BECOMING EMPRESS BAB 11. Misi penyelamatan

Alexsa tengah berjalan-jalan di area kediaman Naga, ia merasa bosan berdiam diri terus menerus di dalam kamar. Untuk itu, Alexsa ingin menghirup udara segar di luar di temani oleh satu dayang yang di siapkan untuknya.

Alexsa terus teringat kejadian tadi pagi yang memalukan di dalam pemandian, bagaimana bisa ia kentut di saat Kaisar Jun akan mencium bibirnya lagi. Dan lebih parahnya, ia di tertawakan oleh Kaisar mesum itu dengan puas.

Malu dan tidak ingin bertemu lagi? itu hal yang wajar. Karna ini kali pertama Alexsa berendam dengan seorang pria dan berakhir di tertawakan, membuat Alexsa tidak akan pernah lupa sampai tujuh turunan, tujuh tanjakan dan tujuh belokkan.

Apa lagi Alexsa ingat betul dengan suara kentut di dalam air yang bunyinya blubuk ... blubuk ... “ah, benar-benar memalukan. “Alexsa mendessah dan membuang nafasnya dengan kasar.

“Nona, anda baik-baik saja?” Tanya Dayang di belakangnya.

“Aku baik-baik saja.” Jawab Alexsa, yang entah mengapa dia tidak menyukai Dayang ini. Alexsa lebih menyukai Dayang Mei yang berada di sampingnya.

Entah mungkin baru pertama kali bertemu, atau Alexsa mempunyai rasa yang lain terhadap Dayang yang ada di belakangnya ini ... tapi, filing Alexsa jika dia harus berhati-hati dengan orang baru di Istana ini.

Ketika dia memikirkan Dayang setianya, entah mengapa dia mendengar suara Mei berteriak memanggil namanya.

“Nona ... Nona ...”

Alexsa celingak-celinguk dan membelalakkan kedua matanya, saat ia melihat Dayang Mei tengah berlari ke arahnya.

“Mei ...”

Alexsa langsung memeluk Mei, begitu pun Mei yang membalas pelukan sang Nona yang sedari kemarin belum kembali ke kediaman An.

Khem ...

Dayang yang sejak tadi mengikuti Alexsa berdehem, membuat Alexsa dan Mei melepasakan pelukannya. Alexsa melirik Dayang itu tak suka, lalu menarik Mei untuk duduk mengobrol.

“Kau bisa ke sini Mei?”

“Iya Nona, pengawal Kaisar menjemput hamba untuk menemani Nona di Istana. Pengawal itu di perintahkan yang Mulia Kaisar Jun untuk menjemput saya di kediaman An, Nona.”

“Benarkah? Bagus kalau begitu aku tidak kesepian lagi.”

Alexsa begitu bahagia, karna ada Mei di sisinya dan menemaninya di Istana ini.

“Nona, ada berita buruk yang harus anda ketahui.” Bisik Mei dengan pelan, ia tidak mau jika ada orang yang mendengarnya karna Dayang Mei tau, dinding Istana pun memiliki telinga.

“Berita buruk. Berita apa itu?”

Mei melirik Dayang yang tidak jauh dari posisi mereka, Alexsa yang peka langsung menoleh pada Dayang Istana.

“Kau. Pergilah, aku ingin berbicara dengan Dayang ku.” Usir Alexsa, membuat Dayang itu menggeram marah di dalam hatinya.

“Kurang ajar! Hanya seorang Nona sampah sepertinya berani sekali mengusirku. Awas saja, aku akan mengadukan dirimu.” Gumam Dayang itu langsung pergi.

Setelah Alexsa melihat kepergian Dayang itu, Alexsa pun kembali bertanya pada Dayang Mei.

“Tentang apa Mei?”

“Ini tentang Ibunda Nona, yang di kurung di ruang bawah tanah.”

“Ibu?” Alexsa mengerutkan keningnya, lalu merutuki kebodohannya karna telah melupakan Ibu An Xia yang di kurung di ruang bawah tanah.

