❗WARNING MOHON JANGAN MENIRUKAN ADEGAN YANG BERBAHAYA ❗
Tiba saatnya hari yang sangat ditunggu oleh semua orang yaitu hari weekend. Semua orang menunggu hari itu, karena mereka akan melepaskan sedikit beban mereka selama seminggu. Entah itu beban pekerjaan atau pelajaran, dan tak sedikit bagi mereka yang menghabiskan waktunya bersama dengan keluarga. Tetapi, tidak dengan Sana, Sana senang hari weekend karena dia bisa menghabiskan episode-episode dari drama Korea yang ia tonton. Tetapi, ia juga sedih karena disaat orang-orang menghabiskan waktunya dengan keluarga, sedangkan dia mengabiskan waktu dengan kesendirian. Keluarganya tak seindah keluarga orang-orang, mama nya sibuk dalam pekerjaan dan jarang sekali pulang sedangkan papanya? Sibuk dengan pekerjaan dan kekasih selingkuhannya.
Sana merapikan kamar tidurnya yang sudah seperti kapal pecah alias berantakan. Setelah merapikan, dia langsung mengambil laptop dan merathon menonton Drama Korea. Ya begitulah setiap hari weekend yang ia jalani. Mungkin bagi sebagian orang melihat kehidupan Sana enak, karena pekerjaan rumah rata-rata dikerjakan oleh Bi Imah Art di rumah Sana. Namun, cover indah tak selalu menjamin bahwa isi didalamnya indah. Hari sudah siang dan Sana mulai bosan dan memutuskan untuk menghubungi teman-temannya dan mengajak mereka keluar untuk mengusir rasa bosan.
ISINYA MANUSIA
^^^Halo, kalian sibuk ga?^^^
Dilla: Lumayan,kenapa San?
^^^Keluar yuk jalan-jalan bosen nih^^^
^^^di rumah^^^
Cindy: Wah keknya ga bisa deh gue udah ada janji sama Laskar
Dilla: Gue juga mau diajak nyokap
pergi,Bbtw Cin sejak kapan lo deket sama Laskar?
Cindy: Sejak pertemuan di kantin hehehe...
^^^Wah Cindy kalo jadian jangan^^^
^^^lupa pajak^^^
Dilla: Bener tuh kata Sana, selama ini lu yang heboh Sana sama Erlangga nah sekarang sekarang keknya lu duluan deh daripada Sana
Cindy: Apaan sih lo berdua
Setelah itu percakapan mereka berkahir, Harapan Sana yang akan keluar bersama teman-temannya seketika pupus karena kedua temannya itu sedang sibuk. Sana menaruh handphone-nya di meja samping tempat tidurnya dan memutuskan untuk tidur.
...🌱🌱🌱🌱...
Terdengar suara notifikasi Chat dari handphone Sana yang membuat gadis yang sedang terlelap merasa terusik akan suara itu dan akhirnya memutuskan untuk bangun dan melihat siapa pengirim pesan itu.
Erlangga
San,sore ini sibuk ga?
^^^Engga Ga,Kenapa?^^^
Mau jalan ke taman ga?
^^^Mau, sama siapa aja?^^^
Berdua aja
^^^Okey, gue siap-siap dulu ya^^^
Iya, setengah jam lagi gue ke rumah lo
Setelah membaca pesan itu, Sana segera bersiap-siap ia seketika bingung harus memakai pakaian apa. Setelah memilih pakaian yang bagus, akhirnya ia memutuskan untuk memakai kaos putih polos dibalut dengan jaket jeans dan memakai celana jeans. Tak lupa ia memoles mukanya dengan bedak tipis dan memaki lip balm agar bibirnya lembap. Setelah melihat penampilannya di kaca Sana pun keluar dari kamarnya di lantai dua.
Saat ia menuruni satu persatu anak tangga ia melihat sekeliling rumah besar dan mewah itu. Seketika moodnya langsung buruk karena bangunan yang disebut dengan rumah itu tak seperti rumah bagi Sana. Seperti biasa bangunan besar itu sepi sebab hanya Sana yang menjadi penghuni tetap bangunan itu.Tetapi moodnya yang jelek itu sebisa mungkin ia singkirkan karena ia mau bertemu dengan Erlangga. Sana tidak mau Erlangga menjadi khawatir karena perubahan moodnya yang saat ini sering terjadi.
