CHAPTER 04

Matahari malu-malu menunjukkan sinarnya dibalik awan abu-abu, udara dingin semakin membuat orang-orang enggan untuk bangun, dan berkelana di alam bawah sadar, begitu juga dengan Sana. Sana sangat malas untuk beranjak dari tempat tidurnya yang empuk, namun, ia harus mengesampingkan itu karena ia harus berangkat sekolah. Terlebih lagi, ia hari ini berangkat dengan Erlangga, dan Erlangga sangat benci terlambat sekolah, terlebih lagi menunggu sesuatu yang lama.

Pertama, Sana juga tidak menyangka kalau Erlangga seperti itu, pasalnya selama mereka pdkt Erlangga mau menunggunya. Sana mengetahui jika Erlangga benci menunggu, karena, waktu itu mereka sedang memesan makanan disebuh cafe, mungkin karena pelanggan cafe banyak. Jadi, pesanan mereka datang lumayan lama, Erlangga nampak kesal dan menggerutu tentang cafe itu.

“Kemana sih pelayannya, udah nunggu lama, tetep aja ga dateng-dateng makanannya,” kesal Erlangga.

Walaupun Erlangga tidak pernah protes saat menunggu Sana, namun, setelah kejadian di cafe saat itu, Sana cukup sadar diri kalau Erlangga tidak suka menunggu. Jadi, sebisa mungkin ia tidak mau membuat Erlangga menunggu. Satu lagi sifat Sana yang membuat dirinya bisa terbebani, yaitu selalu berusaha membuat orang bahagia walaupun itu bisa menjadi beban bagi dirinya.

...🌱🌱🌱🌱...

Sana sudah selesai bersiap-siap, dengan segera ia menuruni anak tangga untuk berjalan menuju ruang makan. Ternyata disitu sudah tersedia sarapan yang disiapkan oleh Bi Imah–salah satu pembantu di rumah itu, juga sudah Sana anggap sebagai keluarga. Setelah sarapan, Sana menuju ke halaman di depan. Dia bersyukur, Erlangga belum ada, karena belum ada motor Ninja yang terparkir di halaman. Ada satu sisi senang, karena membuat Erlangga tidak menunggu dirinya, sebab pacarnya itu sangat benci hal menunggu. Tetapi, disatu sisi Sana heran, kenapa Erlangga belum datang padahal biasanya Erlangga selalu datang jam segitu.

Karena tak mau pusing, Sana memilih untuk menunggu di teras depan rumah, sambil menonton serial drama Korea yang baru keluar episode terbaru, kemaren malam Sana tidak sempat menonton episode itu. Baru saja ia menonton, orang yang ia tunggu sedari tadi muncul juga. Terdengar suara motor dari gerbang, Sana pun segera menyudahi kegiatan menonton. Lalu, segera mengahmpiri Erlangga

“Lama ya, aku jemputnya?” tanya Erlangga sambil memberikan helm untuk dipakai oleh Sana

“Ga lama kok, cuman aku heran aja, tumben hari ini ga sesuai,” jawab Sana

“Iya, tadi ada sedikit masalah, aku minta maaf ya San,” ujar Erlangga meminta maaf kepada Sana

“Iya Ga, it's ok,” ujar Sana sambil naik ke jok belakang motor Erlangga

“Udah?” ujar Erlangga memastikan kalau Sana sudah naik kemotornya

“Udah,” jawab Sana lagi.

Lalu, kendaraan itu melaju meninggalkan rumah Sana, melaju pesat membelah jalanan Kota kala itu. Beruntung sekali, jalanan saat ini tidak macet jadi Erlangga lebih leluasa untuk menyalip setiap kendaraan di jalan agar cepat sampai di SMA Neozone.

Sesampai di parkiran, banyak pasang mata yang langsung tertuju kepada mereka. Sana sudah terbiasa dengan tatapan-tatapan itu. Namun, tak bisa dipungkiri ia juga risih jika semua mata tertuju kepadanya. Menyadari bahwa Sana terlihat risih, akhirnya Erlangga pun berbicara supaya Sana mengabaikan mereka semua saja.

“Udah San, abaikan saja,” ucap Erlangga yang sebenarnya ia juga risih jika ditatap seperti itu. Namun, itu adalah resiko yang ia terima jika menjadi ‘Anak Emas’ guru dan menjadi salah satu murid yang tampan di SMA Neozone.

“Iya Ga, makasih ya,” ucap Sana

“Makasih buat?” tanya Erlangga kebingungan

“Iya, makasih aja hehe,” jawab Sana kebingungan dan merasa suasana disana akward, seketika Erlangga tertawa, melihat muka Sana yang menurutnya lucu. Sana yang menyadari kebodohan yang ia lakukan pun tertawa juga.