“Ah, kenapa aku bisa melupakan nya.” Gumam Alexsa dalam hati.

Mei membisikkan jika Nyonya utama di kediaman An, di pindahkan oleh Selir Yu kedalam penjara di dalam goa yang terletak di hutan perbatasan. Selir Yu juga mengirim banyak sekali penjaga agar Nyonya utama tidak melarikan diri, dan Selir Yu akan menjadi Nyonya utama setelah mengumumkan bahwa Ibu Nona telah tiada.

“Mereka itu.” Geram Alexsa, yang tidak bisa lagi diam melihat ketidak adilan.

Alexsa membisikkan sesuatu pada Dayang Mei, membuat Dayang Mei mengerutkan keningnya.

“Nona, lebih baik kau meminta izin di bandingkan kabur dari tempat mengerikan ini ... apa anda ingin mendapatkan hukuman?”

“Apa Kaisar itu akan mengizinkan nya?”

“Tidak juga.”

“Jika kau sudah tau jawabannya, kenapa harus minta izin. Ada jalan yang susah, kenapa harus jalan yang mudah.”

“Nona, sepertinya pribahasa itu terbalik.”

“Sudahlah, ayo ikut aku.”

Dayang Mei mengikuti Alexsa, dan benar saja dugaannya jika sang Nona menyuruh dirinya untuk berjaga di depan kediaman Naga, dan mencegah siapapun untuk masuk.

"Nona, kau membuat aku kedalam masalah."

Sedangkan Alexsa yang sudah menyamar menjadi Dayang, keluar Istana dengan mudah ... Karna beberapa orang belum mengenalinya.

Kemana Alexsa akan pergi? Tentu saja, calon Permaisuri masa depan itu pergi ke pasar untuk membeli beberapa keperluan untuk menyelamatkan Ibu An Xia yang di kurung.

•

Ketika Alexsa sudah berada di pasar, Alexsa pergi ke toko obat untuk membeli beberapa obat yang akan dia racik. Setelah membeli beberapa obat, Alexsa pergi untuk pulang karna takut ada yang mencarinya.

Namun langkahnya terhenti, ketika mendengar suara yang nyaring di telinga.

Traang ...

...Traang ......

Alexsa melihat kesebuah toko pemahat pedang, yang membuat dirinya penasaran untuk melihat. Alexsa pun melangkah dan melihat lihat barang yang ada di setiap dinding dan meja.

Banyak pedang dan barang antik lainnya yang belum selesai di buat, Alexsa melihat satu persatu dan netra matanya fokus dengan sebuah topeng yang belum selesai.

Alexsa melihat topeng yang ada di depannya dengan teliti, membuat ia memiliki ide untuk memberikan pelajaran pada Selir ayahnya itu. “Jika aku memakai topeng ini, akankah aku berubah menjadi Batman? Xixixixi.” Alexsa terkikik geli, membayangkan dia berubah menjadi Batman.

“Tuan, berapa kau jual topeng ini?” tanya Alexsa.

Pemahat itu menghampiri Alexsa, lalu mengambil topeng yang belum ia selesaikan.

“Lima teel perak Nona, tapi ini untuk pria.”

“Tidak apa-apa ... aku akan memberikan itu pada seseorang, tolong segera di selesaikan dengan cepat yaa ... karna saya harus segera kembali.”

“Baik Nona.”

Pria paruh baya pemilik toko, dengan segera membuat topeng itu agar terlihat indah jika di kenakan.

•

Sedangkan di kediaman Naga, Dayang Mei tengah khawatir karna sang Nona tidak kunjung kembali.

“Nona, cepatlah kembali.”

Ke khawatiran Dayang Mei semakin membuncah, ketika netra matanya melihat Kaisar Jun berjalan ke arahnya.

“Matilah aku kali ini.” Gumam Dayang Mei, yang sudah berkeringat dingin dan bergetar.

“Dimana calon Permaisuri ku.”