"Oh benarkah? Kalau begitu masuk ke pintu coklat di depan sana, pastinya tuan Golern sudah menunggu minumannya datang." Ucap wanita dengan asap rokok yang mengepul di sekitarnya, setelah menyebutkan dimana tempatnya tak lama wanita itu teringat akan suatu hal dan kembali bersuara.
"Sebaiknya kau menunduk saja saat memberikan minuman itu, aku khawatir kau juga akan di rekrut olehnya yang tamak uang." Peringat sang wanita kembali menyesap rokoknya dan berlalu pergi begitu saja, meninggalkan Seren dalam fikiran penuh tanya.
"Apa maksudnya?" Tanya Seren keheranan, ia sedikit menunduk dan menatap botol minuman berwarna putih dengan tulisan romawi yang tak dapat dibaca Seren.
"Ah sudahlah, kalau dia menatapku aku tinggal menunduk saja. Kan gampang." Ucap Seren ringan berlalu masuk ke dalam pintu bercat coklat.
.
.
.
"Ck! Barang-barangmu menyedihkan semuanya! Bahkan mataku sampai sakit Gita! Apakah otak udangmu tidak bisa mencari gadis-gadis muda, Ha!? (Berteriak) Kau mau menjual wanita-wanita layu pada pelanggankuuuu!" Geram Golern menatap nyalang Gita yang sudah terbujur menyedihkan bersimbah darah di lantai.
Gita bahkan hanya diam, ia hanya menunduk menatap pria itu yang masih emosi padanya. Pecahan dari botol minuman keras tak lepas di arahkan Golern pada Gita yang hanya terisak penuh kesedihan.
" M-maafkan saya T-tuan Golern.. Say-! "
" Tidak usah, aku tau kau akan mengatakan memberi waktu tapi sudah sebulan berlalu semenjak aku memberimu waktu, namun apa yang ku dapat!? Aku hanya mendapatkan barang layu, sementara 'Dia sudah disini! Kau tau Gita! Dia adalah sumber uang baru kitaaa (Geram) dengan uangnya, kita dapat mencari pelacur dan memperbesar rumah bordil ini. Kalau begini keadaannya, tempat ini sebaiknya ku gusur saja. Sudahlah bau, tidak terawat, bahkan pelacurnya juga sudah basi! Aku pergi! Anggap kontrak kita selesai sa-! "
Tok!!!! Tok!!!! Tok!!!!!
" Siapa lagi itu! COME IN! " Bentak Golern langsung membuang puntung rokoknya ke kepala Gita yang refleks melindungi kepala dengan kedua tangan penuh bercak darah.
Cklek!
" Permisi" Cicit Seren membuka pintu bercat coklat, tak luput kini ia juga menunduk dalam seraya membawa nampannya.
"S-s-Seren." Gumam sang ibu syok.
Kenapa dia bisa sampai dis-! Ah, pasti wanita dapur itu. Ck! Serennnn kenapa tak mendengarkan ibu sayang..
Inner sang Ibu kalut.
"Hmmm?" Golern langsung menatap sinis ke ambang pintu, dimana Seren kini masuk dengan tersenyum manis.
"Hmph!" Golern tertarik. "Masuklah nak" Ucap Golern langsung ternyum misterius.
"Terima kasih tuan" Melirik kiri kanan
" Permisi." Cicit Seren berjalan masuk dan langsung berjalan ke arah Golern yang memberikan ruang bagi Seren untuk meletakkan nampannya.
"S-Seren?" Gumam Dita tak percaya mentapa gadis itu yang malah tersenyum manis meletakkan minuman Golern ke meja.
"DITA!!!" Panggil Golern masih memfokuskan matanya menatap Seren semakin dekat.
"I-iya tuan Golern?" Ucap Dita terbata. Ia langsung berdiri dari rasa sakitnya, tak memperdulikan jika serpihan beling akan menusuk kulit-kulit berlumuran darah Dita.
