Seketika Natalia termenung kosong dengan mata tak lagi mampu menatap kearah cermin yang memperlihatkan wajah menyedihkan yang malam ini akan diboyong pergi dari Kediaman Pramudita yang notabentnya tak ingin ia tinggalkan.
Setelah Talita menyebutkan soal rencana itu semua harapan Natalia hancur. ia hanya bisa meratapi sapu tangan yang tadinya Dokter Andra gunakan untuk membersikan wajahnya, bahkan bekas make-up itu masih bisa Natalia lihat dengan jelas.
"A..aku harus apa?"
Lirih Natalia dengan air mata yang membasahi benda itu. kenapa impiannya yang begitu sederhana terlalu susah ia dapatkan? papanya yang tak perduli padanya sampai menghancurkan penyemangat nafas Natalia yang tak lagi bisa dibangun kembali.
"A..Aku..aku sangat menyukaimu. Andra!"
"N..Non!"
Bibik Mina masuk dengan wajah yang begitu sendu mendengar apa yang telah ditetapkan Tuan Besar Hartono barusan. betapa hancurnya hati Natalia ketika ia harus menikahi seorang pria yang sama sekali tak ia kenal bahkan mungkin saja ia akan memperlakukannya sama dengan apa yang ia dapati di Keluarga ini.
"B..Bik. a..aku..aku.."
Bibik Mina lansung merangkuh tubuh lemah Natalia yang sudah sedari tadi mengurung diri didalam kamar ini. ia disuruh berkemas karna malam ini juga akan diberikan pada Keluarga kaya yang menjadikannya Pelayan yang belum jelas.
"Bik hiks, bagaimana dengan Andra?"
"Nona cinta dengan Tuan Dokter?"
"Aku..aku sangat menyukainya. dia selalu ada disetiap kesulitanku dan.."
Natalia tak lagi bisa menyambung ucapannya selain hanya mengenang bagaimana bisa ia pergi tanpa berpamitan dengan pria itu? apa tanggapan Dokter Andra atas keputusan yang baru saja diambil.
"Non. Nona yang sabar, Ya? jangan menangis terus. Bibik tak tahan melihatnya."
"T..Tapi aku..aku harus apa? hiks. aku..aku tak tahu kemana lagi akan menatap, Bik. aku..aku akan pergi dari sini. dari Bibik dan kalian semua.. aku..aku tak lagi melihatmu. Bik. hiks, aku akan diasingkan!!"
Isak Natalia takut memeluk erat Bibik Mina yang juga tak rela berpisah. tapi apalah dayanya yang tak kuasa mencegah rencana jahat Talita sebagai Nona yang berkuasa di Kediaman ini.
"Aku...aku tak mau pergi, hiks! tidak Bik!"
"Bibik sangat senang jika Nona tak pergi. tapi, apa Nona akan bisa menolak Tuan Besar?"
Natalia seketika dibungkam. hatinya tak tahu lagi bagaimana menanggapi semuanya. semangat yang tadi terisi seketika luruh begitu saja mengingat tak ada lagi kemungkinan ia akan bersama pria itu.
"A..aku tak tahu. Bik!"
"Non. jika disana lebih baik maka Bibik rela. Bibik sudah tak bisa melihatmu direndahkan terus."
Bibik Mina menangkup pipi mulus Natalia yang sudah sembab. kantung mata wanita ini tak bisa disembunyikan karna terlalu memikirkan dan lelah untuk menghadapi semuanya.
"Setiap Nona sedih, Nona bisa lihat foto Mama Nona. jangan lagi mencoba bunuh diri, jangan seperti tadi. hm?"
Natalia mengangguk mengusap air matanya lalu membawa Ransel yang telah usang membungkus pakaian-pakaian lamanya. ia tak mau melepas pelukannya dari tubuh Bibik Mina yang juga tak rela mengurainya.
"Bibik jaga diri baik-baik, ya? aku akan sangat merindukanmu."
"Kau juga. Non! jangan lupa makan. kalau ada waktu telfon Bibik. Nomernya ingatkan?"
"Ingat. Bik!"
Natalia keluar dengan menggandeng lengan Bibik Mina yang tak berhenti mengusap air matanya mengantar Natalia ke pintu utama. Mentari yang melihat keduanya sedekat itu semangkin merasa panas dan sangat ingin menampar Natalia.
"Cih. anak tak punya ibu memang begini."
"Mentari!!"
Bibik Mina menatap tajam Mentari yang hanya acuh melangkah pergi membiarkan Natalia keluar dari Kediaman ini. dengan begitu hidupnya akan lebih baik dan damai.
Talita yang sedari tadi menunggupun lansung dibuat geram dengan Natalia yang berpamitan pada semua pelayan termasuk para penjaga kebun yang ikut tak rela menatap sang nona baik hatinya itu.
"Aku pergi, ya?"
"Hati-hati. Non!"
Natalia mengangguk mengecup punggung tangan Bibik Mina dan melambaikan tangannya ramah pada Kang Mamat yang mengintip dari arah belakang menatapnya penuh genagan air mata.
"Cepatlah!! banyak sekali dramamu disini!!"
"I..Iya."
Natalia melangkah turun ke teres sesekali menatap kebelakang membuat mereka semua sama sekali tak bisa menahan kesedihan. sudah bertahun-tahun wanita polos ini menemani mereka dan sekarang telah ingin pergi meninggalkan kenagan yang begitu manis.
"Dada Bik!!"
"Non hiks!"
