Keputusasaan Natalia!

Tawa kencang kedua wanita itu lansung pecah dengan kegembiraan yang luar bisa melambung tinggi. mata mereka nyaris berair mengenang bagaimana hancurnya wanita malang itu dengan harapan setinggi gunung yang rubuh begitu saja.

Talita merasa sangat bahagia sampai ia menawarkan minum bersama Mentari kaki tangannya di Kediaman ini. wanita inilah yang selalu menjalankan rencana jahatnya saat ia tak sempat di rumah. tentu Talita tak akan melepas Natalia walau sesibuk apapun pekerjaannya.

"Nona. tahu? dia sangat berharap bahkan wajahnya seakan begitu percaya diri tapi nyatanya.."

Keduanya kembali terbahak mengolok-ngolok Natalia dengan sangat perih. Talita benar-benar menjadikan Adiknya sebagai bahan lulucon setiap harinya.

"Aku sangat puas dengan kerjamu hari ini."

"Berarti saya.."

Mentari menunjukan isyarat penuh arti dan tentu Talita mengerti mengeluarkan uang yang sangat merah dimata Mentari bak singa menerkam mangsanya.

"Ini! kau akan mendapatkan lebih jika kau bisa membuatnya benar-benar ingin mati."

"Itu sangat mudah, Nona! saya hanya perlu selalu memainkan kepercayaannya dan menjatuhkan harapannya."

Talita mengangguk santai memberikan uang itu ketangan Mentari yang gemetar memeggang tumpukan uang yang tak mampu ia genggam ini. mata gadis muda dihadapannya begitu berbinar bak lentera yang sangat lapar.

"Tapi kau harus ingat!"

"Apa? Nona!"

"Jangan sampai Papaku tahu semua yang ku lakukan selama ini."

Mentari mengangguk lalu pamit pergi membawa segunung fantasi pesta yang akan ia habiskan dengan meriah. betapa mudahnya mencari uang dari hasil kecerdasan otaknya.

Sementara Talita. ia masih menegguk Wine digelas kecilnya pelan mencoba memikirkan bagaimana caranya mengusir Natalia secara tak hormat dari Kediaman ini, ia tak ingin Natalia memiliki pelindung atau teman seperti biasanya.

"Apa yang kau cari darinya?"

Geram Talita membayangkan bagaimana Dokter Andra begitu perhatian pada wanita kampungan itu!? padahal, Dokter Andra adalah Dokter pribadi keluarganya tapi sayangnya Natalia begitu dekat sampai ia merasa panas.

"Wanita kampungan, tak bisa apapun selain memantik arang dan penyakitan!!!"

Prankk..

Talita melempar gelas ditangannya ke lantai ruangan Bar ini hingga wajah marahnya terlihat menelan semua rasa tak terima akan apa yang didapatkan wanita itu.

Ia sangat dibuat bingung. tak ada hal yang menarik dari Natalia tapi kenapa pria sekelas Dokter Andra yang sedari kecil ia sukai malah lebih memilih dekat dengan wanita sialan itu.

"Kau lihat saja. aku tak akan pernah membiarkan hidupmu tenang."

Talita menyeringai iblis lalu menyambar Ponselnya yang ada didekat lengan tirus itu. jari lentilnya mencari kontak sang Manejer yang memang menjadi pesuruhnya.

"Iya. Non!"

"Kau cari seorang pria brandal yang mau menikahi babu dirumahku."

"A.. apa? Nona, anda jangan salah langkah, reputasi anda akan terpengaruh di dunia hiburan dan.."

"Aku tak ingin tahu. kau harus mencari seseorang yang mau membawanya pergi dari sini tapi tak dengan kebahagiaan."

Tekan Talita yang memang sudah gila ingin menyiksa wanita malang itu. mungkin bisa dijabarkan bahwa hidupnya hanya ingin menyiksa Natalia.

Lama tak ada sautan dari Manejer diseberang sana hingga Talita mulai naik pitam ingin bicara lantang tapi untung saja sudah ada jawaban.

"Kauu!!"

"Kemaren ada yang mencari wanita untuk menjadi pelayan dan Babysister di Kediamannya. Nona!"

"Lalu?"

"Tak ada yang mau karna harus rela dinikahi oleh majikannya juga yang sudah punya istri."

Seketika respon Talita berubah dengan sangat cepat. menjadi pelayan dan dinikahi seorang pria yang sudah memiliki istri, terdengar sangat menyakitkan jika sampai Natalia merusak hubungan mereka dan semua orang akan menganggapnya sebagai Pelakor.

