Bab. 4 Kepergian Surya

" Ini semuanya bohong ! tidak mungkin kak Surya meninggal ! " ucap Bintang seakan tak percaya.

" Bintang kamu harus ikhlas, kami sendiri tidak menyangka Surya akan pergi secepat itu. " ucap Najib mencoba menenangkan Bintang.

" Bintang, benar kata kak Najib, bukan hanya Bintang yang merasa kehilangan atas kepergian kak Surya. Dan Bintang ingat bahwa kak Surya mengharapkan do,a dari Bintang ? bukan kesedihan dan air mata. " ucap Chika.

Perlahan Bintang melepaskan pelukan Chika, ia mengusap air matanya dan bersimpuh di dekat batu nisan Surya.

" Mari kita do,akan kak Surya bersama. " ucap Najib sambil menyerahkan sekantong bunga kepada Bintang dan Chika, sementara ia membacakan surat Yasin.

Setelah selesai Najib mengajak Bintang dan Chika segera meninggalkan tempat tersebut karena gerimis mulai turun membasahi bumi.

" Aku ingin disini bersama kak Surya. " tolak Bintang.

" Bintang tidak baik bersikap seperti itu, kita boleh sedih atas kepergian Surya tetapi kita tidak boleh menyiksa diri dengan meratapi kepergiannya. Surya pasti akan bersedih jika Bintang seperti ini. " ucap Najib.

" Bintang benar kata kak Najib, dan kita perlu menjenguk keluarga kak Surya, membantu menguatkan keluarga yang di tinggalkan itu lebih baik Bintang. " ucap Chika sambil mencoba mengangkat tubuh Bintang.

Akhirnya Bintang berdiri dan berjalan meninggalkan tempat tersebut dengan derai air mata.

" Kak Surya gerimis ini datang untuk mu, bahkan bukan hanya aku yang menangis akan kepergian mu, bumi juga ikut menangis. " batin Bintang.

Tak lama kemudian mereka sampai di rumah orang tua Surya. Dan Najib mengetuk pintu berharap ayah Surya sudah kembali dari kebun.

" Assalamualaikum. " ucap Najib sambil mengetuk pintu.

" Walaikum salam ajib tumben ! ayo silakan masuk ! " ucap ayah Najib.

Mereka akhirnya masuk satu persatu, dan saat Bintang melangkahkan kakinya, Ayah Surya menangis sambil segera memanggil istrinya.

" Apa yang terjadi ?" tanya Chika.

" Kedatangan Bintang sudah di tunggu oleh keluarga ini. " jawab Najib sambil berbisik kepada Chika.

Chika mengangguk dan mengajak Bintang untuk segera duduk. Namun Bintang bukannya duduk ia malah mendekati photo dirinya yang terpasang di dinding dengan ukuran yang besar. Lama Bintang menatap wajah yang tersenyum itu.

" Kak, semua yang kau ucapkan adalah benar. Dulu aku tidak pernah percaya bahwa photo ini kakak ambil dan akan kakak pasang di rumah kakak. " ucap Bintang dan air matanya kembali menetes.

" Nak Bintang ! " ucap seorang wanita paruh baya yang keluar dari dalam dan segera memeluk tubuh Bintang.

Air matanya menetes dan wanita itu menangis dengan sangat pilu sambil memeluk tubuh Bintang, hingga tubuh yang lemah itu merosot ke bawah kaki Bintang.

Bintang dengan segera ikut duduk di samping wanita itu, mencoba menenangkan.

" Nak, tolong biarkan istri saya menangis ! selama ini ia hanya diam membisu seperti patung. Mungkin dengan ia menangis semua beban di hatinya akan berkurang dan ia bisa menjalani hari-harinya dengan lebih baik. " ucap Ayah Surya sambil menopang tubuh istrinya.

Bintang kemudian memeluk tubuh wanita yang ada dihadapannya. Ia bisa merasakan betapa sang ibu lebih kehilangan kepegawaian Surya dari pada dirinya.

Ketiganya kemudian saling menangis dalam pelukan. Najib dan juga Chika tak kuasa menahan air matanya melihat adegan yang sangat menyedihkan di hadapannya.

