"Bagaimana?" tanya Dicky sambil tersenyum.
"Baik. Aku setuju. Tapi kamu yakin kalau aku tidak akan tinggal di rumahmu?"
"Tenang saja. Kamu tidak perlu tinggal di mansion keluarga Prasetya. Karena aku punya apartemen milikku sendiri."
"Baiklah."
Mereka sama-sama berjabat tangan, tanda sepakat dengan isi perjanjian yang Dicky buat. Isi dari perjanjian itu adalah, yang pertama, tidak boleh saling jatuh cinta. Karena Dicky sudah punya tambatan hati, seorang gadis desa yang saat ini masih berada di desa. Yang kedua, tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing. Yang ketiga, tidak saling mengatakan kalau sebenarnya mereka sudah menikah pada teman, atau orang lain selain keluarga yang tahu saat mereka menikah.
Terlepas dari tiga perjanjian itu, Dicky berjanji akan memenuhi semua kebutuhan Merlin, hingga biaya untuk Merlin melanjutkan sekolahnya, mengejar cita-cita yang ia impikan selama ini. Merlin menyetujuinya. Ia berpikir, dengan begitu, ia bisa hidup tenang tanpa harus satu atap dengan Jenni, manusia bermuka dua.
Sementara Dicky, ia melakukan hal itu agar ia bisa lepas dari perjodohan yang mamanya buat. Ia tidak ingin menikah dengan anak teman masa kecil mamanya. Ia tidak suka dengan gadis manja yang sangat narsis ketika bersamanya.
_____
Di kamar, Jenni membanting semua barang yang ada di atas meja riasnya. Ia benar-benar kesal dengan apa yang baru saja terjadi. Rencana yang ia buat, bukannya berhasil, tapi malah merenggut apa yang ia impikan selama ini.
"Dasar sialan!" Jenni berteriak kesal hingga sampai terdengar ke kamar Mita yang berada di lantai dasar.
Mendengar teriakan dari anak kesayangannya, Mita tidak menunggu waktu lama lagi untuk melihat apa yang telah terjadi pada Jenni. Ia setengah berlari menaiki anak tangga agar bisa cepat sampai ke lantai dua.
Saat ia berada di depan pintu kamar, terdengar bunyi sesuatu pecah. Dengan tangan gemetaran, Mita membuka pintu kamar anaknya dengan cepat. Ketika pintu terbuka, Mita kaget dengan isi kamar Jenni yang begitu berantakan, mirip kapal pecah. Seprei yang tercabik dari kasur. Vas bunga pecah berantakan. Bedak dan alat kosmetik lainnya juga berserakan di lantai. Sementara Jenni, ia sedang menatap dirinya di depan kaca.
"Ada apa ini, Jenni? Mengapa semuanya jadi berserakan seperti ini? Kenapa kamu teriak-teriak? Untung aja papamu gak ada di rumah. Kalo ada, kan bisa bahaya. Bisa rusak semua rencana mama," kata Mita sambil berjalan masuk.
"Aku kesal, Ma. Kesal ... banget!" Jenni bicara sambil mengacak-acak rambut hitam sebahunya.
"Kesal kenapa sih? Coba katakan pada mama. Kali aja, mama bisa bantu."
"Ini semua gara-gara si Merlin sialan itu."
"Ada apa lagi sih, sayang? Bukankah kamu sudah menjalankan rencana mu dengan sangat baik?"
"Apanya yang baik, Mama! Semua rencana yang aku buat jadi berantakan. Kacau! Semuanya kacau!" Jenni kembali mengacak-acak rambutnya karena terlalu kesal dengan apa yang baru saja terjadi.
"Ya Tuhan! Kamu bikin mama semakin bingung deh, Jen. Mama gak ngerti deh apa yang kamu katakan ini. Kacaunya di mana sih?"
"Kacaunya di mana mama tanya? Ya jelas di laki-laki yang akan menikahi Merlin itu, Ma. Mama tahu gak, cowok yang akan menikahi Merlin itu adalah tuan muda keluarga Prasetya, Ma?"
"Iya mama tahu." Mita menjawab pertanyaan anaknya dengan wajah tenang.
"Lalu, kenapa mama terlihat begitu tenang saat tahu kalau cowok yang akan menikah dengan Merlin itu adalah anak keluarga terkaya di kota ini, Ma? Apa mama rela membiarkan Merlin menikah dengan pewaris tunggal dari keluarga yang paling berpengaruh di kota ini, hah?"
"Jenni sayang, dengarkan mama ya," ucap Mita sambil merangkul pundak anaknya dengan lembut.
