Dihari yang telah berganti. Ketika mentari mulai menampakkan sinar terang yang menyilaukan mata.
Hanum menggeliat nyaman di atas tempat tidur, merenggangkan sekujur otot tubuhnya yang terasa letih dan lunglai.
Ia mengerjap bingung tatkala tersadar dan mendapati dirinya sedang berada di tempat asing yang tak pernah ia sambangi sebelumnya. "Ini dimana?" tanyanya bingung seraya melihat sekeliling ruangan.
Pikirannya mendadak kacau tatkala ia baru saja tersadar dengan apa yang telah terjadi pada dirinya.
Serakan bajunya yang tercecer di atas permukaan lantai membuat wanita itu seketika menjerit histeris sembari mengencangkan selimut untuk menutupi bagian tubuhnya.
Ia histeris setelah mendapati keadaan tubuhnya yang memiliki banyak tanda merah dibeberapa bagiannya. Kesuciannya telah dipastikan hilang terenggut oleh seseorang yang tak ia kenali.
Segera ia memunguti pakainya kembali dan secepatnya mengenakannya dengan terburu-buru. Sesekali isaknya timbul kembali tatkala ia melihat adanya bercak merah darah yang telah mengering mengotori ranjang tempat semula ia berbaring tadi.
Dengan penuh ketegaran ia menghapus jejak air matanya. Percuma menangis karena hal buruk telah menimpa dirinya. Kesuciannya telah hilang dan takkan mungkin kembali walaupun ia menangis darah sekalipun.
Suasana teramat hening. Dari dalam bilik kamar berukuran luas itu ia dapat mendengar suara ayun langkah kaki yang sedang menuju ke arahnya. "Siapa?" kerjapnya panik seraya memeluk tubuhnya erat.
Langkah kaki itu kian berderap kencang, begitupula dengan napas Hanum yang kian memburu dilanda kecemasan.
Ia takut sekaligus bingung harus berbuat apa.
Ia hanya bisa berdiri tegap, mematung ditempat semula dengan tubuh gemetar sembari melihat badan pintu yang perlahan mulai terbuka.
"Selamat pagi, " ucap seorang pria yang memiliki warna mata bak permata indah itu. Senyumnya mengembang sempurna, tanda pria itu sedang berbahagia.
Hanum memundurkan langkahnya pelan, berupaya menjauh tatkala pria itu berusaha mendekatinya. "Berhenti, jangan mendekat!" peringatnya dengan nada bergetar seraya mengisyaratkan tangannya kepada pria itu untuk berhenti di tempatnya.
Sontak pria itu menghentikan laju kakinya. Ia mengusap kilas keningnya sebelum akhirnya ia kembali bersuara, "Danill Hamann," ucapnya seraya mengulurkan tangannya.
"Siapa namamu, Nona?" imbuhnya lagi sembari menanti jemari Hanum yang tak kunjung jua menyambut uluran hangat dari pria bermata indah itu.
Hanum bergeming, ia memandang wajah asing itu dengan tatap kebencian. Pria itu telah merenggut paksa kesucian miliknya, dan sialnya lagi ia tak ingat apapun mengenai peristiwa menjijikkan itu.
"Terkutuk kau pria bajingan!" makinya sarkatik dengan telunjuknya yang mengacung tepat di wajah Danill. Tangisnya pecah dan bibirnya terus saja meracau tak jelas.
Pria itu mengerjap terkejut. Bibirnya bungkam tak dapat berkata-kata ketika melihat gadis di hadapannya itu menangis histeris. Baru kali ini ada wanita yang memakinya dan menatapnya dengan pandangan seperti itu. "Maafkan aku atas segala kejadian semalam, Nona. Aku tau, aku sudah berlaku kurang ajar terhadap mu," ujarnya seraya mengulurkan tangannya mencoba untuk menenangkan hanum yang kian histeris.
"Kurang ajar? Kau bahkan tak layak disebut sebagai manusia!" Hanum menepis kasar uluran tangan Danill dari hadapannya.
Ia masih terisak menahan sesak akan kehancuran dirinya.