Ketika Sana sampai di pintu depan, sudah ada motor Ninja berwarna merah sudah terpakir di halaman rumah Sana, dan terdapat disamping motor itu seorang laki-laki sedang memainkan handphone ditangannya. Sana pun segera menghampiri laki-laki tersebut
“Hei Ga, udah lama nunggu ya,” ujar sana
“Eh San, barusan nyampe gue,” ujar Erlangga sambil memasukkan handphonenya ke saku celana dan memberikan helm untuk dipakai Sana.
“Udah siap belum,” ujar Erlangga kepada Sana yang duduk di jok belakang motornya
“Udah,” ujar Sana
Setelah itu, kendaraan roda dua itu berjalan keluar dari halaman rumah besar itu dan memecah jalanan kota yang lumayan padat, karena ini adalah hari weekend. Tak perlu memakan waktu banyak untuk sampai di tujuan mereka, yaitu sebuah taman. Erlangga memakirkan kendaraannya di tempat parkir umum di taman tersebut. Di taman tersebut, banyak sekali orang-orang berkumpul bersama pasangan, teman bahkan keluarga.
Saat memasuki taman, perhatian Sana terfokus pada satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan satu anak kecil yang sedang bermain dan tertawa bersama. Sana seketika miris dan sedih terhadap hidupnya.
Kapan ya gue bisa kayak gitu, batin Sana.
Erlangga yang sadar bahwa Sana melamun dan tidak menghiraukan perkataannya memanggil Sana
“San..,” ujar Erlangga
Sana yang tersadar dari lamunanya pun segera menjawab
“Apa Ga?”
“Itu tadi gue bilang, Disitu ada yang jual ice cream lo mau beli ga? Soalnya gue tau lo suka banget sama ice cream,” ujar Erlangga sambil menunjuk pedagang ice cream didekat mereka
“Boleh deh Ga,” jawab Sana
Lalu, mereka berdua menuju ke pedagang ice cream dan membeli 2 buah ice cream rasa Vanilla. Sambil menikmati ice cream, mereka berdua jalan mengelilingi taman menghabisakan waktu sore itu bersama. Walaupun sederhana, bagi Sana itu adalah salah satu pengalaman indah yang pernah dialaminya. Karena mereka lelah, akhirnya mereka memutuskan untuk istirahat dibangku itu dan ternyata hari sudah semakin sore.
Sinar Matahari perlahan-lahan mulai menghilang, tetapi, orang-orang ditaman masih begitu ramai. Sana saat ini sedang sendirian menunggu Erlangga yang tadi pamit sebentar untuk membeli sesuatu. Saat Sana tanya beli apa, Erlangga justru tidak menjawab dan hanya tersenyum, lalu pergi meninggalkan Sana. Saat sedang menunggu, Sana lagi-lagi terfokus pada keluarga yang ia lihat tadi ketika masuk ke taman. Lagi-lagi perasaan iri, sedih, miris mendatanginya, namun segera mungkin ia menepisnya. Tanpa sadar, satu bulir air mata jatuh dari pelupuk mata Sana, ia pun segera menghapusnya.
Tiba-tiba ia dihampiri oleh seorang perempuan yang mungkin lebih muda beberapa tahun darinya.
“Hai kak,” sapa gadis itu
“Boleh aku duduk disini?” tanya gadis itu
“Hai, boleh, duduk aja,” jawab Sana
Akhirnya, perempuan itu pun duduknya disampingnya. Beberapa saat, mereka larut dalam keheningan hingga perempuan itu berkata
“Kakak sendiri aja?” tanya perempuan itu
“Bareng teman tadi, tapi dia lagi pergi
beli sesuatu,” jawab Sana
“Cowok apa cewek kak?” tanyanya
“Cowok,” jawab Sana
“Pacarnya ya?” tanyanya lagi
“Eh, Engga, Cuman temen kok,” ujar Sana jujur pasalnya mereka hanya dekat tetapi belum resmi pacaran.
“Kalo kamu, sendiri juga?” tanya Sana kepada perempuan itu
“Engga kak, tadi bareng Abang sama temen-temennya,” jawab perempuan itu
“Owh, sekarang Abang kamu kemana?” Tanya Sana lagi
“Tadi sih, katanya beli obat dulu sama makanan,” jawab perempuan itu
“Kamu sakit?”
“Iya kak,”
“Kalo gitu Cepet Sembuh ya,”
“Iya kak aku yakin pasti sembuh kok,” ujar perempuan itu optimis bahwa ia akan sembuh. Walaupun Sana tidak tahu penyakit apa yang dialami perempuan itu, tetapi, ia tetap mendoakan yang terbaik.
