Jangankan pacaran, kisah asmara saja ia tak pernah rasakan. Tujuh belas tahun hidup tanpa cinta lawan jenis membuat perempuan yang suka berolahraga ini tak begitu peka mengenai perasaan suka atau bahkan rasa cinta. Ia tak begitu tertarik dengan hal-hal merepotkan yang melibatkan perasaan, karena selama ini ia hidup dalam pusaran permasalahan yang cukup merepotkan. Jadi tak sempat menjalin hubungan asmara dengan lelaki.
Di tengah pikiran yang berkecamuk. Suara toa bergema di sudut-sudut sekolah "Diharapkan bagi murid yang di nyatakan lulus. Segera berkumpul di lapangan".
Ia segera pergi menuju lapangan. Sampai di lapangan, nampak para anak SMP sudah berbaris rapi. Dan Rumi mendapat barisan paling belakang ujung kanan. Ia hanya diam memperhatikan ke kanan, ke kiri dari sudut mata. Setidaknya jumlah orang-orang ini berkurang menjadi ratusan.
Perempuan itu tidak ahli dalam bersosialisasi. Jangan heran jika ia cuman berdiam diri tak ada kerjaan. Rumi menengadah melihat langit "Langit selalu indah dipandang kapanpun" tuturnya.
Ia mengeluarkan handphone berwarna biru muda dari saku rok panjangnya, membuka aplikasi camera dan mengarahkan kamera handphone-nya ke langit. Ia menggeser posisi benda pipih itu beberapa kali untuk mendapatkan hasil foto yang bagus. Selain suka olahraga, perempuan ini juga suka memfoto langit.
Ditengah kesibukannya. Ia mendengar suara ribut-ribut dari segelintir orang di lapangan "Ih, siapa itu, ganteng banget!" Ucap perempuan di barisan sebelahnya, membuatnya tertarik.
Ia segera memasukkan handphone-nya ke saku rok. Memalingkan pandangan mencari pria ganteng yang di maksud. Ketika tatapannya tertuju ke arah panggung yang ia lihat terakhir kali kosong, ternyata sudah terisi satu sosok pria yang sedang berdiri di mimbar
Rumi mengerjap-erjap, dari posisinya sekarang ia tak dapat melihat lebih teliti wajah pria itu. Yang pasti ia memakai kemeja putih lengan panjang dengan lapisan rompi hitam menawan. Kaki jenjang yang panjang pria itu di baluti celana hitam sampai di mata kakinya. Dari kejauhan saja aura kegantengan pria itu sudah keluar. Apalagi dari dekat.
Pria itu memegang mic "Selamat untuk para siswa-siswi yg telah berhasil lolos ke sekolah High School Onestar" Suara gagah nan berat keluar dari mulutnya. Seakan menyihir semua murid untuk menatapnya.
"Perkenalkan. Saya Wakil Kepala Sekolah kalian, Aiden Dhirendra".
Sudah berjam-jam berlalu sejak Aiden berceramah. Entah membahas mengenai peraturan sekolah, tata cara berpakaian, hukuman bagi pelanggar aturan dan lain-lain. Terdengarlah suara penderitaan murid-murid yang merintih seakan mereka akan mati hari ini. Lain halnya dengan Rumi. Sedari tadi ia diam mendengar pidato Aiden, tak sekalipun mengeluh.
"Dan tahun ini. Ada siswa yang berhasil mendapatkan beasiswa dari sekolah yang membuat nya berhasil masuk di sekolah ini" Lanjut Aiden.
Suasana yang tadinya membosankan dan jenuh karena pidato monoton. Berubah menjadi penuh tanya, Murid-murid seketika heboh dengan mengatakan awalan kalimat. 'apa ?', 'siapa ?'.
Beasiswa Onestar, bisa di katakan sebagai jalur VIP di sekolah ini. Pertama, seseorang yang mendapat beasiswa akan dibiayai penuh oleh pihak sekolah hingga ia lulus, biaya sekolah di sini tergolong sangat mahal. Kedua, penerima beasiswa hampir sama posisinya dengan orang-orang penting di sekolah ini. Ketiga, dibebaskan untuk keluar masuk sekolah. Di sekolah Onestar, murid yang tinggal di asrama tidak diizinkan untuk keluar sekolah jika bukan hal mendesak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments