Chapter 3

"Seharusnya kamu kan bisa pulang sama Sevin. Kenapa harus pulang sama terus?" protes Seinzi saat mereka telah di mobil.

"Aku sudah biasa pulang sama kamu. Dan aku maunya pulang sama kamu aja." jawab Irina.

"Membuat aku repot saja!" keluh nya sambil fokus menyetir. Yang malah membuat Irina terkekeh dibuatnya.

Irina sudah hafal dengan sifat Seinzi yang suka marah-marah kesal tetapi akan tetap dia lakukan. Seinzi bukan orang yang bisa menunjukkan perasaan yang sebenarnya. Dia akan lebih nyaman ketika menunjukkan sifatnya yang dingin dan angkuh. Namun sifatnya inilah yang membuat Irina semakin tertarik kepadanya.

Seinzi tidak memiliki banyak teman apalagi teman lawan jenis. Satu-satunya wanita yang berani mendekatinya hanyalah Irina. Selain karena memang telah saling mengenal dari kecil. Irina pun paling dapat mengerti sifat Seinzi.

Karena itu meskipun Seinzi sering kasar dan juga menghinanya baik secara sengaja maupun tidak Irina tidak pernah mengambilnya ke hati. Dia akan selalu memaafkan Seinzi.

Irina adalah saksi hidup bagaimana kerasnya hidup yang Seinzi jalani. Dan bagaimana menderitanya hidup Seinzi. Dia ingin selalu menunjukkan kepada Seinzi bahwa Seinzi tidak sendiri, dia masih memiliki dirinya dan menyayanginya.

Akan tetapi hati Seinzi yang sekeras batu tidak pernah dapat menerimanya. Hanya kesabaran, kekuatan dan cintanya yang tulus, yang membuat Irina bisa bertahan selama ini.

Sesampainya di rumah sepulang bekerja, ibu irina sedang sibuk di dapur. Irina menghampiri ibunya dan terkejut dengan banyaknya hidangan yang sedang disiapkan ibunya.

"Ibu masak banyak sekali?" Tanya Irina.

"Akan ada tamu penting malam ini." Jawab ibu tanpa melepaskan pekerjaan memasaknya.

Ibu Irina, Errysa Maya, umurnya masih 45 tahun. Bertubuh kurus dengan tinggi badan 153 cm. Ibu Irina memiliki kulit yang putih, rambutnya yang hitam kini bercampur warna putih dimakan usia. Wajahnya yang tirus selalu terlihat pucat. Berjuang sendiri membesarkan Irina setelah ditinggalkan suami saat Irina masih sangat kecil membuatnya terlihat lebih tua dari usianya.

Beruntung dia bekerja di keluarga Bardy yang mau membantu membiaya sekolah Irina. Hingga Irina bisa bersekolah sampai bangku kuliah. Karena ibunya bekerja di sana dan tidak ada yang bisa menjaga Irina saat ibunya bekerja Irina selalu ikut ke rumah keluarga Bardy. Hal ini juga yang membuat Irina bisa berteman dan tumbuh bersama Seinzi dan Sevin.

"Tamu penting siapa bu?" tanya Irina penasaran.

"Tuan Bardi dan keluarganya akan datang." jawab ibu sekenanya.

Irina terkejut. "Tuan Bardi? Untuk apa? Tidak biasanya?"

"Mereka datang untuk melamarmu."

"Melamarku? Benarkah itu ibu?" Nada riang terdengar dari suara Irina.

"Sudah jangan banyak tanya. Ibu sibuk. Sebaiknya kamu membantu ibu menyiapkan meja makan."

"Baik bu."

"Seinzi, apa dia yang akan melamarku?" pikir Irina sumringah. Perutnya bergejolak seolah ada kupu-kupu terbang mengitarinya. Betapa hatinya berdebar memikirkan pria pujaan hatinya akan datang melamarnya.

"Meskipun kita tanpa ikatan yang terucap, aku tahu bahwa kita akan bersama. Tetapi aku tidak menyangka akan secepat ini."

Irina membantu Ibu memasak di dapur. Setelah semua makanan hampir siap Ibu menyuruh Irina bersiap dan berhias dengan baik.

Irina mengenakan pakaian terbaiknya untuk menyambut sang pangeran hati.

Pukul 8 malam. Tidak lama setelah Irina bersiap keluarga Bardi pun tiba di rumah sederhana Irina. Berbeda dengan megahnya kediaman Bardi, rumah Irina hanya rumah type 36 yang hanya memiliki dua kamar tidur, dapur mungil, ruang tamu sedapatnya dan satu kamar mandi berukuran 1x1,5 m.

