Setelah menghabiskan waktu berbicara dibelakang sana. Natalia disuruh membersihkan diri oleh Bibik Mina yang juga membantu menyetrika pakaian yang tadi belum selesai seraya memilihkan satu pakaian lamanya yang masih bagus sesuai dengan Natalia yang masih muda.
"Semoga ini cocok!"
Gumam Bibik Mina meletakan pakaian itu kedalam keranjang lalu membawanya keluar ruang setrika menuju kamar mereka dibelakang sana. ia yakin Natalia sudah selesai membersihkan dirinya tadi.
"Non!"
Bibik Mina masuk hingga melihat Natalia memakai handuk yang sudah ada yang bolong dibagian pahanya membuat kulit putih bersih itu menyembul menunjukan kuasanya. senyum hangat itu kembali Natalia berikan seakan tak ada yang terjadi sebelumnya.
"Bik!"
"Non. ini ada baju Daster masa muda Bibik yang Bibik rasa muat dengan tubuh Nona."
Natalia yang tengah mengeringkan rambut panjang hitamnya yang tergerai indah sampai kepinggang begitu cantik terlihat mendamaikan itu lansung menoleh. hanya mata semua orang begitu ingin menuntut agar selalu sempurna tanpa tahu hal apa yang diciptakan tuhan adalah yang terbaik bagi mahluknya.
"Bik. bajunya bagus!"
"Non. tapi ini agak tipis, cuman Daster lama masih terlihat bagus kalau Nona yang memakainya."
Bibik Mina meletakan itu diatas kasur tipis dilantai ini lalu pemit untuk meletakan Keranjang pakaian ditangannya. tentu Natalia dengan bahagia mengambilnya penuh suka cita.
"Dasternya cantik."
Gumam Natalia tak mempermasalahkan bolong yang ada didekat ketiaknya. ia selalu menyukai apapun yang diberikan orang-orang yang menyayanginya.
Karna tak ingin berlama-lama. Natalia lansung berpakaian seadanya seraya menggulung rambut dengan handuk dibadannya tadi dan kembali memakai kacamatanya. ia terlihat beberapa kali mengerijab karna tak bisa melihat begitu jelas dari cermin retak ini.
"Ya Tuhan. kacamataku retak."
Gumam Natalia mendecah halus tapi ia tak punya waktu banyak karna makan malam akan segera dimulai. ia harus menyiapkan makanan agar Papa dan Talita tak marah untuk yang kesekian kalinya.
"Lia!!!!!"
Dan benar saja. suara Talita sudah bergema diruang makan sana membuat Talita lansung berlari kecil keluar kamar tergesa-gesa meringsek membelah para pelayan yang menyapanya dengan isyarat wajah tenang kecuali Mentari yang berdiri memandang jijik dari arah Dapur.
"Iya. Kak!"
"Kakak? kesini kau!!"
Natalia mendekati meja makan besar ini dengan Talita yang telah duduk dengan angkuh menatapnya penuh penghakiman. Tuan Hartono yang baru datang dari tangga atas sana tampak menatap Natalia kilas lalu beralih memberi senyuman pada Talita yang berdiri.
"Pa!"
"Iya. Nak!"
"Ayo makan, Pa! nanti penyakit jantung Papa kambuh lagi."
Talita membukakan kursi menyenggol bahu Natalia yang hanya diam menatap lembut Papanya tanpa rasa benci atau dendam. bahkan ia beralih menyendokan makanan namun dicegat Talita yang mendorongnya menyingkir.
"Aku saja."
"Hm."
Natalia tak bicara selain berdiri dibelakang Tuan Hartono yang diam membiarkan Talita melayaninya dengan baik tapi ia tahu betul ada yang ingin diminta wanita ini kalau sudah bersifat selayaknya anak rumahan.
"Makanlah. Pa!"
"Terimakasih. anak cantik."
Natalia hanya diam menebalkan telinga dan wajahnya. ia tak masalah selagi itu memang masih bisa ia tahan entah kapan akan meledak.
Melihat kebungkaman Natalia, menarik senyum licik Talita yang beralih duduk disamping Tuan Hartono yang fokus pada makananya. masakan yang dibuat oleh Natalia memang sangat enak tapi sayangnya Tuan Hartono tak mengakuinya. Teh hangat daun kelor yang selalu disediakan wanita ini juga begitu nikmat disedu disetiap suasana tapi tak ada kata terimakasih atau pujian yang terdengar.
"Pa!"
"Hm? ada apa. Nak?"
"Pa! aku ingin meminta sesuatu."
Seketika Tuan Hartono tersenyum menoleh kearah Talita seraya mengulur tangan mengusap kepala wanita itu lembut hingga tanpa sadar Natalia memejamkan matanya mencoba membayangkan rasanya dipandang lembut dan sentuhan hangat dari sang ayah pada kepalanya.
