Bab 3

3.

Entah apa yang terjadi kepadaku, terakhir aku mengingat bahwa motor yang di kendarai Faisal lepas kendali setelah menghindari kucing yang menyebrang jalan sembarangan.

Saat ku buka mataku, aku melihat ada Umi, dan Abah yang duduk di sampingku.

"Umi, Yusuf kenapa?" Tanya ku sambil menatap Umi.

"Udah jangan bangun, nak," Umi mencegahku yang hendak duduk "Kamu kecelakaan, untung nya gak apa-apa hanya kepala bocor dan di jait dua"

"Faisal gimana umi?"

"Faisal gak kenapa-kenapa, dia hanya lecet kaki dan tangan saja," Terang nya

"Kalau Abah tau kamu keluar, pasti tak larang. Memang dalam islam gak ada larangan bagi calon pengantin keluar, tapi adat Jawa melarang nya. Calon pengantin itu bau bunga, sasaran jin dan setan"

Ya, kuakui memang aku salah. Aku tau walaupun Abah seorang Kyai, tapi dia tetap memegang Adat Jawa erat. Selama Adat itu tidak menyuruh kita menyembah selain Allah, kita bisa tetap melestarikan nya.

Negeri tercinta ku, Indonesia. Sangat banyak sekali ragam budaya dan Adat nya. Sayang sekali jika harus hilang, padahal di luar negeri, mereka semua mengincar budaya dan Adat kita.

"Assalamu'alaikum"

Dua orang yang sangat aku kenali sejak dulu itu masuk, membawa sebuah kantong keresek penuh makanan.

"Wa'alaikumsalam"

"Gimana keadaan nya?" Tanya pak Jamil, calon bapak mertua ku.

"Cuma di jahit dua kening nya, besok pagi boleh pulang"

"Alhamdulillah, aku sungguh sangat khawatir tadi," Sehut Bu Mila, sahabat Umi sejak dulu.

"Chaca gak di ajak?"

Sudah ku duga, Umi akan mempertanyakan dia. Aku berharap dia tidak ikut, semoga saja.

"Mempelai wanita nya tak pingit dulu, kalau tak ajak nanti malah ketemu sama Gus Yusuf," Goda Pak Jamil, seorang pria yang sangat humble dan baik sekali.

Aku bernafas lega, ternyata dia tidak ikut kesini.

"Malu dia," Ucap Abah sambil melihatku yang menunduk, mereka pun tertawa.

Biarkan saja, apapun yang mereka pikirkan tentang reaksiku. Sebenarnya aku tidak malu, aku hanya senang saja dia tidak ikut.

"Gimana apa acara nya di tunda sampai Gus Yusuf sembuh, kyai?"

Aku melongo, apa ini sebagian rencana Allah untukku, pernikahan ini ditunda atau bisa jadi di batalkan.

"Tidak," Jawab tegas Abah yang membuatku seketika lemah "mungkin tiga sampai empat harian Yusuf sudah sehat, jadi gak perlu di tunda. Lagian undangan juga sudah selesai besok dan langsung di bagikan"

"Gus Yusuf, gimana?" Tanya Bu Mila yang ingin memastikan dan mendengar pendapat ku, padahal apapun yang aku katakan nanti, Abah dan Umi yang memutuskan, sedangkan aku tidak bisa menolak beliau.

"Inggih, bu. Yusuf ngikut saja," Jawaban paling bijak, tidak mungkin aku mengatakan bahwa aku ingin pernikahan ini tidak terjadi. Ah, bisa kena kutuk aku sama Umi dan Abah.

"Seperti nya Yusuf juga gak sabar pengen cepat halal sama Chaca, heheh"

Semua tertawa renyah, dan aku seperti biasanya. Hanya bisa diam dengan apa yang semua orang lakukan kepadaku.

Pernikahan ini terjadi begitu saja, aku tidak tau apa sebab nya tiba-tiba saja aku di jodohkan dengan dia.

Jujur saja banyak sekali rekan-rekan ustadz dan kyai kenalan Abah yang berniat menjodohkan ku dengan anak gadis mereka, tapi Abah selalu tanya kepadaku dan aku selalu menolak nya. Alasan nya karena Nabila, gadis manis yang berhasil memancing sahwat ku.

Abah juga tidak pernah menawari ku gadis manapun, hanya beberapa hari yang lalu saja. Itupun bukan menawarkan, tapi Abah langsung memutuskan nya bahwa aku akan menikah dengan dia.

"Oh iya, tadi Chaca sudah tak tanyai. Kata nya dia mau mahar satu juta saja,"

"Kok sedikit sekali, Jamil? Apa kamu yang memaksanya? Aku kenal Chaca seperti apa loh"

"Tidak, tidak. Dia mau sejuta katanya, tapi minta dihias, ada-ada saja permintaan nya"

"Hehehe, gak apa-apa. Namanya juga anak-anak"

Ya, dia masih anak-anak. Tapi kenapa dia Dinikahkan dengan ku? Huh, aku sungguh tidak mengerti.

