Souma menyadari bahwa mereka bukan datang untuk menikmati pemandangan ini, setelah 10 menit berlalu mereka mulai mencari tanaman yang mereka inginkan.
Tanaman itu hidup baik di ketinggian namun bukan berarti mereka mudah ditemukan atau jumlahnya yang sangat banyak, melainkan sebaliknya.
Souma mencari di antara semak-semak sementara Risela dan Anna mencari di sela-sela tebing tinggi.
Tanamannya sendiri hanya setinggi 30 cm dengan daun berwarna hijau tua, tidak ada bunga atau ciri yang begitu signifikan tentangnya, jika hanya sekilas itu bahkan mirip seperti rerumputan liar.
Hanya satu cara bisa membedakannya yaitu mengambil satu daun kemudian mengunyahnya dalam mulut, jika rasanya manis maka itulah tanaman yang dimaksud.
Souma berhasil menemukan satu setelah mencoba mengunyah beberapa dedaunan pahit sebelumnya. Dia hanya menemukan satu tanaman tapi itu cukup untuk membuat beberapa cangkir teh saat dibawa pulang.
Dia bangun lalu berjalan untuk memeriksa Risela dan Anna, keduanya sepertinya hanya mendapatkan satu juga meksipun hari sudah hampir siang hari.
Risela mendesah pelan selagi duduk di atas batu sementara Anna berbaring terlentang.
"Benar-benar melelahkan, aku akan kecewa jika rasanya tidak enak," ucap Risela demikian sementara Anna tidak keberatan, dia jelas lebih menikmati hal seperti ini.
"Bagiku tiga lebih dari cukup, mari kembali."
"Souma, gendong aku turun."
"Turun saja sendiri."
"Tapi aku tidak bisa menggerakkan kakiku lagi."
"Aku juga."
"Kalau begitu mari beristirahat di sini sampai kalian pulih."
"Lalu bagaimana dengan daun tehnya?" tanya Anna.
"Satu tanaman akan kita buat teh, sementara dua yang kalian dapatkan akan kita tanam di dalam pot bunga dengan begitu kita tak perlu mencari lagi kemari."
Anna maupun Risela menatap Souma dengan pandangan berbinar.
"Aku baru menyadarinya tapi ternyata Souma pintar."
"Aku juga merasa demikian."
"Kalian malah terdengar mengejekku."
"Apa kau akan menghukumku?"
Souma mendesah pelan saat Risela menjulurkan bokongnya, Souma bukan orang mesum seperti pria lakukan hanya saja jika dia tidak melakukannya sampai kapan pun Risela akan mengganggunya.
Walau ragu dia akhirnya menggunakan tangannya untuk menamparnya.
"... Kyaah."
"Apa itu yang dinamakan permainan dewasa di dunia manusia?"
"Bukan, pokoknya jangan sampai kau ikut-ikutan," Souma menegaskan hal itu pada Anna yang penasaran sebelum dia menyusun batu kecil menjadi tungku lalu meletakan teko kecil di atasnya.
Dia memasukan dedaunan yang sebelumnya dia dapatkan lalu menggunakan sihir air dan membiarkannya mendidih beberapa menit sebelum menuangkannya ke masing-masing cangkir untuk disajikan.
"Risela."
"Terima kasih."
"Dan juga Anna."
"Terima kasih."
Keduanya menyeruput teh secara bersamaan dan seketika wajah mereka terlihat lebih rileks dan segar.
Anna lebih dulu mengutarakan pendapatnya sebelum disusul Risela.
"Rasanya manis seolah dicampur dengan madu."
"Itu benar, tapi tidak terlalu manis juga membuat orang yang meminumnya tidak akan cukup dengan satu gelas."
"Aku buat banyak jadi minumlah sepuasnya."
"Baik."
Souma hanya tersenyum setelahnya, selama hidupnya ini mungkin pertama kalinya dia bisa pergi dengan seseorang hanya untuk menghabiskan waktu bersama.
Sekilas dia mengingat dewi yang telah mengirimnya ke berbagai dunia, wajahnya mungkin sesuatu yang tidak bisa dia lupakan.
Kecantikan dan juga pesona yang berasal dari bunga yang tidak bisa disentuh siapapun adalah sesuatu yang bisa menggambarkannya.
Souma bertanya-tanya apa dia akan kecewa padanya atau marah saat tahu Souma malah lebih memilih jalan seperti ini padahal dia hanya perlu menyelamatkan satu dunia lagi agar keinginannya terkabul.
Memikirkannya juga tidak akan menemukan jawaban apapun pada akhirnya Souma hanya duduk selagi menikmati tehnya dengan tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 355 Episodes
Comments