Di hari pertamanya sekolah, baru kali ini Rea pulang tanpa semangat. Rea masuk ke dalam kamarnya, tanpa mencari ibunya yang mungkin sedang berada di dapur.
Rea menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur kecilnya yang hanya bisa memuat dirinya. Gadis itu menenggelamkan wajahnya di bantal dan menangis terisak.
"Rea, kau sudah pulang?" rupanya ibunya mendengar kepulangannya.
Rea menetralkan suaranya, tidak ingin ibunya tahu bahwa dia menangis.
"Iya Bu. Bu, aku harus mengerjakan tugas sekolahku, ibu pergi saja duluan ke gerai." sahutnya tanpa ingin membuka pintu.
"Tentu saja sayang. Kalau begitu, kau di rumah saja, kerjakan tugasmu."
"Hati-hati Bu."
"Ya, sayang."
Setelah ibunya pergi, Rea mengusap air matanya. Biasanya sepulang sekolah, dia akan menyusul orang tuanya ke gerai untuk membantu.
Ponselnya berbunyi, menyadarkan Rea dari lamunannya. Rea membuka sebuah pesan dari nomor baru.
"Hai kacung, bagaimana kabarmu?!"
Rea langsung melempar ponselnya. Gadis itu ketakutan, karena ia tahu siapa pemilik nomor itu. Kini Rea telah mengerti, setelah Sheril menjelaskan semuanya saat di sekolah.
Rea akhirnya tahu siapa Adam sebenarnya dan juga bagaimana nasibnya ke depannya di St. Fransiskus.
Mengetahui bahwa Adam adalah seorang penindas, yang tidak segan memperlakukan orang seperti binatang, tentu Rea dilanda ketakutan.
Seperti tadi, ketika kelas sesi kedua dimulai, Rea tak lagi berani menatap manik hijau pria itu. Beruntung Adam tidak mengganggunya setelah itu.
Tetapi siapa yang tahu besok?
***
Rea masuk ke dalam kelasnya pagi ini. Kelas sudah ramai, karena memang Rea sedikit terlambat dari rumah. Ketika Rea melihat sosok preman sekolah sudah ada di sana, menyorotnya dengan tatapan tajam, Rea segera menundukkan kepalanya.
Biasanya Rea selalu menyapa teman-temannya, begitu juga dengan yang lain. Dan ada yang kurang, biasanya William selalu menghampirinya dan melontarkan kata-kata manis untuknya. Tapi sekarang, William malah duduk di kursinya tanpa berminat menyapanya.
Rea duduk di kursinya dengan perasaan takut.
"Hei." Adam menendang kursinya dari belakang. "Siapa yang menyuruhmu duduk!"
Rea menggigit bibirnya, gadis itu kemudian berdiri.
"Sepatuku kotor, bersihkan mereka untukku!" titahnya.
Rea memejamkan matanya, dia masih membelakangi Adam. Meski hatinya memberontak, tapi tak urung tangannya mengambil beberapa lembar tisu dari tasnya. Kemudian berlutut di samping Adam.
Tangan mungilnya dengan perlahan, menyemir sepatu kulit yang sebenarnya tidak kotor sama sekali. Adam mempermainkannya.
Tidak ada yang berani membela Rea, karena mereka tahu, sekali membuat Adam marah, tentu ia akan bernasib sama seperti Rea.
***
Sudah seminggu, sejak Adam pindah kelasnya, tak sebentar pun, Rea merasakan tenang. Setiap hari, Adam memperlakukannya dengan buruk.
Pria itu merendahkan harga dirinya dengan membuatnya melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Tidak hanya itu, tugas Rea bertambah karena dia juga harus mengerjakan tugas-tugas Adam.
Rea masih belum berani melawan Adam, karena memang dia tidak memiliki kekuatan. Pernah, Rea berniat melaporkannya pada guru, tetapi Sheril menghalanginya.
Sheril menjelaskan, jika dia melakukan hal itu, maka nasib kedua orang tuanya juga akan dipertaruhkan. Adam memiliki kekuasaan di kota San Fransisco. Tentu untuk membuat pedagang kecil seperti orang tuanya hancur, bukanlah hal yang sulit.
Rea tidak mau hal itu terjadi pada ayah dan ibunya. Mereka merintis usaha itu dengan susah payah. Rea tidak ingin hanya karena kebodohannya, usaha orang tuanya hancur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ana Imaa
buat adam sadar akan kesalahannya reaa
2022-07-01
1
🐜
Apakah Adam Titisan Iblis ?
2022-04-27
5
🐜
jangan pernah maafkan ADAM,REA
2022-04-27
5