“Oh iya nama kakak siapa?” tanya perempuan itu
“San–,” belum sempat ia menjawab perempuan itu terburu-buru bangkit dan akan pergi
“Kak aku duluan ya, oh iya nama aku Risa, semoga kita ketemu lagi ya kak,” ucap Risa terburu-buru dan segera pergi meninggalkan Sana. Tak lama kemudian, Erlangga datang membawa sesuatu yang ia sembunyikan dibelakang punggungnya
“Tadi siapa San, gue liat dari jauh lagi ngobrol sama lo,”
“Oh, itu pengunjung taman ga sengaja ngobrol sedikit,”
“Oh,”
“Oh iya, lo bawa apaan sih itu,” tanya Sana penasaran
“Kepo ya,” goda Erlangga
“Apaan sih,” ucap Sana sambil memukul pelan lengan Erlangga lalu fokus menatap hamparan rumput yang indah.
Cantik, batin Erlangga.
Keheningan melanda mereka beberapa saat hingga Erlangga memecah keheningan tersebut
“Sana,” panggil Erlangga
“Iya,” jawab Sana sambil memalingkan wajahnya dan menatap Erlangga.
Tatapan mereka bertemu, keduanya hanyut dalam tatapan tersebut. Hingga akhirnya, salah satu memutuskan untuk mengakhiri kontak mata tersebut. Suasananya menjadi sangat canggung bagi keduanya. Hingga, Erlangga berbicara menyampaikan niatnya tadi untuk mencairkan suasana
“Sana gue mau ngomong sesuatu,” ujar Erlangga kepada Sana sambil menunjukkan sesuatu yang ia sembunyikan dari tadi, dan ia pun memegang tangan Sana. Sang empunya tangan pun sedikit terkejut.
“Sana, gue ga tau darimana dan kapan perasaan ini mulai ada tetapi gue mau ngomong kalau hampir setiap hari otak gue dipenuhi oleh lo. Wajah ceria lo, senyuman manis lo dan semua yang berhubungan dengan lo,” ujar Erlangga serius
“Dan saat ini gue ingin mengubah status hubungan kita dari yang sekedar teman menjadi sepasang kekasih, mengubah dari aku dan kamu menjadi kita. Jadi Sana, lo mau ga jadi pacar gue, dan menciptakan buku kisah dimana hanya ada kita berdua didalamnya?” ujar Erlangga sambil memberikan sebuah boneka kepada Sana
“Kalo lo terima, ambil boneka ini. Kalo engga, buang bonekanya ke lantai,” ucapnya lagi
Sana seketika terharu dan merasa senang, ternyata Erlangga memiliki perasaan yang sama dengannya. Tanpa berlama-lama Sana mengambil boneka dari tangan Erlangga, yang berarti sekarang mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Dan Erlangga pun tak kala senangnya, karena perasaannya terbalas oleh orang yang didepannya ini. Dua insan ini sekarang telah menjadi kita, dan akan menuliskan sebuah kisah didalam buku hidup mereka. Akankah kisah yang baru akan dimulai ini, akan bertahan sampai maut memisahkan atau nantinya akan kandas ditengah jalan? Hanya Tuhan sajalah yang tahu takdir setiap manusia, termasuk dua orang tadi. Jika Tuhan berkehendak perpisahaan, maka kita sebagai makhluk ciptaan-Nya hanya bisa menjalani dengan Ikhlas. Namun, yang pasti jika ada pertemuan maka akan ada perpisahaan, dan kita harus siap apapun yang terjadi.
...🌱🌱🌱🌱...
Sana sudah selesai dari ritual mandi sorenya dan berniat turun untuk makan malam. Sepanjang menuruni anak tangga ia tersenyum akan kejadian di taman tadi, bahwa dirinya dan Erlangga resmi menjalin sebuah hubungan. Namun, seketika senyumnya sirna, ketika dilihatnya seorang pria paruh baya, dan wanita yang lebih muda dari pria tersebut sedang duduk dan menyantap makan malam sambil tertawa ringan.
