Syafira menatap nanar ke arah layar ponsel miliknya. Kedua bola matanya mengamati wajah tampan Om Viktor yang terpapar di sana. Tak terasa bulir-bulir air mata menetes membasahi layar gawai canggih miliknya.
Memangnya dia siapa? Dia hanya seorang gadis yang hidup karena belas kasihan dari pria itu. Ia tumbuh dengan baik dan bisa kuliah sampai detik ini karena Victor mau membiayai hidupnya. Jangankan mengutarakan rasa cemburunya, menyukai pria itu pun Syafira tidak berhak.
***Bodoh!
Tolol***!
Untuk apa ia menangis. Air matanya yang berlinang membasahi itu sia-sia. Ia bahkan menangis hanya demi seorang pria yang tidak pernah melihatnya. Memangnya dari mana Viktor tahu kalau Syafira mengaguminya. Tidak, yang Viktor tahu, Syafira membutuhkan dukungan materi darinya. Ia tidak tahu jika gadis yang selama ini ia anggap sebagai adiknya sendiri menyimpan rasa kagum dan rasa cinta yang teramat besar untuknya.
Kenapa harus sesakit ini? Memangnya aku siapa berhak merasa cemburu dan sakit hati. Siapa pun yang tadi bercinta dengannya. Entah mantan istri atau wanita lain, ia tidak berhak marah! Harus menahan rasa ingin tahunya.
Drrrrtttt.
Drrrrtttt.
Ponsel milik Syafira bergetar. Ada panggilan dari pria yang sejak tadi menguasai pikirannya. Ya, Viktor Erlangga. Nama dan fotonya terpapar di layar ponsel.
Panggilan telefon terhubung.
"Halo," sapa Syafira mendekatkan benda pipih nan canggih miliknya ke telinga kanan.
"Tadi kamu datang ke apartemen?" tanya suara di seberang telefon, terdengar dalam seperti biasa. Jujur Syafira merindukan suara milik Om Viktor. Namun, dadanya masih terasa sesak mengingat kejadian sore tadi.
"Emm- iya, Om," jawab Syafira ragu.
"Ada apa?" tanya Viktor. "Astaga, aku lupa? Aku akan ke asramamu dan mengantar uang bulananmu."
"Lain kali saja, Om. Aku tidak mau merepotkan Om Viktor! Lagi pula ini sudah malam!" ucap Syafira menahan isakan. Ia menolak bukan karena mempunyai simpanan uang yang banyak. Ia hanya belum siap bertemimu dengan Viktor! Ya, masih belum bisa terima pria itu bercinta dengan wanita lain.
"Kamu terlambat Syafira, aku sedang berjalan ke asrama. Sebentae lagi aku tiba di deoan pintu kamarmu!" sahut Viktor.
"Tidak bisa Om, ketua asrama tidak memperbolehkan tamu dari luar masuk!" dalih Syafira. Memang begitu kenyataannya.
"Siapa bilang saat ini aku sudah berada di depan kamarmu!"
Klik.
Panggilan telefon berakhir.
***Tok.
Tok.
Tok***.
"Syafira!"
Suara berat milik Om Viktor yang yadi terdengar di seberang telefon. Kini terdengar jelas di depan pintu kamar Syafira.
"Syafira, kamu di dalam?"
"I- iya Om!" sahut Syafira. Ia mengusap pipinya yang masih basah. Lantas, segera beranjak dari duduknya.
Cklek.
Pintu kamar terbuka. Viktor Erlangga, sang duda tampan pujaan hati Syafira tengah berdiri di bibir pintu. Pria itu menyunggingkan senyum, memperlihatkan gigi putihnya yang berjejer rapi.
"Ayo kita keluar! Aku perlu mengambil uangnya di ATM!" ajak Viktor.
Hah! Om! Kenapa, enggak ambil uangnya tadi saja! Kenapa harus mengajakku.
"Sekarang?" tanya Syafira melongo.
"Ya!"
Syafira akan dianggap muka tembok yang tidak tahu malu jika tidak ikut mengambil uang di ATM untuk pengeluaran uang bulanannya. Sudah di kasih, dan enggak mau ambil sendiri.
Mereka berdua berjalan melewati lorong demi lorong asrama. Beberapa mahasiswi masih sibuk dengan aktivitasnya. Syafira melirik ke arah pergelangan tangan, angka di arlojinya menunjukkan jam delapan lebih lima menit.
Viktor mengulurkan tangan membuka pintu untuk Syafira. Kemudian, ia duduk di belakang kemudi.