Bibik Mina tersandar ke pintu utama menatap Natalia yang telah masuk ke Mobil karna didorong kasar Talita. Tuan Hartono yang melihat dari atas sana hanya diam membiarkan semua itu pergi walau hatinya masih tak percaya ini akan terjadi.
Natalia melihat Papanya dari atas sana. pria paruh baya itu tengah memakai syal yang membuktikan dia tengah tak enak badan dimalam hari yang dingin ini.
"Aku mau pamit sama Papa. Kak!"
"Kauu!!"
Talita sudah dulu keluar mengadah menatap arah Balkon dimana Tuan Hartono enggan memandangnya. pria itu lebih memilih menatap kearah lain dengan pandangan yang tak diketahui siapapun.
"Papa!!"
"Lia kauu..."
"J..Jika Papa bahagia Lia akan sangat senang melakukannya dan.. dan jaga diri Papa baik-baik. jangan lupa makan-makanan yang sehat dan jangan.."
Tuan Hartono sudah lebih dulu pergi meninggalkan Balkonnya membuat mata Natalia memanas tapi masih bisa tersenyum membagi lukanya yang terpendam.
"Lia sayang Papa!!! Papa baik-baik disini."
"Cepatlah!!!"
Talita kembali mendorong Natalia masuk hingga mereka semua histeris melihat Mobil itu sudah menuju Pintu gerbang besar Kediaman ini.
"Nona!!!! hiks!!"
Natalia melambaikan tangannya memberi salam perpisahan hingga Talita benar-benar muak sengaja melajukan Mobil cepat keluar dari Gerbang hingga semuanya tak lagi dilihat oleh mata bening Natalia.
Tangis wanita itu pecah masih menatap kebelakang dimana Kediaman besar itu semangkin menjauh dari Mobilnya.
"B..Bibik hiks!"
"Diamlah!!! aku pusing melihatmu!!"
Bentak Talita memberi pesan pada Manegernya agar menginfokan alamatnya. ia sudah tak sabar membuang wanita ini jauh dari hidupnya dan akan semangkin menyengsarakan nasipnya.
"K..Kak. kalau Papa sakit, tolong beritahu aku dan.."
"Dan apa? kedatanganmu hanya akan membuat Papa semangkin jatuh sakit!!!"
Geram Talita mengendarai Mobilnya sendiri. ia tak ingin para supir di Kediamannya malah mengunjungi Natalia secara sembunyi-sembunyi.
Disepanjang perjalanan Natalia masih menangis tak biasa jauh dari saudara-saudaranya disana. tapi ia juga mulai menatap jalan yang dilalui begitu sunyi membuat Natalia menyeringit.
"Kak! kita kemana?"
"Diam!!! kau bisa Diam???"
Talita melempar botol airnya kebelakang hingga mengenai dada Natalia yang bungkam tak ingin bicara. ia hanya melihat jalan yang dilalui Mobil ini begitu sunyi dan gelap menjauh dari Kediaman.
Setelah beberapa lama. tiba-tiba Talita menghentikan Mobilnya dengan spontan membuat Natalia terkejut berpeggangan ke pinggir kursinya.
"Kak! ada apa?"
"Mobilku rusak!"
Natalia menyeringit melihat keluar dimana tempat ini sangat sunyi dengan jembatan yang runtuh. matanya sedikit memancarkan ketakutan membuat Talita menyeringai licik.
"Mobilku rusak. bagaimana ini?"
"A.. Apa? lalu bagaimana, Kak?"
Talita menatap Natalia dari spion depan hingga ia mengisyaratkan untuk turun.
"Kak!"
"Turun!"
"T..Tapi.."
"Turun!! kau mau kita mati disini?"
Natalia menggeleng akhirnya mengumpulkan keberanian untuk turun mendekap Ransel didadanya menatap ngeri kegelapan yang hanya diterangi satu lampu jalan yang sudah kritis diujung jalan sana. selebihnya hanya ada aspal dingin dan gerimis yang mulai turun.
"Kak!"
"Dorong mobilku!"
Mau tak mau Natalia mendorong mobil Talita yang membuatkan wanita itu mengeluarkan semua tenaganya mendorong Mobil yang tak kunjung berjalan sama sekali.
"Kak! telfon supir di Kediaman saja."
"Dorong lebih kuat!"
Natalia mendorongnya lagi sampai tubuhnya mulai basah diguyur hujan yang tiba-tiba lebat sampai membuat suasana menyeramkan disekelilingnya.
"Dorong!!!"
"I..Iya. Kak!"
Natalia mendorongnya lagi sampai tangannya merah dan..
Brummm..
Talita menggas kuat sampai Natalia jatuh ke Aspal yang basah dengan sangat keras.
"Kak!!!"
"Bay bay wanita kampungan!!!!"
Natalia membulatkan matanya saat Mobil itu melesat jauh meninggalkannya disini hingga dengan sekuat tenaga Natalia berdiri mengejar Mobil itu lagi.
"Kak!!!! Kaaaakk!!! jangan tinggalkan aku!!!"
Talita hanya tertawa keras melihat Natalia beberapa kali terjatuh mengejar Mobilnya dibawah guyuran hujan yang begitu lebat ini.
"Cih. kisahmu belum selesai, Udik! ini masih permulaan."
.......
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Umi Abi
ada ya kakak kejam begitu najis tralala
2022-07-04
0
Mulyati
ada yah ayah dan kaka yg kejam seperti itu
2022-06-11
0
Sukliang
anjing
2022-06-06
0