Abah dan Umi juga seperti nya sangat menyayangi nya, aku tidak tau seperti apa dia. Aku hanya mengenal baik kakak nya, Ridwan. Dia seumuran dengan ku, dia juga pernah mondok dan satu sekolah dengan ku.

sedangkan dia, aku hanya berjumpa dengan nya dua kali. Pertemuan pertama satu tahun yang lalu, saat idul fitri. Cih, aku jijik mengingat nya.

Waktu itu dia berlari dan menabrak ku, dia berlari hanya memakai handuk kimono selutut, dengan rambut terbungkus handuk sehingga dada hingga leher nya terekspos.

Dia tak malu memakai nya di luar kamar, padahal jelas di sana ada keluarga ku.

Dan yang kedua dia marah-marah kepadaku, dua bulan yang lalu. Sebelum perjodohan ini mencuak.

Flashback.

Saat itu aku sekeluarga menghadiri sebuah acara pernikahan salah satu Ustadz yang mengajar di pesantren Aba, kebetulan mempelai wanita nya adalah guru nya.

Awalnya semua baik-baik saja, keluarga kami saling menyapa bahkan berfoto bersama. Kami juga berbincang, apalagi Umi yang langsung menempel ke Bu Mila, sahabat nya itu.

Karena waktu itu cuaca sangat panas, aku pun mengambil secangkir es buah. Dan saat berbalik, aku tak sengaja menabraknya hingga es yang aku pegang tumpah ke baju nya.

"Maaf," Ucap ku tulus

"Oh my god," Dia melotot kepadaku, setelah itu dia sibuk membuka tas nya, seperti nya mencari tisu.

"Menyebalkan sekali sih!" Ketus nya, setelah itu ia menepi meninggalkan ku di sana.

Karena merasa bersalah, aku pun menyusul nya. Aku melihat dia tidak membawa tisu. Akupun berinisiatif memberikan sapu tanganku kepada nya, tetapi..

"Kau itu menyebalkan sekali sih, setelah ini aku mau ke acara ulang tahun temanku, dan sekarang kau merusak baju ku"

"Maaf, mbak"

"Aku bukan mbak mbak! Dasar Om Om!" Dia bicara sangat lantang penuh amarah seolah aku sudah memperkosa nya. Untung saja sound system berbunyi sangat keras, sehingga tidak ada yang mendengar nya kecuali aku.

Karena tindakan nya itu, aku pun juga merasa kesal. Untuk pertama kalinya ada orang terlebih seorang gadis muda bersikap seperti itu kepadaku. Sungguh kurang ajar.

Sikap nya berbanding terbalik dengan kedua orang tuanya, Bu Mila sangat sopan, lemah lembut dan penyayang. Sedangkan pak Jamil juga orang yang suka bercanda, seorang saudagar yang sangat dermawan. Dan terakhir Ridwan, mempunyai sifat seperti Pak Jamil, sedangkan dia...

"Oh iya, mumpung di sini. Ukuran Baju Caca apa?"

"Dia selalu pakai Size M," Jawab Bu Mila

"Ohh, baiklah. Kalau sendal nya?"

"38, kayak nya"

"Lohh, kok kayak nya?"

"Nanti saja tak tanyakan sama Chaca, lupa aku, Maryam"

"Kamu gimana sih, Mila. Aku besok rencana mau belikan semua nya"

"Gimana kalau sekalian saja, aku juga mau beli gamis untuk dia. Tau sendiri gimana baju-baju Chaca"

"Oke, baiklah. Besok jam sembilan kita ketemuan langsung di tempat ya"

Ini bukanlah menjenguk orang kecelakaan, tapi perbincangan sudah lain cerita. Biasanya yang dibicarakan adalah kejadian yang menimpa kepada pasien, tapi ini malah membahas pernikahan.

Bukan hanya Umi dan Bu Mila, Abah dan Pak Jamil yang juga sudah sangat dekat pun membicarakan tentang ku dan dia.

"Sudah jangan Khawatir, biar Yusuf yang tangani. Kamu saja yang terlalu berlebihan"

"Aku takut saja, kyai. Chaca kan seperti itu"

"Aku sangat mengenalnya, aku juga sangat menyayangi nya. Dia sangat baik lo sebenarnya, cuma dia terpengaruh sama teman-teman nya saja kok. Tenang saja"

Aku selalu mempercayai pernyataan abah, cuma entah mengapa apapun yang dikatakan oleh Abah tentang dia, aku tak percaya sama sekali.

"Dia mau kuliah jurusan pendidikan agama Islam?"

"Alhamdulillah, akhirnya mau walau terjadi drama besar-besaran, hehehe"

Aku tak tertarik dengan perbincangan ini, ku raih handphone yang ada di atas nakas samping ranjang ku. Langsung ku buka Galery ponsel ku, untung saja aku memfoto nya saat itu.

