Mentari diatas sana sudah naik sepenggalan tangan. kemilau kekuningannya mulai merembses keberbagai tempat tapi cuaca hari ini mendung tak begitu menunjukan exsistensi sang mentari.
Setelah diguyur hujan lebat semalaman. Kediaman megah itu tampak masih sepi dengan para pekerja yang melakukan tugasnya secara senyap. bagian Manshion utama telah sedari tadi bersih hingga sisanya hanya menyapu halaman taman dan membersihkan lantai teras disamping tempat luas ini.
Kemungkinan inilah yang menjadi peneduh bagi seorang wanita yang masih menekuk tubuh dibalik kehangatan selimut yang membungkus kulitnya. ia beberapa kali menggeliat karna mulai merasa tersadar dari tidur yang sedikit panjang.
"B..Bik!"
Gumam Natalia masih belum sadar sepenuhnya. ia meraba tempat disampingnya dimana kasur empuk yang sangat harum di penciumannya.
"Bik!"
Lagi-lagi Natalia bergumam tanpa membuka natanya hingga saat telapak tangan mengelupas itu merasa dingin barulah kelopak mata bulatnya terbuka sempurna.
"Bibik!"
Seakan masih dalam halusinasi, Natalia melihat kesemua tempat memaparkan kamar yang jauh dari ukuran kamar lamanya dengan kasur empuk yang begitu nyaman ditiduri. ini seperti kamar tidur orang kaya.
Namun, mata Natalia seketika berubah sendu saat melihat Ranselnya yang tergorok diatas meja sana. kesadarannya kembali penuh mencoba membayang atas apa yang semalaman terjadi.
Ternyata itu nyata. kata-kata yang tertera saat Natalia melihat kedua kakinya dipenuhi goresan yang sepertinya sudah diobati, bahkan rasa perihnya tak terlalu kuat apalagi pakaiannya telah berubah berbalut Piyama santai yang tak Natalia kenal.
"B..Bajuku?"
"Kau sudah bangun?"
Natalia tersentak saat mendengar suara ramah dari pintu sana. sesosok wanita muda dengan pakaian rapi khas pelayan disini memberi senyuman lembut dan ceria kearah Natalia yang bungkam.
"K..Kau.. siapa?"
"Semalam kau nyaris pingsan karna dingin dan luka ditubuhmu. jadi Tuan Asisten menyuruhku membawamu kesini."
Ucap wanita itu seraya mendekat san duduk disamping Natalia. kacamata yang semalam sudah tak layak pakai masih tertengger dihidung mancung Natalia yang membuat wanita muda itu terdiam sejenak.
"Apa kau bisa melihat?"
"A.. ini, mataku agak rabun jadi harus pakai kacamata."
Jawab Natalia memberi senyuman hangat yang membuat wanita itu tertegun. terlihat tulus dan sangat polos memberikannya.
"Itu sudah tak bisa dipakai!"
"Hm, aku tahu! tapi hanya ini yang ku punya, itupun peninggalan Mama."
Cengir Natalia sedikit mengusap lengannya lalu tersadar lansung mengulurkan tangannya kearah wanita itu.
"Perkenalkan aku Natalia. kau siapa?" tanyanya dengan gembira mendapat teman baru.
"Maya!" menjabat tangan Natalia hangat.
"Maya? namamu bagus!"
"A, tidak juga! kau lebih bagus, tapi aku panggil Natali atau.."
Natalia tersenyum melepas tautan tangan mereka dengan pelan dan sedikit malu.
"Namaku agak panjang, tapi kau bisa memanggilku apa saja atau bisa kau panggil Lia."
"Benarkah? namamu manis."
"Itu Mama yang memberi. tapi kalau panggil Natali juga bisa." sahut Natalia tak masalah dengan senyum merekah gembira.
"Aku suka yang Lia. lebih terkesan dekat."
"Baik. tapi apa aku bisa pulang?"
Maya terdiam melihat kaki Natalia yang masih terlalu basah untuk berjalan jauh. dari keadaan semalam sepertinya wanita ini gelandangan tapi kenapa meminta pulang?
"Kau punya rumah?"
Natalia terdiam mulai tersadar kalau ia telah ditinggalkan oleh Talita semalaman. dan tak tahu jalan kemana ingin pulang apalagi membayangkan tawa para penjahat semalam membuat tubuh Natalia bergetar.
"A..Aku.."
