Semuanya hening. hanya dentingan sendok dan garpu dimeja makan sana memenuhi ruangan yang sudah mengabu tak bernyawa sama sekali, suara riang Tuan Hartono memuji kecantikan Putrinya tanpa beban dan tak perduli sesosok rapuh yang tak berdaya itu tengah memandangi dari pintu dapur tergorok tragis seperti kotoran.
Ia hanya diam. air mata dipipinya nyaris mengering tapi kembali dibasahi lagi dan lagi. tak terkira bagaimana hatinya merasa diabaikan, tak terkira batinnya meminta permohonan tapi sayangnya tak ada yang mengerti betapa sakitnya menjadi yang terbuang seperti ini.
"Nak! kau ada pekerjaan hari ini, kan?"
"Iya. Pa! aku harus ke tempat Syuting untuk Casting prodak iklan yang baru."
Jawab Talita begitu santai penuh kebahagiaan sesekali melirik Natalia dari ekor matanya yang sinis. cih, tak akan ia biarkan satu orang pun merebut perhatian Papanya, hanya ia yang boleh merasakan segalanya termasuk kasih sayang penuh.
"Kau memang sangat luar biasa, Sayang! Papa sangat bangga padamu."
"Bisa kau katakan itu juga padaku?"
Batin Natalia memohon. ia sudah melakukan semuanya termasuk mengurus Kediaman ini dengan baik, tak pernah terpikirkan olehnya untuk pergi meninggalkan tempat ini.
Tapi kenapa? ini sama sekali tak adil baginya.
Lama Natalia menatap sendu candaan dan gurauan jenaka itu menelusupkan rasa iri yang seketika menggumpal didalam dadanya. apa karna aku tak cantik? atau aku tak berpendidikan hingga Papa tak menyayangiku.
Pa, Lia sangat mencintaimu. bahkan, setiap impian sederhanaku hanya ada Papa yang ingin Lia banggakan. Lia mohon, hiks. Cintai Lia sedikit saja, Pa.
Gejolak hati Natalia tak tertahankan hingga ia lansung melangkah pergi membawa air mata yang terus menetes menuju ruang belakang tempat menyuci.
Ia melewati beberapa pelayan yang memandangnya penuh simpati tapi Natalia hanya menjawabnya dengan senyuman yang sangat tulus.
"Non. anda.."
"Aku..aku mencuci sebentar."
Sangkal Natalia tergesa-gesa masuk ke ruang mencuci hingga ia menutup pintu tempat itu dan bersandar lemah ke pintunya. mata Natalia terpejam mencoba meredam semua ini agar ia tak selalu merasa tersakiti.
"M..Mama!"
Gumam Natalia mencengkram dadanya yang sesak. ia ingin melepas semua ini sekarang juga tapi Natalia segera sadar membayangkan Mamanya.
"Sudahlah, apa gunanya kau menangis? kau hanya perlu menjadi seperti Talita."
Gumam Natalia lansung mengambil keranjang kotor lalu memasukannya kedalam mesin cuci dan sebagian ia rendam didalam wadah besar untuk dicuci manual agar tak merusak permukaan pakaian ini.
Namun, mata hangat Natalia termenggu saat satu pakaian Talita ia peggang remang. Dress maron yang sangat pendek dengan tali kecil dikedua sisinya membuat Natalia tak bisa membayangkan bagaimana rupa tubuhnya memakai pakaian setengah jadi ini?
"A..aku..aku tak mengerti."
Decah Natalia tak tahu cara memakainya. ia mencocokan ukuran Dress ini dengan tubuhnya yang agak berisi hingga tak muat sama sekali.
"Kenapa aku begitu gendut?"
"Karna kau imut!"
Degg..
Natalia terkejut saat jawaban dari suara ramah tamah itu sampai mengalun ditelinganya dengan sangat lembut. semberaut merah itu mulai menghiasai pipi putih Natalia yang memperlihatkan Bakpau disela wajahnya.
"Kenapa memakai pakaian yang sama sekali tak kau sukai? itu bukan dirimu."
Natalia perlahan menoleh memutar tubuhnya kebelakang dengan malu-malu menyelipkan satu helai rambut kebelakang telinganya semu membuat sesosok Tampan berpakaian santai itu ikut melengkungkan bibir tipisnya.
"K..Kenapa kesini?"
"Melihat keadaanmu."
Natalia perlahan mengangkat wajahnya ragu-ragu menatap wajah tampan seorang pria yang menatapnya lembut penuh arti. tapi sayangnya pikiran Natalia yang polos hanya menganggap itu tatapan kebaikan dari malaikat penolongnya.
"Em, aku baik-baik saja dan.. dan terimakasih!"
"Untuk apa?"
"Tuan Dokter selalu membantuku!"
Tulus Natalia memberi senyum hangat pada Dokter Andra yang hanya mengulum kegemasan melihat pipi Bakpou wanita manis ini mengembang. entahlah ia tak bisa menjabarkan perasaanya sekarang.
"itu sudah tugasku."
"T..Tugas?"
Tanya Natalia agak tertegun. wajahnya yang tadi berseri perlahan meredup membuat Dokter Andra mulai merasa tak nyaman dengan raut wajah mendung Natalia padanya.
"Hey! itu Tugasku sebagai seorang Dokter yang sangat menyayangi Paseannya."
"P..Pasean?"
Dokter Andra mengangguk kaku juga keluh ingin mengungkapkan perasaanya, sudah lama ia kenal dengan Natalia tapi ia belum berani menyatakan semua ini.
"A.. aku..aku akan membantumu."
"Tidak usah, Tuan! aku.."
"Lia!!"
Tekan Dokter Andra tak suka dipanggil begitu. ia sudah beberapa kali meneggaskan agar tak memanggilnya Tuan Dokter terkesan sangat formal.
Mendengar itu Natalia mencengir menunjukan Gingsulnya hingga Dokter Anda mendekat menepuk remang puncak kepala Natalia yang menatapnya dari balik kacamata tebal itu.
"Andra..! bisa di hafal?"
"A.. "
"Hm? katakan!"
"Andra!"
Ucap Natalia menutup wajahnya membuat Dokter Andra terkekeh pelan mengusap puncak kepala wanita ini selayaknya kesayangan.
"Jangan malu. anggap saja kita berdua sangat dekat."
"Benarkah?" polos Natalia berbinar dengan kata DEKAT.
"Hm. kita sangat dekat! jadi, jangan pernah merahasiakan apapun dariku dan kau tidak boleh menangis terus."
Hibur Andra mengusap pipi Natalia dengan lembut menghapus tetesan air mata yang sudah mengering dimata sembabnya. Dokter Andra tahu Natalia habis menangis karna ia memang kebetulan ingin kesini lewat pintu belakang.
"Em, Andra!"
"Iya!"
"Tidak usah membantuku. lagi pula pakaiannya hanya sedikit."
Ucap Natalia tanpa beban memilah pakaian yang ingin ia cuci dengan tangan. padahal, jelas dimata Dokter Andra kalau ada 3 Keranjang besar yang akan dicuci dan ukurannya lumayan untuk mematahkan lengan dan pinggang.
Seketika kepalan tangan Dokter Andra menguat. wanita itu memang ingin menyiksa Natalia walau pakaian kotor atau tidaknya akan ia masukan ke Keranjang.
"Sini!"
"Andra tak usah!!"
Tolak Natalia lembut mendorong tangan Dokter Andra ingin membantunya tapi pria dengan pipi mulus tanpa jengot ini hanya acuh mengikuti cara Natalia memisah pakaian yang ingin di masukan ke Mesin cuci.
"Andra! nanti tanganmu panas, sudah berikan padaku!"
"Hustt!! tanganku sudah panas sedari tadi."
Maksud ucapan Dokter Andra lebih menjerumus pada rasa marahnya terhadap apa yang dilakukan Tuan Hartono dan Putrinya itu.
"Benarkah? panas kenapa?"
"Aku.."
Natalia menarik lengan Dokter Andra yang membeku berjongkok disamping Natalia yang tengah memeriksa telapak tanganya penuh kehati-hatian dan teliti, sesekali ia meniupnya membuat buih dari sabun yang digunakan itu memijat tangannya lembut.
"Panas! ya?"
Pria itu hanya diam dengan desiran angin yang sangat pas menerpa wajah kasmarannya. kenapa mata semua orang buta tak melihat kecantikan sebenarnya dari sesosok Natalia? wanita ini sama sekali tak bisa dibandingkan dengan batu kerikil itu.
Lama Dokter Andra melamun menghayati setiap perlakuan Natalia padanya hingga tak menghiraukan pertanyaan wanita itu.
"Andra! apa masih panas?"
Dokter Andra hanya diam tak berkedip sama sekali membuat Natalia sesikit merasa aneh menatap kecermin melihat wajahnya yang udik seperti biasa.
"Apa aku terlalu jelek?"
"A..Ha?"
Dokter Andra tersadar saat Natalia melepas tangannya hingga wanita utu tersenyum hangat mendesirkan hatinya yang berbunga.
"Aku Jelek! ya?"
"Tidak! kenapa mengatakan itu?" Dokter Andra protes tak setuju.
"Kau menatapku lama sekali."
"A.. itu.. kacamatamu harus diganti lensanya. sepertinya sudah terlalu lama digunakan."
Sangga Dokter Andra sedikit canggung menggaruk tengkuknya yang tak gatal meredam rasa malu ini.
"Em, benarkah?"
"A.. aku..aku akan memasukan ini ke sini!"
Ia membawa keranjang pakaian ke Mesin Cuci dan dengan telaten memasukan beberapa pakaian disela rasa gugupnya dipandangi Natalia terus.
"Lia! kerjakan juga, atau aku akan melakukannya!"
"Baiklah. tapi kau juga jangan pandangi aku."
Jawab Natalia hingga keduanya saling melempar candaan menghidupkan suasana yang tadi agak canggung. semua itu disaksikan mata penuh benci seorang wanita yang mengepalkan tangannya kuat.
"Kau selalu mengambil apapun yang ku inginkan!"
........
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
nyebelline♋❗❗❗🤪
iri bilang bos
2023-04-07
0
sanjana albirru
pasien
2022-10-16
0
Rini Kartini
bikin emosi diubun ubun huuft!!
2022-06-23
0