga menyiapkan produk tersegel untuk anda, apa anda tidak berminat? Saya dengar produk ini masihlah tersegel dan tentunya perawan (Robert mendekat dan mulai berbisik) dia masih 17 tahun"
Seketika William langsung tersentak kaget*.
Mengingat hal itu membuat William jadi tegang sendiri. Ia sedikit memainkan jarinya, menimang dan akhirnya memilih keluar dari zona menyebalkan menuju surga dunia.
"Aku menyerah, untuk kali ini aku akan menurunkan egoku" Ucap William beranjak pergi seraya menelfon Robert.
"Robert, katakan kepada kolega ku untuk bertemu di bar Golern" Ucap William di telfon.
.
.
.
.
Pukul 20.29 WIB.
Tanah hiburan Pekanbaru, distrik rahasia yang tak kan pernah kau jumpai. Tempat para orang tersohor untuk sekedar menghabiskan malam sunyi mereka. Atau mungkin tidak?
"Aku tidak tau kalau pengacara itu akan membuat tempat berdosa ini" Gumam William meminum Vodkanya rakus.
"Benarkan Tuan William, di mana lagi orang luar seperti kita mendapatkan fasilitas semenakjubkan ini di kota yang terkenal akan adat melayunya. Aku bahkan sampai tercengang saat pertama kali kesini, distrik ini benar-benar menyediakan pelacur kelas tinggi" Lanjutnya menerima suapan manis anggur dari seorang wanita malam yang rela duduk di pangkuan lebarnya. Pria bule itu bahkan sampai melancarkan aksinya mengelus bagian paha dalam sang wanita malam yang hanya bisa menampilkan senyumnya. Lima wanita malam siap menghangatkan pria itu, namun berbeda dengan lawan bicaranya.
"Tuan William, kau tidak mau mencoba salah satu pelacur disini? Aku bahkan sudah menjadi pelanggan tetap. Jika kau mau aku bisa merekomendasikan barang segel, bagaimana?" Tanyanya menatap William yang hanya diam memperhatikan seraya mengaduk gelas Vodka yang berada di genggamannya pelan.
" Mungkin Tidak" Balasnya datar tanpa ingin memandang pria bejat yang saat ini tengah menjadi partner bisnisnya itu.
"Kau mengundang ku kemari untuk berbisnis, bukan untuk menikmati wanita malam" Lanjutnya melirik salah satu wanita malam yang berusaha menggodanya.
"Maaf, aku tak berselera dengan wanita pribumi" Ucapnya pedas menatap garang wanita yang hampir menyentuh ujung kemeja mahalnya.
William, pria yang awalnya mengatakan bosan dan ingin mencoba barang Golern malah harus rela beranjak dari sofa nyaman Club malam itu. Meninggalkan rekan bisnisnya yang kini kesusahan untuk berdiri karna terhalang oleh para wanita malam.
"Hi! Tunggu sebentar MR. RY-"
Klek!
"Kita tidak akrab, dan aku benci jika ada orang yang tidak ku kehendaki menyebut nama kecil ku, paham!!!" Ucap William pelan namun sarat ancaman. Pistol yang ia todongkan kini hanya tinggal menarik pelatuk kecil saja dan hidup pria itu akan hilang dalam satu malam penuh dosa.
Pria itu berkeringat dingin, pergerakannya berhenti dengan kedua tangan yang sudah diangkat keatas mengisyaratkan kata menyerah seraya menunggu pelatuk yang kini singgah di keningnya di tarik kembali oleh sang pemilik yang sekarang menatapnya sinis.
"Bagus" Ucapnya pelan dan langsung menyimpan pistol itu kembali.
Setelah menyimpan pistolnya, William berbalik dan hendak keluar, namun segera di tahan oleh tangan seseorang.
"Acaranya belum di mulai, kenapa anda cepat sekali memutuskan untuk pergi? sayang sekali kalau begitu" Lirih pria itu, Golern bermuka sedih menyesali ketidak nyamanan sang rekan bisnis.
"Maaf, tapi aku alergi dengan club malam di Indonesia" Lirik William sinis menatap Golern yang hanya dapat menampilkan smirknya.
"Tahanlah sebentar, anda akan menyukai penampilan ini. Karna saya sudah menyiapkannya spesial untuk anda" Ucap Golern berusaha merayu William. Ia bahkan sampai merangkul William dan mengajaknya untuk mendekati panggung yang sudah terdapat seorang gadis yang tengah duduk nyaman bersama pianonya, siap untuk memainkan sebuah lagu.
"Kampungan" Satu kata manis berhasil meluncur dari mulut William yang tengah menatap malas gadis yang hendak tampil itu.
Gadis itu melirik takut pada Golern yang sedang merangkul William, namun Golern malah mengisyaratkan sang gadis untuk tetap melanjutkan acara.
"A-aaa"
ngiiiiiiiiiiinnnnggggg!!!!
Gadis itu sontak terkejut dan tanpa sadar langsung memegang mic yang berada tepat di depannya dengan gurat khawatir bercampur takut yang kentara, ia mencoba memandang sekitar, semua orang menatapnya dan saat tak sengaja melirik William yang menatapnya tidak suka, gadis itu langsung menunduk.
"Maaf" Lirih gadis itu cepat dan kembali berusaha bersikap normal.
"Aku akan menyanyikan salah satu lagu terkenal dari Peterpan_Kupu-kupu malam"
Notes mulai di pencet, sang gadis mulai rileks dengan bunyi piano yang di ciptakan oleh jari lentiknya. Mencoba menatap ke arah lilin dekorasi, sang gadis mulai bernyanyi.
"Dengarlah Tuan William yang terhormat, suara Seren ini unik. Dan terlebih lagi.... " Golern menatap William yang tertarik melihat penampilan Seren. Terbukti dengan binar mata William yang walaupun samar namun masih dapat dilihat oleh mata jeli Golern yang semakin melebarkan senyumnya.
"Dia masih segelan, usianya baru 18 tahun bulan ini dan ia masih polos jika anda penasaran. Saya bisa memesankan kamar paling mewah hanya untuk anda tuan, dan tentunya akan ada tips tambahannya? Bagaimana?" Bisik Golern mencoba menawarkan barangnya pada William yang sepertinya mulai tertarik setelah mendengar lebih suara merdu Seren.
" Aku ingin dia memakai pakaian yang kuminta" Smirk William pada Golern yang langsung tertawa puas.
Sementara itu, di dalam nyanyiannya Seren selalu menyimpan perasaan mendalam, apalagi saat Reff lagu. Seren begitu menikmatinya hingga pandangannya kembali menatap manik biru laut itu, rasanya seperti ada sesuatu yang menarik, tapi entah apa Seren juga tidak begitu paham.
...Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Miu Nh.
kalo boleh tau, kamu org pekanbaru kah kak? emang bener ada tempat seperti itu?
tanya hlo kak 🙈 jgn dimarahin
2025-04-18
1
Miu Nh.
aku tau kok itu apa /Chuckle/
2025-04-18
1
Rini Antika
Aku mampir kak, kok belum Up lagi?
2022-08-07
1