Golern berjalan ke arah Dita dan mengajaknya untuk berunding, menjauhi pelacur Dita dan Seren, Golern berbisik.
"Siapa gadis itu?" Bisik Golern tertarik.
"D-diaaaa..." Ucap Dita menegang.
Sebenarnya, walaupun Dita selalu bersikap kasar pada Seren dan ibunya. Namun, Dita tidak pernah sedikitpun terpikir untuk menjual Seren pada siapapun, Termasuk Golern. Tapi kenapa bisa? Kenapa bisa Seren kemari?!
"DITA!" bentak Golern memukul punggung Dita kasar.
"Ah! I-iya tuan Golern."
"Ku ingin gadis itu besok pukul 23.00 WIB di Perverted wings. Apa bakatnya?" Tanya Golern menuntut.
"D-Dia pu-"
"Kau tidaklah gagap Dita, berbicaralah dengan jelas. Kau pikir aku psikiater orang dunguu!" Bentak Golern marah.
"Dia..... (melirik Seren yang menatapnya) SEREN KEMARI!" Perintah Dita ikut membentak Seren yang langsung gemetaran.
"I-iya mami?" Jawab Seren bergetar.
Seren berjalan perlahan, sedikit menunduk malu.
"Iya mami." Ucap Seren kembali.
"Bsok kau harus ikut mami!" Hardik Dita memandang Seren yang semakin menunduk dalam.
"Hmph! (meraih dagu Seren) Cukup manis... Kau bisa masuk kriteria." Gumam Golern mendekati wajah Seren dan memperhatikannya lamat.
"Baiklah Dita hubungi aku untuk bakatnya, dan pakaiakan dia pakaian yang layak. Aku tidak ingin melihat dia tampil seperti ini." Menunjuk Seren jijik.
"Seperti gembel." Lanjut Golern menghina.
Setelah kepergian Golern, Ririn tak serta merta langsung berlari ke arah Seren dan memeluk gadis itu erat.
"Sereeennnn..." Melepas pelukannya, sang ibu langsung menatap anaknya tajam.
Plak!!!
"Apa yang ibu katakan tentang tidak boleh keluar kamar Ha!" Bentak sang ibu pada Seren yang seketika syok ditampar begitu keras di depan umum.
Plak!!!
"Aku menyuruhmu untuk tetap dikamar."
Plak!!
"Kenapa kau keluar HAAAA?!" Emosi, Ririn emosi melihat sang anak yang tak menurut.
Sangat emosi, hingga jantungnya seakan hampir copot.
Satu lagi, Ririn ingin menampar putrinya satu kali lagi.
Tapi, tangan lentik itu langsung ditahan oleh Dita yang memandang Ririn marah.
" Berhentilah Dita! Kau membuat produk baru jadi terluka." Sentak Dita langsung menyentak tangan Ririn hingga sang empunya mengeluh sakit.
"Seren, pergilah ke kamarmu. Aku dan ibumu ingin berbicara." Titah Dita memandang Seren yang sudah meneteskan air mata.
Walaupun wajah itu tertutup oleh anak rambut Seren, tapi Dita jelas tau kalau Seren tengah menitikkan air mata kesedihan.
Seren menyentuh bekas tamparan sang ibu pelan, masih panas dan nyeri. Ia mengepalkan tangan kanan kuat, sedikit menggelatukkan giginya. Setelah beberapa saat, dan dalam helaan nafas cepat, Seren langsung menatap Dita dan sang ibu yang masih emosi.
"Baik mami." Jawab Seren selembut sutra, senyuman hangat juga tak luput menghiasi wajah lebam itu.
Senyuman yang akan selalu di berikan Seren, entah seberapa pedihnya rasa sakit itu.....
...Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Miu Nh.
ikut sedih buat Seren...
tetep bakoh yaa, lanjut 👍
2025-04-18
1
Rini Antika
Senyum dalam luka..😁 semangat terus kak..
2022-07-30
1