" Nak, terimakasih telah mengunjungi kami. " ucap sang ibu sambil mengusap air matanya.

" Surya telah pergi meninggalkan kami selamanya. Sekarang ibu lega melihat kedatangan mu. "

" Awalnya kami tidak percaya bahwa nak Bintang akan datang kemari seperti apa yang dikatakan oleh Surya. " ucap ibu Surya.

" Terimakasih nak, berkat kedatangan mu untuk kami, istriku mau berbicara lagi. " ucap ayah Surya sambil tersenyum dan mengusap air matanya.

Kemudian mereka berdiri dan duduk di kursi, ibu Surya menatap wajah Bintang, yang sebab karena tangisannya sejak membaca surat dari Surya.

" Nak, berapa lama kau menangis ? lihatlah wajahmu sebab begini. " ucap Ibu Surya sambil mengusap wajah Bintang.

Bintang hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia bingung harus berkata apa.

" Ibu mengapa kak Surya pergi meninggalkan Bintang ?" ucap Bintang kemudian.

" Selama ini ternyata Surya menderita kanker. Kami selam ini tidak mengetahui, selama ini kami hanya mengira Surya sakit biasa. "

" Disaat ia tidak enak badan, kami hanya memeriksakan ke Dokter, dan selam ini juga Dokter tidak pernah menyampaikan bahwa Surya menderita kanker."

" Hingga sebelum ujian Nasional itu, Surya sakit keras dan kami membawanya ke Rumah Sakit. Dan dari hasil pemeriksaan Surya sudah menderita kanker stadium akhir. " jelas sang ayah sambil menutup kedua matanya.

" Itu benar nak, seandainya kami tau lebih awal mungkin Surya masih berada di sisi kami. " ucap ibu Surya sambil menahan air matanya.

" Kami sempat membawa Surya pergi ke Banten, tempat keluarga besar kami dan di sana kami juga mengobati Surya di Rumah Sakit dan juga dengan pengobatan alternatif. "

" Namun Surya mengajak kami untuk pulang, ia berkata bahwa ia sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit di tubuhnya. Dia ingin pulang dan ingin dimakamkan di sini, agar suatu saat jika nak Bintang ingin berkunjung tidak perlu jauh-jauh ke Banten. " jelas ibu Surya.

" Ibu, maafkan Bintang. " ucap Bintang sambil menangis.

" Tidak perlu meminta maaf nak, apa yang dikatakan Surya memang benar, segala pengobatan yang kami lakukan tidak akan membuahkan hasil, karena kanker itu sudah menjalar ke seluruh tubuh Surya. "

" Sekarang ia sudah tidak merasakan sakit lagi. Ia juga telah memenuhi janjinya, bahwa cintanya untuk Bintang akan ia bawa sampai mati. Hal itu ibu bisa menjadi saksinya. " ucap ibu Surya sambil menggenggam tangan Bintang.

Bintang memeluk tubuh ibu Surya dengan erat, seandainya ia tahu akan seperti ini akhirnya. Ia pasti akan menerima cinta Surya dan memberikan cinta itu hanya untuk Surya seorang.

Sekarang penyesalan Bintang tak dapat mengubah segalanya. Surya telah pergi membawa cinta untuk selamanya.

Air mata Bintang tak akan mampu untuk membawa Surya kembali, namun hanya air mata yang bisa mewakili seluruh perasaan yang bergejolak di hati Bintang.

" Yang sabar ya nak, ibu yakin akan ada seseorang untuk Bintang. Seorang pria yang jauh lebih baik dari putra kami. Bintang harus ikhlas dengan kepergiannya. "

" Bintang boleh bersedih, namun Bintang harus tetap bersinar dan menjalani kehidupan yang masih panjang ini dengan senyuman. "

" Ibu yakin, Surya akan sangat bahagia jika Bintang bisa menjalani kehidupan ini dengan tersenyum. " ucap ibu Bintang mencoba menguatkan hati Bintang.

Bintang semakin sedih dengan apa yang di ucapkan oleh ibu Surya. Meskipun ia sadar ia harus tetap menjalani kehidupan meskipun ia tidak tau dengan cara apa ia harus menjalaninya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!