Setelah cukup lama menangis semalaman. Natalia telah bangun begitu pagi bahkan di Kediaman besar ini hanya ia yang terjaga dengan mata sembab yang tertutup kacamata tebalnya. ia berdiri diatas tangga dekat kamar yang semalam disiapkan untuknya tapi ia tak nyaman tinggal disini, rasanya lebih baik ia tinggal disebuah tempat kecil beralasan kasur tipis dari pada kemewahan yang sama sekali tak menyampaikan rasa tenang.
Lama Natalia memandangi semua kemeggahan ini hingga ia menyanggul rambut panjangnya simpel dengan Daster yang sudah berganti dengan yang baru karna tiba-tiba Maya meletakan benda itu kedalam kamarnya.
"Kau hanya sebagai pelayan. tak apa untuk jadi seperti ini."
Gumam Natalia menyemangati dirinya sendiri dengan jari diperban ia melangkah turun menuju Dapur utama. ini sudah jam 4 pagi hingga ia harus membersihkan semuanya dan menyiapkan kebutuhan Alfin.
Ia melihat dapur yang begitu rapi dan besar. semuanya ada disini dengan Kulkas besar beragam penyimpanan seperti Daging, Sayuran, dan Buah. disini juga banyak menyimpan camilan dan makanan ringan sehat.
"Nona!"
"Eh.."
Natalia tersigap saat ada seorang wanita paruh baya tengah berdiri dibelakangnya dengan wajah heran menatap Natalia yang juga bingung.
"Kenapa anda kesini?"
"A.. kau..kau kepala pelayankan?"
"Hm.nama saya Anin, Nona!"
Natalia lansung menggeleng tak setuju dengan panggilan formal yang sama sekali tak cocok untuknya.
"Jangan panggil itu. Bik!"
"Anda menikah dengan Tuan kami dan pantas jika kami memanggil anda Nona Muda sama seperti.."
"Posisi kami berbeda, Bik! aku masih Natalia si pengemis datang kesini, jangan memperlakukan aku spesial karna Pernikahan itu hanya untuk Tuan Kecil."
Bibik Anin terdiam mendengar ucapan tegas Natalia yang sama sekali terlihat tak menerima. ia cukup terkejut saat mendengar berita ini semalam tapi sekarang ia sedikit aneh kenapa Natalia tak bahagia?
"Tapi anda.."
"Bik. aku bukan siapa-siapa, aku sama seperti kalian bahkan status ini hanya akan membuatku semangkin sulit. aku hanya ingin kalian menganggapku seperti biasa, jangan seperti ini aku tak menyukainya."
Natalia sedikit memohon hingga Bibik Anin mengangguk menarik senyuman hangat Natalia yang tak segan memeluknya membuat wanita paruh baya itu membeku.
"Terimakasih. kau sangat baik."
"Tapi, kenapa kau bangun sepagi ini?"
Natalia lansung melepas pelukannya lalu menatap dinding yang menunjukan pukul setengah lima dan ia harus bersicepat.
"Bik. aku harus menyiapkan Makanan Tuan kecil. karna aku harus mengurusnya, kan?"
"Iya. tapi tak sepa.."
"Sutt. Bibik tinggal katakan apa yang disukai dan tidak oleh Tuan kecil dan selebihnya aku yang kerjakan."
Tak ingin menunggu lama akhirnya Bibik Anin menjelaskan kalau Tuan Alfin tak bisa memakan jamur begitu juga Tuan Muda Sam karna keduanya memiliki genetik dan sifat yang sama. Alfin menyukai hal berbau panggang memanggang dan begitu juga Papanya tapi bedanya hanya pada rasa yang belum bisa ditetapkan.
Setelah mendengar penjelasan Bibik Mina. Natalia memutuskan membuat Ikan Panggang dengan bahan tradisional dan bumbu yang harum dilengkapi sayuran Tumis Kangkung dengan kecap manis ditaburi potongan daun bawang yang membuat Bibik Anin terkejut.