"Katakan! kau mau apa?"
"Tapi, Papa janji akan memenuhinya." Talita sengaja bersikap sangat manja menarik lengosan wajah Natalia kearah lain.
"Janji. apa yang tidak Papa berikan padamu, hm?"
Senyum Talita merekah ruah memeluk lengan Papanya seraya menatap wajah pria paruh baya ini dengan lembut dan penuh harap.
"Pa! teman Talita butuh pelayan sekaligus Babysiter untuk mengurus anak dan suaminya."
"Lalu?"
"Dia ingin aku mencarikan yang memang berbakat dalam hal itu. jadi aku bingung harus apa."
Tuan Hartono diam berfikir sejenak. ia akan lakukan apapun asalkan Putrinya bahagia.
"Nanti Papa katakan pada Paman Firman untuk mencarinya."
"Pa! Lita butuh yang cepat karna malam ini harus dapat. dan sudah menggelar pernikahan seawal mungkin."
Natalia hanya diam tak mau ikut campur pembicaraan itu. ia tampak polos memainkan jari-jari kakinya disendal jepit tipis ini untuk meluangkan waktu bermain imajinasi.
"Sayang! apa itu tak terlalu cepat?"
"Pa! temanku itu sangat baik dan dia butuh secepatnya tak mungkin aku menolaknya, Pa!"
Desak Talita membuat Tuan Hartono memijat pelipisnya agak merasa pusing. masalah Perusahaan juga dibebankan padanya hingga ia harus mengurus semuanya dalam waktu dekat.
"P..Pa. sebaiknya diminum dulu."
Saran Natalia agak takut menyodorkan secangkir Teh hangat didekat piring Tuan Hartono yang hanya diam tak menerima sama sekali hingga Bibik Mina disamping sana mengisyaratkan agar diam dan jangan lagi bicara.
"Pa! terserah Papa mau menamparku atau membenciku sampai dunia ini tak menerimaku. tapi Lia mohon jangan terlalu keras bekerja, sisakan waktumu untuk istirahat."
"Pa! sepertinya dia cocok!"
Seketika Tuan Hartono menatap Talita yang menyeringai melihat wajah Natalia yang kebingungan. ia tak terlalu mendengarkan tadi hingga tak dimengerti benaknya.
"Maksudnya apa?"
"Dari pada kau merusak mata kami setiap hari disini. lebih baik kau menjadi berguna dengan bekerja diluar sana!!"
Ketus Talita kasar sampai Tuan Hartono memejamkan matanya meredam rasa pusing. kenapa suasana di kediaman ini sama sekali tak membuatnya tenang semenjak kematian istrinya?
"Pa! aku ingin Natalia yang bekerja."
"Bekerja apa? aku akan lakukan jika Papa senang."
Tuan Hartono mencengkram sendok ditangannya kuat membuat Natalia diam tertunduk membisu tak lagi berani bicara.
"Pa! aku ingin malam ini juga dia keluar dari Kediaman kita!!"
"T..Tapi kenapa? aku.."
"Karna kau pembawa sial!! kau hanya akan menambah beban Papa di Kediaman ini!"
"Tapi, aku.."
"DIAM!!!!"
Suara menggelegar Tuan Hartono akhirnya membungkam keduanya dengan Talita yang mulai mengibarkan tatapan membunuhnya pada Natalia yang panik melihat wajah pucat Papanya.
"Pa!! Pa minum.. minum dulu!"
Karna tak ingin berdebat dan kepalanya juga sakit. akhirnya Tuan Hartono meminum secangkir teh yang Natalia berikan padanya membuat tangan Talita terkepal.
"Pa! sudalah, jangan terlalu dipikirkan. Papa makan dan istirahat."
Natalia tampak sangat mengkhawatirkan Tuan Hartono yang sering Drop begini. tapi Talita tak mengerti dan malah semangkin memperburuk keadaan.
"Pa! bagaimana tawaranku?"
"Kak! Papa sedang sakit, kita bicara berd.."
"Papa setuju!"
Jawaban Tuan Hartono membuat Talita lansung bersorak-sorai membatin penuh kegembiraan.
"M..Maksudnya apa?"
"Kau harus menjadi pelayan di Kediaman lain!"
"A..Apa?"
"Dan juga akan diperistri oleh majikanmu!"
Duarr...
....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
nyebelline♋❗❗❗🤪
gemes banget aku... pengen aku tampol si talita itu
2023-04-07
0
Sumini Harrni
papa ,tua Bangka kau akan menyesal..menyia"kan natalia
2022-08-29
0
djoko susilo
wanita jalang seperti Talita nanti di hukum yg berat ya author....
2022-08-21
0