@Chacaaa

Setelah berhasil ku baca, aku segera mencari nya di aplikasi berwarna biru. Aku ingin tau bagaimana dia di dunia Maya, tapi sayang nya dia tidak pernah posting. Seperti nya dia tidak terlalu aktif di dunia maya.

Namun ada yang bikin aku terkejut, ternyata dia berteman dengan ku di Facebook. Sungguh aku tidak mengetahui nya.

Aku tidak menemukan jawaban apapun atas pertanyaan ku. Sungguh pernyataan Faisal tadi membuat ku sangat gelisah, aku tidak bisa menahan nya dan ingin segera menanyakan nya kepada Mas Adam. Karena tak mungkin aku mempertanyakan nya kepada Abah atau Umi langsung. Jelas mereka akan menutupi kejelekan nya.

Tapi saat ku lihat beranda nya, seseorang laki-laki mengirimkan sesuatu di profil nya.

Gery Firmansyah

17 jam yang lalu

Cha, jangan pergi

Aku langsung mengetuk sebuah nama laki-laki tersebut, isi profil nya kata-kata galau. Dan di setiap update statusnya di akhiri dengan '#Chaca'.

Apakah dia pacar nya? Ini gimana cerita nya. Apa dia juga terpaksa juga menikah dengan ku. Tanda tanya besar, lalu aku tidak tau harus mencari jawaban kemana?

Tapi, semua ini bisa di jadikan alasan untuk menunda tau bisa juga membatalkan pernikahan ini.

Ah, tidak-tidak. Jika aku mengatakan semua ini kepada Umi, mungkin umi akan diam-diam menyelesaikan nya. Tapi jika aku mengatakan nya kepada Abah, aku tidak seberani itu.

Mas Adam?

Setelah sholat subuh, aku menunggu Mas Adam yang katanya akan menjemput ku dan Faisal. Namun hingga jam enam pun batang hidung nya masih belum kelihatan.

"Gus, apa Pak Kyai marah?"

"Marah sedikit, udah jangan terlalu di pikirkan. Dia marah kepada ku, bukan kepadamu"

Seperti nya Faisal takut kena marah Abah, tapi seperti nya masalah ini tidak akan di perpanjang karena Abah akan sibuk dengan pesantren dan persiapan pernikahan ku.

"Nyusahin saja pengantin ini," Ucap Mas Adam dengan tatapan yang masih sama seperti kemarin-kemarin, tatapan mengejekku. Aku pun hanya diam seperti biasanya, ya memang karena aku jarang sekali berbicara. Bisa di katakan aku pendiam dari pada Mas Adam dan Khalila.

Setelah selesai mengantarkan Faisal ke rumah nya. Aku dan Mas Adam langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Pesantren.

"Mas, apa dia setuju menikah dengan ku?" Tany

"Setuju, dia gak nolak kok. Langsung mau," Jawab Mas Adam Gamblang.

"Katanya dia kemarin sempat kabur ya mas?"

"Bukan kabur sih, dia liburan sama teman-teman sekolah nya. Karena sama Pak Jamil gak diizinin, jadi dia nekat tetap pergi"

Untuk pertama kalinya aku menolak percaya dengan kata-kata mas Adam, entah mengapa aku tidak mempercayai nya. Padahal jelas aku tau Mas Adam tidak pernah membohongiku.

"Dia pergi ke Malang, kebetulan waktu itu aku sama Faisal ada di sana. Jadi aku mencari nya di salah satu tempat wisata, dan memang benar dia di sana dengan teman-teman nya. Sekitar dua puluh orang an lah," Terang nya

"Terus?"

"Ya gak terus sih, Pak Jamil lalu menyusul nya."

Mas Adam menatapku, seolah sedang meyakinkan ku.

"Kamu tau dari Faisal kah?"

"Iya," Jawabku singkat

"Ada yang mau di tanyakan lagi, raja?" Goda Mas Adam

"Mas," Ucapan ku terhenti, kata-kata yang hendak ku ucapkan masih berhenti di kerongkongan.

"Apa?" Jawab Mas Adam yang ku lihat masih fokus menyetir.

"Kayak nya dia punya pacar, mas. Aku tidak suka gadis yang suka pacaran"

"Hahaha.. "

Aku terheran-heran saat Mas Adam tiba-tiba saja tertawa.

"Seharusnya kamu bisa menilai dari wajah nya, siapa sih yang tidak menyukai nya"

Aku tidak lagi menimpali nya, sudah tau arah jawaban yang Mas Adam katakan. Dia hanya memuji nya saja. Jika aku terus bertanya, seperti nya itu tidak akan merubah apapun. Mas Adam seperti nya juga membela nya, tidak ada yang berusaha mengerti bagaimana, dan apa yang aku rasakan, huh.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ

yakin dong suf, klo ga yakin istiqarah mnta ptnjuk ....

2022-08-07

0

Rhara

Rhara

bismillah cinta kapan up teh

2022-04-29

2

Tamnu Qoshdy

Tamnu Qoshdy

lanjut author Mumtaz...... Semangat ...

kya nya seru....

2022-04-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!