"Natalia. kenapa memasak makanan ini? Tuan tak akan suka."
"Tuan kecil butuh suasana berbeda. kenapa harus Stik-Stik terus? itu membosankan."
Bibik Anin bungkam. ia mulai membayangkan bagaimana marahnya Tuan Muda saat makanan tak berkelas ini dimasak di Kediaman megahnya.
"Aku..aku tak ikut campur!"
"Iya, Bik! kau masak untuk Tuan Sam saja."
Bibik Anin mengangguk cepat menyiapkan bahan-bahannya. ia memasak makanan barat yang lebih dikenal di Negara asli lahir Tuan Mudanya sampai membuat Natalia heran dengan semua bahan yang dikeluarkan.
......
Didalam kamar luas ini. Bocah kecil dengan baju tidur rapi itu terlihat sibuk memilih pakaian yang semalam ia pesan dari Asisten Grandpanya Minos. ia memesan semua jenis termasuk Lingerie dan sebagainya.
"Cih, kali ini kau akan ku jadikan Ratu. Jelek!"
Gumam Alfin memilih Dress selutut berwarna merah maron tanpa lengan yang sangat anggun. ia ingin Natalia menggantikan posisi Mamanya hingga ia bisa bebas dari wanita liar itu.
"Alfin!!"
Suara datar itu seketika membuat Alfin lansung menyembunyikan semua Paper-bag ini kedalam lemarinya dengan pintu yang sudah terbuka memperlihatkan sesosok Tampan yang sudah siap dengan Stelan kerjanya tapi masih memakai Kemeja dengan wajah segar yang semangkin menguarkan pesona dari seorang Sam.
Mata elang itu melihat putranya datar. tapi tak seorang pun yang akan tahu makna tatapan tajam dari Dewa ketampanan ini.
"Sedang apa?"
"Tidak ada."
Jawab Alfin tak kalah dingin memilih melangkah kekamar mandi tak ingin bertemu pria ini. ia masih kesal bahkan muak dengan keras kepala Papanya.
Melihat itu Sam menghela nafas halus masuk kekamar seraya mengambil selimut yang berserakan setiap paginya. ia sekarang tengah berfikir bagaimana caranya Alfin bisa dekat dengan Qyara Mamanya? ia tak ingin wanita itu mengambil putranya.
"Bagaimana bisa kau mau mengerti? Qyara! diam saja dirumah selama 1 hari itu waktu yang langka untukmu."
Gumam Sam berusaha untuk mencerna semuanya. ia harus membuat Alfin bertahan selama beberpa bulan sampai Istrinya selesai dalam Karirnya. dan itu akan membutuhkan kesabaran dan waktu yang tak ia punya.
Namun. dahi Sam menyeringit saat aroma harum rempah-rempah ini masuk dalam sela hidungnya bahkan membuat perutnya bergejolak riang tapi ia masih bingung kenapa ada aroma seharum ini padahal sebelumnya tak pernah ada. apa koki utama memasak menu baru?
Brugh..
"Alfin!"
Sam terkejut segera mendekati Alfin yang tergesa-gesa keluar sampai tergelincir dilantai kamar. tapi sayangnya bocah dingin itu menepis tangan Papanya dan memilih berdiri sendiri dengan handuk yang belum terpasang sempurna.
"Berikan kakimu!" Sam berucap geram ingin melihat kaki Alfin yang tadi terjengkal.
"Untuk apa? kau pergi saja bekerja dan jangan memperdulikanku!"
Ketus Alfin membuat wajah Sam semangkin mengeras dengan kepalan tangan yang menguat.
"Kauu!!!"
Pekikan Alfin menguat saat Sam menarik kakinya kasar hingga pria itu melihat jelas ada memar ditumit sang putra memantik rasa khawatir tapi tak pernah ia tunjukan dibalik wajah dingin itu.