Ia bukan lagi seorang istri yang suci. Seharusnya ia menyerahkan kesuciannya kepada suaminya sejak jauh-jauh hari, bukan malah menyerahkannya kepada orang asing yang bahkan tak ia kenali.
"Kau mau kemana?" tanyanya tatkala melihat Hanum yang terburu mengemasi isi tasnya.
"Kau pikir, apa aku akan tinggal disini bersama dengan pria laknat yang telah merenggut harta paling berharga milikku? Melihat wajahmu saja aku sudah merasa muak!" sarkasnya dengan sorot mata tajam.
Air matanya masih menganak sungai, begitupun dengan kemarahannya yang kian menjadi-jadi. Pria di hadapannya ini benar-benar membuatnya muak dan jijik.
"Lantas, siapa yang salah disini? Bukankah semalam kau sendiri yang menjatuhkan diri ke pelukanku? Kau sendiri yang merengkuhku dan sekarang kau malah menjadikan ku sebagai kambing hitam?
Ayolah! Kita sudah sama-sama dewasa, dan ... semalam kau juga menginginkannya bukan?" cetus Danill yang seketika membuat Hanum terbungkam.
Ia memejamkan matanya untuk sesaat. Telinganya terasa panas mendengar kata-kata hina yang keluar dari mulut pria itu. Jemarinya mengepal erat sebelum detik berikutnya ia lepas kendali dan mendaratkan tamparan kerasnya tepat di pipi pria itu. "Kau pantas mendapatkannya!" ucapnya geram.
Danill mengusap wajahnya yang masih terasa kebas dengan rasa panas yang masih menjalari area wajahnya.
Gerahamnya mengetat sedang jemarinya mencekal erat wajah wanita itu. Membuat Hanum mau tak mau mendongakkan kepalanya lalu kemudian bersitatap dengan pria pemilik netra biru itu.
"Kau boleh memaki dan mengeluarkan segala emosimu, tapi tidak dengan memukul ku semau mu sendiri.
Tinggallah disini jika kau berkenan. Aku tak akan lari dan akan bersikap layaknya pria dewasa yang akan memenuhi tanggung jawabku terhadapmu. Jika memang itu yang kau inginkan," tuturnya sedikit lembut diikuti oleh sorot matanya yang perlahan mulai meredup.
"Cih!" decihnya dengan angkuh.
"Jangan mimpi dan jangan berharap apapun. Kau terlalu memandang tinggi dirimu sendiri. Seolah aku akan mengemis sebuah tanggung jawab dan membebani mu.
Perlu kau ketahui satu hal bahwasanya aku adalah seorang wanita yang sudah bersuami, bukan wanita murahan yang hanya mengemis sebuah tanggung jawab. Menyingkir dariku dan biarkan aku pergi, sekarang!" Hanum menatap Danill dengan sorot mata tajam. Tiada secuilpun ketakutan yang terbesit lagi dalam setiap tutur katanya.
Ia menepis kasar jemari Danill yang masih menangkupi wajahnya. Langkah kakinya melebar keluar dari kamar tersebut sebelum akhirnya bunyi dentam pintu yang berayun cepat menjadi sekat pemisah di antara keduanya.
Ia bergegas pergi meninggalkan kediaman terkutuk itu dengan cucuran air mata.
pertahanannya runtuh diikuti sesal dan rasa bersalahnya terhadap, Reynand.
Pria itu begitu mencintainya, memandangnya dengan tinggi dan tak pernah sekalipun memaksakan kehendak terhadapnya. Namun sekarang semuanya hancur, mahligai rumah tangganya serasa kian berantakan dengan hadirnya masalah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
mka y jd cwe tuh hanum hrs byk brsyukur punya suami yg mncinta mlah d cuekin akhir y karma mu lngsung d byr lunas
2022-07-20
2
Meirah
Cinta yg penuh derita
2021-02-04
1
🦢 𝐢𝐜𝐡𝐚❣︎ˢᵉˡˡᵒʷ͢ ㉿ᵇᵍᶠ•ʲʳ
kasian Hanum ternodai
2020-12-31
0