🍁🍁🍁
Baim dan Alden pun menikmati martabaknya sampai habis, sedangkan Nayra hanya melihat-lihat mereka makan saja. Karena kekenyangan Alden mengantuk dan dibawa tidur oleh Nayra ke kamar. Setelah menidurkan Alden Nayra kembali menghampiri Baim yang masih ada di ruang tamu.
"Baim, kita bicara di luar saja biar warga nggak salah faham."
Baim pun mengikuti kemauan Nayra. Mereka berbicara sambil duduk di luar, tak lupa Nayra membuatkan Baim kopi untuk menyajikan tamu datang.
"Nayra, dari tadi aku lihat kamu diam saja, kamu ada masalah?"
"Aku udah dapat kerjaan baru."
"Bagus dong, jadi kamu bisa kerja lagi."
"Iya, tapi aku bingung mau nitipin Alden di mana, karena pekerjaan ku sekarang ini nggak bisa bawa anak."
"Kamu tenang saja, aku yang akan menjaga Alden sebelum kamu pulang kerja."
"Beneran?"
"Apa sih yang enggak buat Alden."
"Tapi kamu kan kerja juga, nanti kalau pekerjaanmu terganggu, bagaimana?"
"Santai aja, aku kerja di bengkel dan bengkel itu punya aku juga, jadi aku bebas mau ngapain."
"Terima kasih Baim..." Nayra dengan spontan memegang tangan Baim karena merasa beban pikirannya dari tadi di selesaikan oleh Baim.
"M-maaf!" Nayra langsung melepaskan pegangannya dari tangan Baim, ia merasa malu telah memegang tangan Baim tanpa seizin orangnya.
Sedangkan Baim terlihat senyum-senyum melihat Nayra malu-malu telah memegang tangannya, padahal ia malah begitu senang ketika Nayra memegang tangannya.
***
Di sisi lain terlihat keluarga Grahatama kumpul makan malam di meja makan. Ada Tuan Wijaya Grahatama, Nyonya Kumala Grahatama serta anaknya Andrian Vio Grahatama selaku pemegang perusahaan Grahatama yang sudah dialihkan oleh Papanya Wijaya Grahatama.
"Andrian, kapan kamu akan menikah. Sedangkan umurmu sudah 30 tahun," kata Nyonya Kumala mengawali pembicaraan.
"Andrian belum siap menikah, lagian Andrian belum punya calon untuk menjadi istri Andrian."
"Kalau kamu belum punya calon, Mama akan kenalkan ke kamu anak teman Mama pasti kamu suka."
Mendengar kata itu membuat selera makan Andrian hilang. Setiap hari ia ditanya kapan menikah dan mau akan dikenakan sama anak teman mamanya. Andrian merasa stress selalu ditanya dan dipaksa menikah oleh mamanya.
"Cukup Mah! Andrian capek."
Andrian meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan dulu makanya. Nyonya Kumala berteriak memanggilnya tapi Andrian tak mendengarkan panggilan dari mamanya. Bahkan sampai para pelayan di rumah itu menggeleng-geleng kepala mendengar setiap hari nyonya dan tuan mudanya bertengkar.
"Sudahlah Mah, biarkan Andrian memutuskan masa depannya bagaimana, toh dia sendiri yang akan menjalankan kehidupan kedepannya," ujar Tuan Wijaya.
"Tapi Pah, Mama ingin Andrian cepat menikah dia anak satu-satunya kita. Umurnya sudah memasuki kepala tiga, Mama khawatir bila tidak bisa melihat cucu Mama nantinya."
"Kamu tenang saja, bila Tuhan menakdirkan maka kita akan melihat anak Andrian tubuh besar nantinya."
Nyonya Kumala hanya menghela nafasnya dengan kasar, bagaimana pun dia harus membujuk anaknya agar cepat menikah, karena Andrian satu-satunya anak yang akan mewarisi kekayaan keluarga Grahatama.
Sedangkan Andrian berdiri di balkon kamarnya sambil menikmati pemandangan malam kota.
"Shitttt... Kenapa Mama harus memaksaku untuk menikah? Jangankan menikah, mempunyai pacar saja aku tak punya." gumam Andrian.
Entah kenapa selama 5 tahun belakangan ini Andrian tidak bernafsu melihat seorang wanita, tepatnya setelah kejadian malam itu membuat Andrian berhenti dengan hobi gilanya dulu.