"Bagaimana? Nona!"

"Aku terima! kau atur saja waktunya secepat mungkin."

"Baik!"

Talita mematikan sambungannya lalu tersenyum kilas membayangkan bagaimana Natalia akan semangkin merasakan pedih tak diakui oleh suaminya sendiri.

"Cih. kau harus tahu posisimu dimana."

..........

Tangis tertahan wanita itu lansung pecah bersandar dibatang pohon yang tak jauh dari Kediaman besar Pramudita ini. ia menghapus kasar lipstik dan semua riasannya disertai tangis yang membelenggu nafasnya.

"Maaaa hiks! Mamaa!!!!"

Jeritan tertahan Natalia mencengkram dadanya yang sakit. luka dibibir dan pipinya tak sebanding dengan luka yang selalu ditorehkan mengoyak hatinya yang tak tahu apapun.

"P..Pa hiks, s..sakit!!"

Isak Natalia meraba pipinya yang bengap. kenapa kau begitu membenciku? aku tak tahu soal kematian Mama, Pa hiks, Mama yang mendorongku menghindar, bukan aku yang mencelakai Mama!!!

Tangisnya ditelan kesunyian malam yang menghitan gelap tak perduli akan sesosok rapuh yang tengah dalam kesedihan yang pekat. rembulan diatas sana ikut termenggu diam meremangkan tanah sekitar yang Natalia jadikan tempat sandaran nafasnya.

"P..Papa, L..L..Lia hanya mau di..disayang s..seperti, T..Talita tapi.."

"N..Non!"

Bibik Mina yang muncul dari belakang penuh derai air mata mendengar isakan kepilauan wanita malang ini. ia tak mampu berbuat banyak ditengah kuasa yang menjadi batasan langkahnya.

"B..Bik!"

"Nona jangan menangis!"

"B..Bik hiks, P..Pa...Papa me..menamparku, hiks!"

Lirih Natalia menatap nanar wajah Bibik Mina yang sangat ikut terluka sampai kakinya kaku menapaki tanah yang dingin ini.

"S..Sudah, ya? Nona masuk. ini sudah malam."

"Untuk apa?"

Tanya Natalia dengan bibir bergetar menekuk kedua lututnya erst meredam rasa dingin membekukan tulangnya. mata wanita itu sudah sembab dengan wajah tak berupa bagaimana make-up yang tebal basah karnanya.

Kacamata yang bertengger dihidung mancung mungilnya sudah kabur diembuni malam.

"Kalau Lia mati Papa mungkin akan.."

"Sudah! jangan katakan apapun!"

Bibik Mina mengusap wajahnya lalu mendekati Natalia yang terlihat tersenyum sendiri. pilihannya hanya satu, jika ia mati kemungkinan besar Papanya akan mengunjungi kuburnya dan mengatakan ia sangat menyayanginya.

"B..Bik. aku..aku mau m..menemui Mama! aku.."

"Sudah hiks, Bibik mohon, Non!"

Lirih Bibik Minah ingin menarik lengan Natalia yang berdiri lunglai melihat Sumur Tua yang sudah tak terpakai lagi karna sangat dalam dan jadi tenpat pembuangan.

"Non!!!"

Bibik Minah berteriak saat Natalia sudah kehilangan akal sehatnya berlari menuju sumur tua dengan senyuman cerahnya seakan melihat sang Mama yang tengah menunggunya dengan wajah bahagia.

"M..Mama!!!"

"Non!! jangan!!"

Natalia menghentikan langkahnya ditepi tempat itu dengan wajah benar-benar berbinar menoleh menatap Bibik Minah penuh deraian air mata. tak ada beban untuk mengakhiri segalanya dari netra hangat itu.

"B..Bik!"

"N..Non. Bibik mohon!"

"Katakan pada Papa kalau Lia sangat menyayanginya dan katakan kalau Lia menantinya ke rumah baru, Lia!"

Ucap Natalia begitu ringan dengan suara bergetar seakan ia sudah sangat lelah. ia hanya ingin tenang dan bisa bertemu dengan Mamanya walau ia tak berhasil meluluhkan hati Papanya.

"Aku menantikan kalian. Bik!"

"Non!!!!"

.....

Vote and Like Sayang..

Maaf ya jarang Up, soalnya mau namatin yang Misteryous Love dulu biar bisa Up banyak. tapi hari ini selesai kok say dan terimakasih yang udah mau Vote dan koment 😊

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***