Irina dan ibunya menyambut mereka di depan pintu masuk. Satu persatu anggota keluarga Bardi keluar dari dalam mobil. Tuan Bardi dan istrinya berada di satu mobil yang sama. Mobil sedan mewah keluaran terbaru berwarna hitam. Sementara mobil lain dibelakangnya mobil suv berwarna putih yang merupakan mobil milik Sevin. Dengan wajah sumringah Sevin keluar dari dalam mobilnya.

Sementara Irina mencari sosok yang paling ingin dia temui, Seinzi.

"Selamat datang tuan Bardi!" sambut ibu Irina, tersenyum ramah. "Mari silahkan masuk!" katanya mempersilahkan.

"Terimakasih Erry." jawab Tuan Bardy memasuki rumah Irina diikuti istrinya, Nyonya Dania Sureza.

Tuan Bardy adalah salah satu orang terkaya di negara ini. Bisnis keluarganya yang turun temurun berada dipuncak kejayaannya setelah dipegang olehnya. Tuan Bardy memiliki tubuh sedikit berisi, kulitnya putih, dan mengenakan kacamata minus dengan frame emas.

Sementara Dania Sureza seorang wanita berusia 42 tahun. Seorang wanita sosialita bertubuh kecil langsing dengan kulit putih glowing dan wajah cantiknya yang awet muda berkat perawatan mahal dari uang bardy. Dia merupakan istri kedua dan ibu kandung dari Sevin. Dia kesayangan Bardi bahkan saat istri pertamanya masih hidup. Kecantikan ditambah mulut manisnya berhasil merebut Bardy seutuhnya dari ibu Seinzi. Sampai ibu Seinzi harus menyerah karena depresi dan akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri.

Wajah jutek Dania terlihat jijik menginjakkan kakinya di rumah Irina.

"Ka Seinzi tidak ikut?" bisik Irina sebelum Sevin masuk ke dalam rumah menyusul kedua orangtuanya.

"Dia bahkan tidak tahu kalau kami ke sini." jawab Sevin.

"Jadi kalian membuat kejutan untuknya?" tanya Irina berbisik.

"Tidak juga sih." jawab Sevin mentautkan alisnya yang tebal.

"Terus?" Irina belum terlalu mengerti.

"Sevin, masuk nak!" Pangil Bardi dari dalam. Sevin masuk ke dalam rumah dan ikut duduk di sofa lusuh berwarna coklat tua bersama kedua orangtuanya. Meninggalkan Irina dalam penantiannya menunggu Seinzi yang tak kunjung tiba.

Dengan putus asa, Irina menyusulnya masuk dan berdiri di sisi sofa tempat ibunya duduk. Dia masih mencoba berpikir positif kalau Seinzi meminta keluarga untuk mewakili dirinya meminang Irina.

"Jadi seperti yang sudah saya katakan, maksud ke datangan kami ke sini ingin melamar putrimu untuk putra kami." ungkap Tuan Bardy to do point.

"Tentu, tentu. Kalau saya tidak bisa memutuskan karna ini sepenuhnya ada di tangan Irina. Bagaimana Irina?" tanya kembali ibu Irina.

Irina yang masih berdiri terlihat gugup dalam senyum bahagianya. "A-ku,"

"Apa kamu mau menikah dengan tuan muda Sevin?" sambung Ibu Irina menyela Irina.

"Sevin?" Irina sangat terkejut.

"Iya. Dia memintaku melamarkan dirimu untuknya. Kamu tahu kan Sevin itu seperti apa. Kalau dia menginginkan sesuatu dia akan bersikeras untuk itu," timpal Tuan Bardy.

Irina mematung, Bagai mendengar petir di malam hari, dia terkejut dan tak percaya dengan apa yang dia dengar ini.

"Jadi lamaran ini untuk Sevin?" tanya Irina memastikan.

"Bukan Seinzi yang melamarku? Mengapa ini jadi seperti ini? Sevin sangat tahu aku hanya mencintai Seinzi, tetapi dia...,"

...****************...

Semuanya tidak sesuai harapan Irina. Menahan rasa kecewanya apakah Irina akan menerima lamaran Sevin?

Jawabannya di chapter selanjutnya. Yuk buka halaman baru segera!

Kalau kalian akan menerima lamaran Sevin ga nih gengs? Tulis jawaban kalian di komen ya aku mau tahu juga.

Jangan lupa tuk like, komen and vote juga ya.

Terimakasih!

Happy reading.

Terpopuler

Comments

Fatisya

Fatisya

ga lah...
irina cintanya sama senzi...
cinta ga di paksakan...

2023-06-30

1

Fatisya

Fatisya

bukan..
pasti ini permintaan yg sevin bilang ke bokapnya...

2023-06-30

1

😺 Aning 😾

😺 Aning 😾

Kasianya..

2023-06-07

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!