Sebelum kejadian itu Andrian adalah pria yang sangat berengsek. Bahkan dirinya dulu begitu nakal sehingga membuat tuan Wijaya pasrah dengan kelakuan anaknya. Dulu Andrian setiap malamnya sering ke club' malam untuk mabuk-mabukan dan sering bergonta-ganti wanita untuk ia tiduri. Tapi sekarang Andrian berubah 180° dari kebiasaannya dulu, bahkan ia merasa jijik melihat wanita bila menggodanya.
"Apakah aku tak normal sehingga merasa jijik melihat wanita yang menggodaku?" tanya Andrian ke diri sendiri, tapi dengan cepat Andrian menghilangkan pikiran itu dari dirinya, sebab bagaimanapun juga ia masih tetap bernafsu kepada wanita tapi entah wanita siapa tempat ia bernafsu saat ini.
Andrian merogoh kantong celananya untuk mengambil sebuah kalung yang ia temui saat kejadian malam itu. Setiap malam ia memandangi kalung itu, entah kenapa ia merasa tenang melihat kalung itu.
"Siapa wanita malam itu? Apa yang sudah terjadi malam itu? Apakah aku sudah melakukan pelecehan kepada wanita itu? Bila benar aku sudah mengambil keperawanannya sebab di kain itu ada bercak darah keperawanan."
Itulah pertanyaan selama lebih lima tahun belakangan ini. Tapi sampai saat ini belum ia temui jawaban dari semua pertanyaannya saat ini.
***
"Sayang, kamu baik-baik ya di sekolah. Nanti pulangnya dijemput sama Om Baim, Mama lagi kerja jadi nggak bisa jemput Alden pulang sekolah."
"Iya Mah."
"Kalau gitu Mama pergi kerja dulu, muah..." Nayra mencium pipi anaknya sebelum pergi meninggalkan anaknya di sekolah. Sedangkan bekas ciuman dari mamanya langsung Alden hapus karena tak suka bila dicium.
Sampai di kantor Nayra langsung menuju ruang sekretaris Andrian, karena ia ingin menanyakan apa pekerjaannya sebagai asisten Andrian.
"Permisi Mbak..."
"Kamu siapa?" tanya sekretaris Andrian yang bernama Tiara itu.
"S-saya Nayra asisten baru Pak Andrian."
"Oh kamu Asisten baru Pak Andrian, ada apa ke sini?"
"Kata Pak Andrian saya di suruh menanyakan pekerjaan saya kepada Mbak."
Tiara pun mempersilahkan Nayra masuk ke dalam ruangannya dan menjelaskan semua tugas-tugas yang harus dilakukan Nayra sebagai asisten Tuan Andrian.
"Yang pertama setiap pagi kamu harus lebih dulu datang dibandingkan Pak Andrian, kalau tidak siap-siap saja akan dipecat, yang kedua kamu harus membuatkan kopi setiap paginya untuk Pak Andrian dengan sesuai takarannya, serta kamu harus membawakannya makan siang ke ruang kerjanya karena Pak Andrian tak ada waktu untuk makan siang di luar. Dan pagi-pagi juga kamu harus membersihkan ruang kerja Pak Andrian karena Pak Andrian tidak mengizinkan OB atau pembersih lainnya masuk ke dalam ruangannya."
Tiara menjelaskan semua pekerjaan Nayra selama menjadi asisten tuan Andrian. Bukan itu saja tapi lebih banyak lagi yang harus dilakukan Nayra selama menjadi asisten tuan Andrian.
"Kalau boleh tau, di mana ya meja saya?"
"Kamu satu ruangan dengan Pak Andrian, jadi kamu sudah disediakan meja di dalam ruangannya agar Pak Andrian tidak susah payah untuk memanggil mu."
Nayra menelan salivnya mendengarkan satu ruangan dengan laki-laki yang Nayra benci. Melihat wajah Andrian saja Nayra hampir muak apalagi harus melihatnya sepanjang hari bahkan setiap hari. No no no apakah dia akan sanggup menjalani hidupnya di neraka ini?.
"Kamu kenapa?"
"Eh... tidak pa-pa Mbak! Terima kasih atas penjelasannya tadi."
"Sama-sama."
Sebelum Nayra keluar dari ruangan Tiara, kembali Tiara memanggil Nayra.
See you again...
LIKE DAN KOMEN YA! KALAU IKHLAS BOLEH DI VOTE JUGA ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Bulan Bintang
enak asisten bos cm lilisan sma g msuk akal si tp nmx jg dunia perhaluan
2023-12-22
0
Sapto Mulyanto
masa seorang asisten yg diperlakukan spt pesuruh punya ruangan mnyatu dg bos...
2023-12-18
1
Karebet
👍👍👍
2023-06-07
0