Seketika, para murid yang ada disana langsung heboh karena jarang melihat Erlangga tertawa. Ya walaupun Erlangga termasuk orang yang ramah, namun, jarang sekali murid di Neozone melihatnya tertawa di tempat ramai, terlebih lagi di parkiran.

“Wah gue mimpi apa semalam,”

“Gila ganteng banget sayang udah ada pawangnya,”

“Ketawa aja ganteng,”

“Beruntung banget kak Sana,”

Begitulah perkataan yang dilontarkan dari mulut kebanyakan siswi SMA Neozone. Namun pasangan itu tak menghiraukan dan segera berjalan menuju kelas Sana yaitu XI IPA 3.

“Belajar yang bener,” ucap Erlangga sambil mengacak puncak rambur Sana

“Ish, rambut aku berantakan Ga,” kesal Sana

“Hehehe,”

“Aku masuk kelas ya,” ucap Sana berbalik badan dan memasuki kelas.

Lalu, Erlangga juga segera pergi menuju kelas XI IPA 1. Sana ingin menuju ke tempat duduknya, belum sempat duduk ia sudah disambut dengan sikap heboh dari Cindy.

“Uwu-uwunya lancar ya,”

“Gila sih tadi, berasa dunia milik berdua,”

“Mata gue ternodai tadi ngeliat uwu-uwu,”

“Mak, gue pengen punya pacar,” ujar Cindy heboh

“Yailah Cind, lo kayak ga pernah punya pacar aja, btw tuh si Laskar lo anggep apa,” cetus Dilla

“Ih kan sekarang emang lagi ga punya, untuk Laskar ga tau, tuh anak gantungin gue,” membalas perkataan Dilla dan anehnya orang seharusnya sedih jika digantung berbeda dengan Cindy ia tak sedih sama sekali.

Sana yang melihat perdebatan kecil temannya itu hanya menggeleng kepala saja. Ia sangat bersyukur memiliki teman yang sayang kepadanya sekarang. Namun, terkadang ia merasa bahwa temannya tidak menggapnya sebagai orang penting. Bahkan, tak sering juga ia diabaikan jika mereka berdua sudah asik dengan pembicaraan sendiri. Semua pemikiran buruk itu langsung ia singkirkan, hingga akhirnya bel masuk berbunyi, saat itu juga lamunan Sana berhenti.

...🌱🌱🌱🌱...

Bel istirahat berbunyi, para siswa segera bergegas menuju kantin. Begitu juga dengan Sana, sebab, tadi Erlangga sempat mengirimi pesan untuk bertemu di kantin pas jam istirahat. Sesampai.di kantin, Sana segera menghampiri salah satu meja tempat Erlangga duduk

“Hai,” Sapa Sana lalu duduk disamping Sana

“Halo,” sapa Erlangga balik

“Udah pesan makan?” tanya Sana

“Belum, nungguin kamu,” jawab Erlangga

“Owh gitu, mau pesan apa nih biar aku pesenin,” tanya Sana lagi

“Terserah kamu,” jawab Erlangga

“Okey,” jawab Sana lalu pergi

meninggalkan Erlangga sendirian dan pergi ke salah satu penjual makanan dikantin.

Beberapa menit kemudian, Sana datang dengan membawa dua mangkok bakso dan dua gelas es teh manis. Lalu, mereka menyantap makanan mereka, sambil makan tak sedikit Erlangga menggoda dan mengejek Sana karena makannya yang berantakan.

Mereka menghabiskan waktu isrirahat di kantin sambil bercanda gurau, menganggap kantin itu hanya milik berdua. Seolah-olah pusat perhatian yang mereka punya, hanya tertuju ke mereka berdua saja. Orang-orang lain disekitar mereka tidak ada. Namun, tanpa mereka sadari, ada seseorang yang melihat mereka dari kejahuan. Orang itu tampak tidak suka sama sekali dengan kedekatan keduanya.

“Liat aja, gue bakal ngerebut dia dari sisi lo,” ucap seseorang itu lalu segera berlalu dari tempatnya berdiri.

...🌱🌱🌱🌱...

Saat ini, Sana sedang berbaring di tempat tidur. Entah kenapa dia sangat malas melakukan sesuatu dan hanya ingin tidur. Bahkan, untuk makan saja ia merasa tidak mau. Situasi ini, sudah terjadi hampir 2 minggu terakhir ini. Tetapi, ia tak menceritakan ini kepada siapa pun. Sana mengaggap ini tidak apa-apa dan akan segera hilang.

