Kesadaran yang diambang-ambang batas, pandangan kabur yang tak jelas sama sekali apalagi cahaya Mobil yang tengah menyinari wajah pucat kumunya itu sangat menyengat bahkan tak membiarkannya untuk melihat siapa yang ada didalam baja mewah ini.
Dua pengawal dibelakang Natalia lansung menyeret tubuh lemah itu menepi dengan payung yang meneduhi kepala mereka.
"Silahkan. Tuan!"
Keduanya membungkuk hingga mata Natalia mengerijab mencoba menembus kabut dari pandagannya ke jendela Mobil yang tampak terbuka kecil tapi kembali tertutup.
"Tuan!"
"Beri dia uang!"
Ucap seorang pria yang kembali memejamkan matanya setelah bersuara dingin dan tak bisa ditebak siapapun. bibir pink segar sensual itu terlihat tertutup rapat tak membiarkan kaca spion didepannya melihat wajah yang lain.
Pria yang menyetir dengan wajah lebih belia itu tampak mengangguk memelankan kecepatan Mobil menjahui mereka dan kembali masuk ke Garasi dengan para pengawal yang telah menunggu didepan Bangunan mewah ini lansung membawakan payung dan mantel hangat untuk Tuannya.
"Tuan!"
"Hm."
Pria itu hanya bergumam datar tanpa berlebihan menerima Mantel dari para pengawalnya seraya berjalan membawa keangkuhan dari wajah tegasnya. alis tebal dengan rahang tegas mempesona dilengkapi bulu halus yang menambah kesan dewasa dari penampilan epick yang membawa ketampanan yang paripurna itu semangkin melebihi batas pria.
Potongan rambut rapi khas menunjukan ia sebagai seorang Pria sukses dan penuh wibawah keangkuhan. tatapan dari netra Hazel itu tak bisa dihindarkan dan sangat teliti.
"Alfin!"
"Tuan kecil sudah tidur. Tuan!"
Ia mengangguk lalu melangkah pergi menuju lantai kamarnya sementara Fagan yang tadi mengemudi tak ikut masuk karna ia mengisyaratkan untuk memberi wanita itu uang.
Tapi, dua pengawal itu membawa Natalia masuk kedalam Gerbang ini hingga tatapan kabur melihat Bangunan luas dengan lapangan hijau dan taman membentang lebar bak lautan luas menyimpan berbagai anugrah Tuhan. jalan yang ia tapaki juga berlapis Semen bergradasi cantik hingga disekelilingnya begitu samar tapi masih bisa Natalia duga.
"M..Mama!"
"Diamlah! untung saja Tuan tak marah besar malam ini."
Gumam mereka menarik Natalia menuju Fagan tengah menunggu di teras pintu utama. tatapan pria itu tak lekang dari wajah pucat dan tubuh yang dipenuhi luka goresan menarik kebingungan Fagan.
"Tuan!"
"Dia kenapa?"
Fagan bicara seraya mengeluarkan lembaran uang merah didalam dompetnya membuat Natalia yang hanya bisa berpeggangan ke lengan dua pria kekar yang membawa Ranselnya itu terdiam membisu.
"Kami tak tahu, Tuan! dia mungkin Pengemis seperti biasa."
"H..Ha?"
Natalia tersigap mendengar kalimat yang masih bisa ia dengar jelas walau wajah-wajah orang disekitarnya hanya kabur dinetranya.
"Ini. kau bisa pergi!"
"A..A?" tanya Natalia tak mengerti saat Fagan menyodorkan gumpalan uang ini padanya. wajah mengigil Natalia terlihat menyedihkan tapi wanita itu tak pernah menerima uang dari orang yang tak ia kenal.
"Ini. kau bisa pergi."
"B..boleh aku..aku d..duduk disini?"
Tanya Natalia gemetar menunjuk teras lebar yang terhindar dari jipratan air. ia sudah sangat kedinginan tak mampu untuk berjalan atau diguyur hujan diluaran sana.
Mendengar permintaan yang keluar dibibir pucat Natalia. Fagan terdiam berfikir sejenak, bagaimana jika Tuannya tak setuju? bisa-bisa akan terjadi kehebohan malam ini.
"Kau tak bisa!"
"A.. Apa?"
"Ini! carilah penginapan yang lebih dekat."
Fagan memberikan uang itu ke tangan Natalia yang terasa sedingin es mengalir beku ke pori-porinya. tatapan Natalia semangkin sendu bahkan ia terlihat sudah tak mampu bernafas normal dengan tubuh mengigil.
"Bawa dia!"
"T..Tuan! T..Tuan aku..aku .."