"Kalau tidak. kau bisa tinggal disini, akan ku sarankan pada Kepala pelayan agar kau jadi seperti kami."
Maya menggenggam tangan Natalia yang mulai mengembun menatap sendu tapi mengigil sakit dihatinya.
"Kau setuju?"
Natalia mengangguk dengan tetesan air mata yang keluar merasa sangat terharu ada orang baik seperti Maya yang bisa meredam kebingungannya.
"Kau..kau baik!"
Maya lansung menyemburkan tawa kecil mendengar celetukan polos yang keluar dari mulut wanita muda ini.
"Kau yang benar saja? aku hanya menawarimu bekerja sebagai pelayan. bukan memberimu uang, Lia!"
"Tapi kau baik, terimakasih!"
"Hm, sudahlah! aku akan mencari kacamata milik Nenekku dikamar sebelah. kau bersihkan diri dulu nanti akan ku bawa ke tempat perizinan."
Natalia mengangguk bangun dari tempat tidur dengan sangat lelah dan begitu pegal. tulang-tulangnya seakan remuk dan begitu nyeri jika ditapaki ke lantai.
Ia terpaksa menyusuri dinding mendorong pintu kecil disamping sini hingga memperlihatkan kamar mandi yang lumayan luas tak seperti punyanya di Kediaman sana.
"Apa Maya orang kaya? semuanya bagus-bagus."
Gumam Natalia melangkah menuju bak air seraya melepas kacamata dan mencuci muka seadanya. ia memperhatikan wajahnya dicermin kamar mandi ini dimana pahatan yang yang terlihat lelah bahkan kantung matanya tak bisa lagi ia sembunyikan.
"Kau jelek. itu sebabnya Papa membencimu, seharusnya kau sadar diri!"
Natalia memaki viusalnya sendiri tapi ia terdiam saat mengenang kata-kata Dokter Andra yang entah kemana sekarang. ia pun tak tahu harus apa.
"Lia!!!!"
Suara Maya yang seperti panik membuat Natalia tersigap lansung menyudahi semuanya dan melangkah keluar dengan pelan.
"Ada apa?"
"Aku harus ke Bangunan Utama. kau jangan kemana-mana."
Kalimat anrh yang tak Natalia pahami tapi ia hanya mengangguk membiarkan Maya pergi meninggalkan kacamata yang terlihat lebih baik dari yang ia gunakan.
"Kenapa sangat terburu-buru?"
Gumam Natalia tak mengerti mengambil kacamata itu dengan wajah berbinar. ia melepas kacamata yang diberikan Mamanya tapi ia letakan dengan sangat baik didalam Ransel yang sudah kering.
"Mama. nanti Lia perbaiki dulu dan baru bisa di.."
"Apa yang kau lakukan disini?"
Suara keras seorang wanita paruh baya dengan rambut disanggul rapi dibaluti baju yang sama dengan Maya tadi menyentak Natalia.
"M..Maaf. maksudnya a.."
"Cepat ke bangunan Utama. Tuan marah besar bahkan entah apa yang akan dia lakukan nanti."
Natalia yang tak tahu apapun lansung menurut dengan tarikan wanita itu. mungkin inilah kepala pelayan yang mengira ia adalah Pelayan disini karna semalam ia tak melihat wanita ini.
Disepanjang langkahnya menuju Bangunan besar ditengah-tengah tanah luas ini selalu diperlihatkan para pekerja yang berlarian menuju Bangunan utama dengan wajah yang memucat dan teelihat berbicara khawatir.
"K..Kenapa mereka mengigil?"
"Cepatlah! aku bisa terkena masalah."
Natalia mengangguk berusaha mengimbangi langkah wanita paruh baya yang juga sesekali meneggur para pelayan yang lamban bergerak.
"Kalian tahu apa akibat dari semua itu, ha???"
Suara bentakan menggelegar yang memecah keramain ini membuat Natalia sedikit agak gemetar masuk kedalam Aula besar didekat Koridor.
Terlihat Pria yang semalam memberinya lembaran uang tengah menampar seorang wanita dan itu adalah Maya menarik perhatian baginya.
"Siapa yang menyuruhmu memberikan jamur ke makanan Tuan kecil?"
"S..Saya tak tahu! s..saya.."
Lagi-lagi Fagan menaparnya tanpa belas kasih membuat Maya tersungkur na'as dilantai dingin ini. Natalia terkejut dengan semua itu bahkan tak ada yang berani bergerak sekedar untuk menyangga.