"Kamu tidak pernah dengar kabar ya, sebelumnya?"
"Kabar apa?" tanya Jenny masih dengan wajah kesalnya.
"Pewaris tunggal keluarga Prasetya itu sudah di jodohkan sejak kecil, tahu gak?"
"Apa maksud mama?"
"Maksud mama adalah ... cowok yang bernama Dicky yang akan menikah dengan Merlin itu sebenarnya sudah ada calon istri. Mereka sudah di jodohkan sejak masih kecil oleh kedua belah pihak keluarga mereka. Jadi ... kamu tidak perlu merasa sedih atau kesal dengan apa yang baru saja terjadi, sayang. Karena ... Merlin pasti tidak akan menikah dengan tuan muda keluarga kaya itu."
"Ja--jadi ... Dicky sebenarnya sudah punya calon istri, Mama?"
"He em, iya." Mita menganggukkan kepala sambil menarik senyum di bibirnya.
Berharap anaknya ikut bahagia dan tenang dengan berita yang ia sampaikan barusan. Namun kenyataannya, Jenny malah semakin menangis dengan suara keras. Hal itu membuat Mita menjadi kebingungan dengan apa yang Jenny perbuat.
"Mama .... " Jenny berteriak dengan nada sangat sedih. Ia langsung memeluk mamanya sambil menangis.
"Ih ... kamu ini ada apa sih, Jen? Harusnya itu kamu bahagia dengan apa yang mama katakan barusan. Ini kenapa malahan semakin menjadi-jadi tangisannya?"
"Bagaimana aku bisa bahagia, Ma? Kabar yang mama bawa ini sangat menyakitkan buat aku, tau?"
"Menyakitkan bagaimana?"
"Mama gak ngerti apa dengan apa yang aku rasakan, hm? Aku suka Dicky, Ma. Aku suka dia. Aku ingin memiliki dia sebagai kekasihku. Tapi ... kabar itu ... hu hu hu ... Mama .... "
"Jenny. Jangan bermimpi terlalu tinggi, Nak. Kita tidak punya kedudukan yang terpandang. Kamu tidak bisa mendambakan pemuda seperti Dicky. Karena kita tidak akan bisa di terima oleh keluarga Prasetya yang yang memiliki latar belakang terpandang. Mereka benar-benar mempertimbangkan dari mana kamu berasal nantinya."
"Sudah, ya. Mama sarankan padamu agar kamu melupakan Dicky dari pikiranmu. Cari laki-laki yang kaya lainnya. Asal itu bukan keluarga Prasetya."
"Kamu inikan cantik, sayang. Masih banyak laki-laki tampan lainnya yang pasti akan tertarik dengan kecantikan kamu. Juga masih banyak laki-laki yang lainnya yang pasti suka dengan kamu, Nak."
"Mama ini gimana sih, Ma? Kenapa mama biarkan Merlin menikah dengan Dicky? Sedangkan aku, mama larang."
"Mama tidak membiarkan Merlin menikah dengan Dicky begitu saja, Jenny. Tapi, kita tidak mungkin mencampuri urusan keluarga Prasetya, bukan? Kamu mama larang, karena kamu anak satu-satunya kesayangan mama. Mama tidak ingin kamu tersiksa jika masuk ke dalam keluarga Prasetya. Karena kamu bukan wanita yang keluarga Prasetya pilih untuk menjadi nona muda keluarga mereka."
"Mama harap kamu paham apa yang mama maksudkan."
Jenny terdiam. Ia berusaha mencerna apa yang mamanya sampaikan. Perlahan, benar Jenny membenarkan apa yang mamanya ucap. Wajah sedih itu mendadak menghilang setelah ia mengerti apa yang mamanya ucapkan barusan.
"Jadi ... kita tidak perlu ikut campur lagi sekarang, mama? Biar keluarga Dicky yang membuat perhitungan dengan Merlin? Itu maksud mama, kan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Qorie Izraini
ngarep banget y ..
klu hdp Meelyn bakal sengsara
dasar emak sana anak sama aja.
sama2 gak tau diri
ini lg papa Merlyn kok bisa nuta y mata hati ny, pada anak kandung Sendiri
2023-10-14
0
Qaisaa Nazarudin
wkwkwk Jenny Jenny halu mu terlalu tinggi..🤦🏻♀️
2023-05-27
0
Qaisaa Nazarudin
Pantesan ortu Dicky gak restu hubungannya dgn cewek desa itu, Dr mana juga sih Dicky kenal cewek itu??
2023-05-27
0