"Kamu baik-baik saja kan?"
Pria itu memperhatikan gadis delapan belas tahun yang duduk di sampingnya. Matanya sembab dan sering terisak.
"Emm- iya, Om, aku baik-baik saja," sahut Syafira terbata. Sepertinya ada maksud lain. Tidak biasanya si Om Tampan, yang duduk di belakang kemudi itu mengajaknya naik mobil. Lagi pula, di depan gerbang utama asrama ada ATM segala jenis rekening Bank.
Untuk apa Viktor mengajaknya naik mobil. Lagi pula uang bulannanya juga tak seberapa, mungkinkah si Om tidak memiliki uang cash.
Oh iya aku hampir lupa kalau Om Viktor itu orang kaya.
"Pakai sabuk pengamannya!" titah Viktor.
Hening. Syafira yang masih sibuk dengan pikirannya tidak mendengar apa yang di ucapkan oleh pria yang duduk di sampingnya.
Refleks, Viktor meraih sabuk pengaman dan memasangnya untuk Syafira. Entah sengaja atau tidak, tangan si Om menyentuh area sensitif di dada Syafira.
Tubuh gadis itu menegang sebagai responsnya.
"Maaf." Viktor segera menyalakan mesin mobil tanpa menunggu jawaban dari Syafira yang masih terpaku karena sentuhannya.
Mobil mulai berjalan dengan kecepatan sedang. Syafira memilih diam, ada kecewa yang teramat besar yang memenuhi dadanya.
Beberapa kali Viktor berniat membuka percakapan, tetapi pria itu selalu mengurungkannya. Hingga, mobil pun berhenti di sebuah area parkir.
"Sebentar!" pamit Viktor.
Syafira mengangguk.
Pria itu turin dari mobil, mengambil uang di ATM. Tak sampai lima menit ia kembali dengan sejumlah uang.
"Ini, uang bulananmu!" Viktor mengulurkan sejumlah uang. "Ayo kita makan malam dulu!" ajaknya. Harus menanyakan perihal kejadian tadi sore pada Syafira.
"Tidak Om, aku sudah makan. Lagi pula ini sudah malam, asrama akan tutup jam sembilan, aku tidak mau dimarahi ketua asrama!" dalih Syafira mengarang bebas.
"Ah, iya." Viktor mengalah. Ia mengemudikan mobilnya kembali ke asrama.
Hampir sepanjang perjalanan, Syafira yang biasanya antusias dan bersemangat saat berjumpa dengan Om Viktor memilih diam. Berdebat dengan dirinya sendiri mengobati rasa kecewanya.
Mobil berhenti.
Viktor menarik jemari tangan gadis yang duduk di sebelahnya. "Tunggu!" cegahnya pada Syafira yang sudah bersiap turun dari mobil. "Syafira, ini mengenai kejadian tadi!" ungkap Viktor kemudian.
"Iya Om?" jawabnya singkat dengan pandangan tidak suka.
"Apa tadi kamu melihat dan mendengarnya?" tanya Viktor. Ia merasa bersalah karena tak seharusnya menunjukkan perilaku buruk di depan Syafira.
Syafira menganggukkan kepala pelan.
"Syafira, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menunjukkannya di depanmu, aku minta maaf! Tidak seharusnya aku mengajak wanita tidur di apartemenku saat kamu mau datang!" Viktor menunduk menunjukkan rasa penyesalannya.
Kenapa harus minta maaf! Om itu tidak salah! Yang salah itu aku!
"Om tidak perlu minta maaf, lagi pula aku yakin kalau tidak di apartemen Om juga bisa mengajaknya ke hotel atau ke villa, memang apa bedanya. Om pasti akan mengulanginya lagi!" Syafira menepis tangan Viktor. Kemudian, ia turun dari mobil.
"Tunggu Syafira! Aku bisa menjelaskan!" teriak Viktor.
Namun, Syafira acuh. Ia tetap berjalan ke asrama menuju kamarnya. Penjelasan dari Om Viktor, sama sekali tidak memberi kebaikan di dalam hatinya.
Siapa wanita itu Om? Aku akan mencari tahunya!
...****************...
...Jangan lupa....
...Vote....
...Koment....
...Tap Love....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Manoy Cagar Roibafi
ini hubungannya apa y safira sm si om 😁🙏
2022-06-10
0
Susi Lawati
kenapa syafira gak kerja, kenapa mengandaljan uang dari viktor....
2022-06-07
0
Susi Lawati
kenapa syafira gak kerja, kenapa mengandaljan uang dari viktor....
2022-06-07
0