"B..Bukan saya. Tuan hiks! saya..saya tak tahu apapun."
"Sudah jelas kau yang semalam menjaga Tuan Kecil!"
Timpal seorang wanita muda dengan gestur yang panas melihat Maya membela diri. pemuda disampingnya menyentak bahu wanita itu tapi masih saja tak ingin berhenti.
"Maaf, Tuan! semalam Maya memberikan makanan pada Tuan kecil dan akhirnya Tuan Muda marah besar karna Tuan kecil muntah semalaman."
"T..tapi aku tak memasak jamur dan.."
"Mulai hari ini kau jangan bekerja disini dan kau akan di Black-List!"
"Tunggu!!"
Semua orang terdiam saat suara yang muncul dari belakang sana menyangga Fagan yang sudah ingin menendang Maya yang menangis tak bisa melawan semua orang yang menyalahkannya.
Barisan ini mengurai memperlihatkan Natalia dengan wajah sendunya menatap Maya yang hanya bisa menggeleng jangan ikut campur dalam hal ini atau dia juga akan kena imbasnya.
"Kau?"
"Maaf. aku tak berniat lancang. Tuan! tapi kenapa Maya ditampar sekeras itu? bukannya pelayan di kediaman ini banyak?"
Dahi mereka mengkerut bingung dengan Maya yang berdiri menghampiri Natalia. tatapan Natalia hanya damai tak menyulut permusuhan apapun.
"K..Kau..kau jangan ikut dalam ma.."
"Aku juga seorang pelayan. Maya! bahkan yang seperti ini sering ku alami, tapi itu khusus untukku bukan teman atau saudaraku. menurutku kau memang tak bersalah."
Ucapan tenang dengan senyum hangat itu membuat seorang pria yang sedari tadi berdiri melihat dari atas sana terdiam dengan raut wajah tampan yang datar sama sekali tak menunjukan banyak hal.
"Pengemis sepertimu. tak akan tahu apapun."
Wanita muda yang tadi memanasi terlihat geram menatap Natalia yang diam tapi ia masih bisa memberi kedamaian dari lengkungan bibir mungil itu.
"Lalu. apa kau tahu sesuatu?"
Degg..
Wanita itu terkejut mendengar pertanyaan Natalia yang masih tersenyum memeluk Maya yang merasa sangat terkejut dengan perlakuan lembut wanita ini. ia kira Natalia tak akan seberani ini.
"Hm? aku hanya pengemis yang kalian tahu datang baru setengah malam. dan aku rasa kau yang sudah lama disini dan paham betul keadaan Maya pasti tahu banyak. bukan?"
"L..Lia!"
"Sudahlah. biarkan dia menjelaskan bagaimana yang terjadi sebenarnya. dia yang paham segalanya, Maya!"
Ucap Natalia masih mampu bersikap sopan dan lembut. semua orang kini menatap wanita muda yang terlihat memucat menarik kepalan tangan dari Sam yang sedari tadi mengawasi.
Fagan menatap keatas hingga pandangan tajam bak singa yang sangat kejam itu ia dapatkan dan lansung mengerti.
"Bawa dia keruang bawa tanah!"
"A... apa? aku..aku tak salah apapun. jangan dengarkan wanita itu!!!"
Dia memberontak tapi sudah dibekuk para pengawal yang sangat kasar menyeretnya keluar. semua para pelayan disana terlihat menatap penuh kagum Natalia yang tak merespon sama sekali melainkan ia fokus ke luka di sudut bibir Maya.
"Ini untukmu!"
Degg..
Natalia terkejut saat Fagan kembali memberinya uang yang berjumlah besar ditatapan semua orang yang merah menggiurkan.
"Untuk apa?"
"Itu uang. bisa membeli segalanya."
Bisik Maya tahu akan kepolosan wanita ini.
"Tapi disini banyak makanan. kenapa harus ada uang?"
Fagan menyeringit bak bicara dengan manusia purba kala. dari semalam ia memberi uang tapi Natalia selalu menolak dengan jawaban yang membingungkan.
"Kau.."
"Sayang!!"
Suara seorang wanita dari arah Pintu utama membuat mereka terkejut dengan Fagan yang mengepalkan tangannya.
...
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Mut Shemut
yang kaya majukannya maya Lia...
2022-07-16
0
Rini Kartini
oooh ya ampuuunn...critanya bikin greget thoor
2022-06-23
0
Yani
Semoga awal yang baik
2022-05-16
0