She is mine

Ararka membuka pintu kamarnya, membiarkan Gavin dan Petro masuk menduduki sofa. Entah apa yang membuat mereka bertamu di hari libur seperti ini. Padahal Ararka sudah bilang kalau sekarang dia sibuk.

"Bisa gak kalian gak ganggu gue! Gue sibuk sekarang!"

Petro menatapnya acuh. "Boong kan lo?"

"Kerjaan nomor sekian, yang penting kumpul bareng sahabat, Ar," ucap Gavin.

Bruk..

Gavin dan Petro melihat pot dekat jendela yang tiba-tiba jatuh, Gavin menghampiri untuk memastikan apa yang membuat pot tiba-tiba terjatuh.

Ararka mulai panik dan menahan Gavin.

"Udah! Keluar kalian!"

Gavin tersenyum kecil lalu menyandar diri ke meja sambil melipat tangan. "Tampaknya Tuan muda wijaya ini dua langkah lebih cepat."

Ararka mengerutkan keningnya. "Apa maksud lo!"

"Lo bahkan gak sadar kalo kita buntutin lo dari depan rumah, dan lo jago juga bawa si cantik imut itu," balas Petro sambil membuka jendela kamar Ararka.

Ane hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu menghampiri Ararka. Berhadapan dengan Ararka yang tingginya jauh dari Ane, terlihat berhadapan dengan sebuah raksasa.

"Gara-gara kamu tau! Aku mau keluar! Aku mau pulang!"

Lagi-lagi Ararka menyentil dahi Ane."Gak boleh!"

"BOLEH!"

"GAK BOLEH!"

Ane mendorong tubuh Ararka namun tidak kuat, malah dia yang mundur.

Gavin menghampiri Ane. "Ayok gue anter pulang."

Ararka meraih tangan Ane. "Jangan rebut boneka gue!" pada Gavin.

Gavin tersenyum hambar. "Jangan sama ratakan barang dan manusia, jelas sangat berbeda."

Ararka menarik kerah kemeja Gavin. "Gue bilang gak boleh, ya gak boleh!"

Petro mendecak, lagi-lagi dia harus melerai mereka berdua yang hobi berantem. Petro merangkul bahu Gavin. "Kita pergi bro, ngalah lagi, Ararka bungsu."

Ararka merapikan jasnya, dia segera memegang tangan Ane lagi. "Gak bisa kemana-mana lagi!"

Ane mendengus kesal pada Ararka. "AKU MAU PULANG OM! GAK PANTES KAMU BAWA-BAWA AKU KE SINI!"

Ararka melotot lalu berjalan maju membuat Ane berjalan mundur hingga Ane menginjak sebuah dasi dan tergelincir sampai Ararka menindih tubuh mungil Ane. Mereka saling tatap dalam beberapa waktu.

"OM BERAT!"

Ararka menautkan alisnya, bahkan pria itu enggan berdiri.

"OM! JANGAN OM!"

Ararka mendecak lalu mencium bibir Ane singkat. Apa-apaan dia! Ane segera mendorong tubuhnya.

"OM! APA YANG KAMU LAKUIN OM!"

Ararka meraih dasinya. "Pakein!" perintahnya.

Ane melipat tangan dengan acuh. "Ck, emangnya aku pembantu kamu!"

"Pakein,jangan banyak ngeles, bawel! Nenek!"

Ane melotot dan menghajar tangan Ararka. "Aku buka nenek! Masa cewek cantik kayak aku dipanggil nenek." cemberut Ane.

Ararka tersenyum penuh paksaan, hanya untuk membujuk Ane. Bahkan dia sudah duduk di ranjangnya yang luas itu.

"Yaudah cantik, pakein dasi."

Ane berjalan dengan malas lalu memakaikan dasi Ararka. Setelah itu, Ane menampilkan jari jempolnya.

"Udah rapih, bagus! Sekarang mana kunci kamar, aku mau keluar dari penjara ini!"

Ararka terkekeh kecil. "Gue pengen ngunci lo di kamar ini."

Mata Ane membulat, bagaimana mungkin dia bisa disandra orang ini! Menyebalkan!

"GAK MAU! INI KASUS PENCULIKAN OM!"

"Takutnya gue kangen sama lo yang bawel."

"APA SIH! KITA BARU KENAL LOH!"

Ararka meniup tangannya lalu dia tempelkan ke telinganya. "Suara lo tuh ngalahin pengeras suara! Udah diem, lo bisa makan enak di sini!"

Ane berlutut di hadapan Ararka. "Om, aku harus kerja, aku harus sekolah!"

Ararka bahkan hanya menyaksikan Ane yang bolak balik panik mencari cara agar bisa keluar dari sini. Ane membuka balkon kamar.

"Masa aku harus lompat om?"

"Yaudah lompat aja," balasnya sarkastis.

"Ya masa rumah segede ini gak ada lift cadangan gitu," oceh Ane.

Ararka hanya tersenyum kecil merasa puas mengerjai Ane. "Lift hanya untuk manusia malas kayak lo."

Ane mendecak. "Yaudah bebasin aku dong Om!" mata Ane sudah berkaca-kaca. "Pengen pulang Om, hiks.. hiks.. "

Ararka bahkan mengacuhkannya. "Gue mau tidur dulu."

Ane tidak percaya, dia menarik kemeja Ararka karena pria itu sudah berbaring, dan Ararka terduduk namun memeluk tubuh Ane untuk berbaring dengannya. Posisi bercinta yang bagus ternyata, Ane berada di atasnya, lalu Ararka memeluk tubuhnya bagaikan guling.

"Pelecehan! Aku aduin sama pacar aku!"

Ararka melotot lalu memegang pipi Ane. "Lo? Punya pacar?"

Ane mengangguk.

"KENAPA LO PUNYA PACAR!" bentaknya.

"YA HAK AKU DONG OM!"

"NGAPAIN AJA LO SAMA PACAR LO!"

Mata Ane memutar ke kanan. "Ya biasa, berhubungan."

Ararka menyentil kening Ane. "Gak bisa! Gak boleh!"

"YA HAK AKU DONG!"

"GAK BOLEH, BESOK HARUS PUTUS!"

"LAH? EMANG KAMU SIAPA!"

Ane bangkit dan melihat kunci kamar Ararka, segera lah dia mengambil kunci kamarnya dan dengan cepat memasukan kunci. Akhirnya dia keluar dengan cepat namun tidak kalah cepat dengan Ararka.

"Sekalinya masuk ke hidup gue, gue gak bisa lepasin lo begitu aja," ucapnya penuh penekanan.

"Apa sih!"

"Gue mau lo jadi pacar gue, gak ada penolakan! "

**

Vote dan komennya ya..

Tuan muda posesif

Bocil meresahkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!