"Kau bisa mati karna ini."
"Lepas!!! kau yang membuatku ingin mati setiap hari!!!"
Teriak Alfin memberontak saat Sam menggendongnya kuat sampai melempar putranya keatas ranjang lalu mencari kotak obat di nakas membuat amarah Alfin semangkin mendidih.
"Kesini!!"
"Tidak! kau urus saja Istri cantikmu itu."
Alfin membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut dengan Sam yang memandangnya nanar memeggang kotak obat ditangannya.
"Tuan kecil!"
Suara lembut itu akhirnya mengalun membuat Alfin menyibak selimutnya menatap tajam wajah polos Natalia yang masuk memeggang nampan yang belum keduanya perhatikan.
"Kauu!!"
"Kesini. aku tak bisa menunggu. Jelek!"
Alfin menghentikan suara keras Papanya seraya mengulur tangan menarik pinggir daster Natalia yang hanya diam tak mau menatap Sam yang seakan mencekiknya dari pandangan singa itu.
"Kau masak apa?" gumam Alfin memeggangi perutnya yang bergejolak melihat ikan bakar yang begitu harum dengan tatanan menggiurkan diatas nasi yang kuning tapi juga memiliki aroma khas dilengkapi tumis kankung spesial yang sangat-sangat membuat liur Alfin tak mampu menahan.
"Ini untuk Tuan kecil. Ikan Gurame Panggang ditambah Tumis Kangkung dengan rasa spesial untuk Pangeran Tampan."
Jelas Natalia tersenyum hangat menepuk bahu Alfin yang mengangguk bersemangat. kemaren Natalia juga memasak dan rasanya sangat enak walau pertama melihat tatapan Alfin sama seperti Sam yang sekarang memandang jijik semua itu.
"Kau memberi makanan sialan ini untuk Putraku!!"
"Tuan. kalau anda takut ini berbahaya, anda tenang saja. saya sudah mencobanya sebelum memberikan ini."
"Jangan memakannya."
Geram Sam saat Alfin mencomot daun kangkung yang sudah layu tapi dibaluri kecap manis yang agak asam dan pedas membuat wajah bocah itu seakan mendapat pasokan oksigen terbanyak saat mengunyahnya.
"Enak!! kau sangat pandai membuatnya!!"
"Benarkah? kalau begitu makan yang banyak."
Natalia dengan sangat senang menyuapi Alfin yang terus memberinya pujian sesekali melirik wajah Papanya yang naik darah melihat itu semua.
"Kau mau?"
"Hm!"
Sam melempar kotak obatnya ke lantai lalu ingin melangkah pergi tapi Alfin lansung berteriak memeggangi kakinya.
"S..sakitt!"
Natalia dan Sam tersigap lansung berbalik dengan cepat mendekati Alfin yang semangkin histeris.
"T..Tuan."
"Alfin!"
"K..Kakiku!!" Pekik Alfin menggelegar membiarkan dia manusia ini saling duduk bersampingan dengan Natalia yang cepat mengambil kotak obat dilantai sana.
"Tuan. anda baik-baik saja?"
"Kakinya memar!"
Jawab Sam tanpa sadar seraya memeriksa kaki putranya. Natalia duduk disamping Sam yang tak lagi memperdulikan Natalia yang begitu dekat dengannya sampai bahu keduanya bersentuhan lama.
"Tuan. anda.."
Alfin sengaja mendorong tubuh Natalia dengan satu kakinya hingga wanita itu oleng tumbang kearah Sam yang lansung tersigap memeluknya.
....
Vote and Like Sayang..
Kemaren lama karna NT bermasalah.. makanya nunggu😩
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Rose_Ni
akibat kurang kasih sayang ya begono
2022-09-03
0
Sumini Harrni
Alfin aku mendukungmu❤️
2022-08-29
0
djoko susilo
terlalu kasar kelakuan Alfin seperti ituu...
2022-08-22
0