Melihat itu, selera Sana seketika hilang dan hendak kembali ke kamar namun terhenti karena perutnya berbunyi tanda ia lapar. Pasalnya, dari tadi pagi ia tidak makan nasi, dia hanya makan roti dan ice cream di taman tadi. Dengan ekspresi wajah datar dan malas ia menghampiri meja makan itu. Dengan cepat Sana mengambil piring,nasi, dan lauk pauk yang ada di meja dan ingin membawanya ke kamar, belum sempat ia membawa piringnya, suatu suara berhasil menghentikannya
“Sana, mau kemana kamu? ga liat ada orang disini, main pergi bawa piring aja, emang kamu ga bisa makan di meja makan? tidak tahu sopan santun,” ucap pria paruh baya itu yang ternyata adalah papa Sana
“Udah mas, Sananya ga usah dimarahin lagi mas, Sana mau makan di kamar ya?” ucap wanita yang lebih muda dari papanya itu
“Hm,” jawab Sana malas dan ingin segera pergi dari ruang makan itu, ia merasa muak dengan dua orang dihadapannya ini
“SANA, TANTE LISA ITU TANYA BAIK-BAIK KE KAMU SEHARUSNYA KAMU JAWAB DENGAN BAIK,” marah papa Sana dan hendak berdiri menghampiri Sana namun ditahan oleh Lisa—wanita yang lebih muda dari papa Sana, dan selingkuhan papanya.
“Hahaha... papa mau ngapain? Mau mukul Sana lagi kayak dulu-dulu? Dan tante ga usah sok baik didepan saya, biarkan pria ini memukul saya lagi tanpa ada yang menghentikan, seperti yang mama saya lakukan,” ucap Sana tertawa hambar dan mengingat bagaimana dia dipukul oleh sang papa, dan mamanya? hanya diam saja.
Sakit rasanya mengingat kejadian itu, dan Sana berusaha menahan air mata yang sudah siap terjun bebas kapan pun dari pelupuk matanya.
“SANA,” teriak seseorang paruh baya dari awal berlawanan
“Mama...,” lirih Sana
Sana masih berharap wanita panutannya ini membelanya setidaknya sekali saja, namun, itu hanya sebuah harapan. Karena, sampai kapan pun, itu tak pernah terwujud bahkan saat sekarang
“SEJAK KAPAN KAMU MENJADI ANAK YANG TIDAK SOPAN INI, KALAU KAMU BEGINI SAYA MENYESAL MEMPERTAHANKAN KAMU SAAT ITU,” teriak mama Sana dan perkataannya itu membuat hati Sana sakit sekali seperti ribuan jarum menusuk hatinya.
Sana merasa muak dan tak tahan lagi dengan kedua orang tuanya yang tak pernah akur sejak ia kecil. Mereka selalu bilang menyesal melahirkannya. Apa sebenarnya kesalahannya?
“Sejak kapan mama tahu pertumbuhan Sana? Memang mama pernah tinggal berjam-jam di rumah ini?” ucap Sana lalu berlalu dari sana ia tak tahan lagi untuk tetap berada disana.
Seketika air matanya terjun bebas saat ia menuju ke kamarnya. Dan lagi-lagi Sana mendengar pertengkaran dari kedua orang tuanya. Kemudian, suara pintu depan dibanting, tanda ada seseorang yang keluar. Tak selang beberapa lama, suara bantingan yang lebih keras terdengar lagi. Sudah Sana perkirakan, bahwa kejadian ini akan terjadi lagi dan lagi. Kini, tersisa Sana seorang diri dirumah besar dan mewah ini. Sana memasuki kamarnya dan suara tangis memenuhi ruangan itu. Sana berteriak sekeras-kerasnya, meluapkan emosi, rasa sedih dan sakit hatinya yang sejak tadi ia tahan.
“KENAPA??”
“KENAPA HARUS GUE YANG MENGALAMI INI?”
“APA SESUSAH ITU MENDAPATKAN KASIH SAYANG KALIAN?” teriak Sana diiringi isak tangis yang hebat.
Setelah beberapa saat, entah apa yang dipikirkan, Sana membenturkan kepalanya kedinding berkali- kali dan menjambak rambutnya sendiri. Kegiatan itu berulang kali dilakukannya. Tak sampai disitu, ia pun melakukan percobaan bunuh diri dengan mencekek lehernya dengan kedua tangannya sendiri dengan keras. Namun, nihil, Tuhan belum berkendak mengakhiri buku kisah Sana. Akhirnya, itu hanya meninggalkan sebuah bekas dileher Sana. Begitulah malam itu dilalui Sana dengan air mata hingga ia lelah dan tertidur.
- To be continued -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
anggita
lewat ng👍like ae..,
2022-10-16
0