Ketika ia hendak tertidur, tiba-tiba terdengar suara benda pecah dari lantai bawah. Seketika Sana tahu bahwa orang tuanya bertengkar lagi. Ia sudah lelah dan cape, buat apa mereka pulang jika hanya akan bertengkar. Ia berniat untuk turun kebawah melihat pertengkaran mereka kali ini karena apa. Namun, belum sempat ia turun tangga, seperti biasa suara bantingan pintu terdengar untuk kedua kalinya. Walaupun ia tak sempat mendengar pertengkaran mereka karena apa. Tapi, ada suatu kalimat yang membuatnya penasaran yang dikatakan mama nya tadi sebelum pergi

“INI SEMUA TERJADI KARENA KAMU PADA WAKTU ITU,” teriak mamanya beberapa saat lalu sebelum pergi keluar dari rumah.

Sana sebenarnya kepo kenapa orang tuanya bertengkar, karena setiap mereka bertengkar pasti dia tak pernah mendengar dengan jelas. Terkadang ia tertidur, sedang keluar, atau bahkan males mendengar, jadi, ia memakai earphone. Pasti, selalu ada barang pecah, kemudian disusul bantingan pintu sehabis mereka bertengkar. Tadi, dia ingin mendengarkan apa yang membuat mereka selalu bertengkar setiap bertemu di rumah ini. Terlebih lagi ia merindukan muka sang mama, walaupun sang mama tak pernah membelanya ketika papanya memukulinya. Atau memberikan tatapan sayang kepadanya.

Sana kembali ke kamarnya, ia sedih, merasa hidupnya tidak adil. Kenapa hidupnya seperti? Apakah ia tak pantas mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya? Kenapa keluarganya tidak seperti keluarga pada umumnya?. Sana sedang memarahi sang pencipta, ia sudah lelah dengan semuanya. Tetapi, tetap saja sang pencipta tidak mau mengambil nyawanya. Walau ia sudah berusaha berulang kali mencekek dirinya sendiri. Seolah-olah sang pencipta tak mau mengakhiri kisah hidup Sana di dunia ini secara cepat. Mungkin, akan ada yang indah di hari esok? Hanya Dialah yang diatas yang tahu segalanya.

Sana ingin menghubungi Erlangga, namun, ia urungkan karena mengingat Erlangga lagi sibuk mengingat pemilihan Osis sebentar lagi. Ia ingin bercerita ke sahabatnya. Namun, nihil, mereka berdua sedang sibuk di rumah Cindy. Sana juga tidak tahu kalo ada kumpul-kumpul di rumah Cindy. Ia baru tahu, saat ia ingin bercerita melalui chat, baru saat itu, ia mengetahuinya. Kata mereka ‘mereka ingin mengajak namun takut Sana tidak mau’.

Saat itu hati Sana yang sudah sedih, bertambah sedih karena ucapan sahabatnya itu. Bagaimana mereka tahu ia akan datang atau engga, ditanya saja belum. Jika mereka bertanya, Sana pasti akan datang ke rumah Cindy. Terkadang, pikiran yang ia pikirkan di sekolah tadi makin lama makin benar adanya.

Karena Sana merasa sesak di rumah, ia memutuskan untuk berjalan-jalan keluar untuk mencari udara segar. Ia tidak menyangka, bahwa malam ini akan sepi sekali. Padahal, jam masih menunjukkan pukul 19.00 malam.

Sambil berjalan, Sana merasakan firasat aneh, firasat bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk. Firasat itu semakin menjadi-jadi ketika di depan Sana ada sekelompok pria sedang mengobrol. Sana yang melihat itu pun segera berbalik, merutuki kebodohannya yang ingin berjalan-jalan di malam hari.

Namun, nampaknya dewi keberuntungan tidak berpihak. Sekelompok pria itu melihat kepadanya, terbukti ada suara seseorang dari belakang.

“Hei cantik, mau kemana malem-malem,” goda lelaki bertubuh besar

“Mau abang temenin ga?” ujar lelaki satunya

Sana yang gemetar ketakutan, ia hanya bisa diam, karena untuk berbicara saja ia tidak bisa. Perlahan ia mundur sambil mengucapkan doa kepada Sang Pencipta, meminta maaf akan dirinya, yang tadi marah kepada-Nya.

“Mau kemana cantik,” ucap lelaki yang sedari tadi diam sambil mengulurkan tangannya ingin menyentuh tangan Sana.

“Bugh,"

Namun, dari belakang Sana ada pukulan dari seseorang, membuat orang asing yang hendak menyentuh Sana merasa kesakitan. Sana bersyukur, ternyata Sang pencipta masih menolongnya.

- To be continued -

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!