Natalia kembali diseret dua pengawal itu keluar kembali kehujanan dengan lirihan Natalia mencoba meminta belas kasih untuk membiarkannya berteduh sejenak dengan menatap Fagan yang tampak hanya menatap kilas lalu melangkah masuk ke Kediaman mewah ini.
.
"T..Tuan!!!!"
Natalia berteriak memecah suara bising hujan sampai Fagan yang tadi ingin meninggalkan lantai dasar lansung menatap pelayan disampingnya.
"Bawa dia ke bangunan belakang!"
"Baik. Tuan!"
Para pelayan itu bergegas keluar hingga Fagan kembali melangkah ke tangga atas dengan suasana ruangan dasar yang sunyi seakan tak berpenghuni. furniture-furniture mewah ini sangatlah mahal menyapa setiap langkah keatas sana belum lagi dengan warna gold yang mendominasi Manshion besar ini.
Sesampainya dilantai atas dengan pilar besar menjadi penopang itu dipeggang Fagan untuk mendekati satu kamar yang terlihat telah dibuka memperlihatkan sesosok yang tadinya membekukan malam ini menyembulkan wajah tampan tak bersemberaut senangnya.
"Tuan!"
"Hm."
"Wanita tadi meminta berteduh jadi, saya pikir untuk membiarkan dia berteduh dibangunan belakang Manshion."
Fagan menunggu respon nyata Tuannya tapi seperti biasa hanya wajah acuh yang terlalu sulit ditebak. Pria dengan tubuh kekar berlapis kemeja itu bahkan tak merespon banyak selain langkah gontainya menuju kamar yang agak berbelok dari lantai ini.
"Tuan! ada yang anda butuhkan?"
"Tidak!"
Fagan mengangguk lalu pamit pergi dengan helaan nafas halusnya. entahlah terkadang kehidupan monoton ini terlalu membosankan baginya tapi tidak untuk Sam Austin Bilions. ia menyukai keheningan dan hidup penuh peraturan. jiwa kerasnya begitu terlihat dari pencapaian karir yang meroket menunjang nama besar keluarganya.
Bagi Sam waktunya sangatlah penting dan pria tampan berwatak keras itu selalu menunjukan kesempurnaan. baginya semua di dunia ini harus dilakukan dengan sempurna, terlihat dari caranya berpakaian dan ia selalu menuntut kebersihan disetiap tempat.
Itu karnanya ada rautusan pekerja yang membersihkan Manshion ini agar tak berdebu menyulut kemurkaan pria itu.
......
Seperti biasa. Sam masuk kedalam kamarnya dengan tatapan lansung tertuju keatas ranjang yang kosong dan masih rapi. kamar luas ini hanya seperti kuburan yang sunyi.
Ia melangkah ke dekat ranjang melepas jam tangan dan sepatunya seraya melihat ke dinding dimana jam sudah menunjukan pukul 2 dinihari tapi wanita itu masih juga belum pulang.
Tak ingin menunggu lama. Sam lansung menghubungi wanita itu dengan tenang.
"Sayang!"
"Dimana?"
"Aku ada syuting malam ini. kemungkinan akan selesai pagi nanti, tapi aku usahakan akan cepat."
"Hm."
Sam mematikan sambungannya dengan helaan nafas yang tenang. ia meletakan Ponselnya diata nakas disamping ranjang seraya memejamkan matanya meredam rasa lelah dan pegal.
"Syuting!"
Gumam Sam menarik sudut bibirnya antara miris dan dingin seraya melepas satu persatu kancing kemejanya menunjukan tubuh kekar yang sangatlah sexsi dan sempurna. visual pria yang memiliki pesona kuat tapi ada hal dibalik semua yang selalu bisa ia dapatkan.
"Tuan!!!!"
Suara Pelayan diluar sana lansung menyentak Sam yang bangkit kembali memakai Kemejanya dan melangkah menuju pintu kamar.
"Tuan!!"
"Hm."
Sam membukanya melihat wajah panik Pelayan paruh baya yang menunjuk kearah belakang.
"Tuan kecil!"
"Ada apa?"
"Tuan kecil badannya panas!"
Sam lansung berlari kearah kamar putranya dengan wajah mengeras sekaligus mendingin. tadi ia periksa bocah itu tak apa-apa dan masih nyenyak tidur tapi sekarang..
"Tubuhnya sangat panas! wajahnya juga pucat. Tuan Muda!"
......
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
💞 NW 💞
ke bayang si talitha mlh di jual ma si theo pcrnya
2024-03-10
0
Samsia Chia Bahir
Tetiba pa2x natalia jatuh sakit dan kakakx natalia tdk mau urus, rasaaiiinnnn 😄😄😄😄😄😄
2023-03-27
0
Lysa Fauziah Akbar
sosok.sam begitu sempurna, jadi.natalia hrs pinter juga klo udh d tolong si sam..
2022-05-25
0