Pukul 20.45
Aku keluar dari kamarku dan segera menuju ke dapur, mencoba memasak sesuatu agar aku bisa dianggap sebagai orang yang berguna dirumah ini yaitu menjadi pembantu dirumah ini.
Aku mulai kesana kemari mencari persediaan makanan dan bahan-bahan yang bisa aku masak.
Aku membuka lemari tempat penyimpanan makanan dan kulkas tapi hasilnya nihil, tidak ku temukan satupun bahan disini semuanya kosong.
“Apa yang sedang kamu lakukan Meijima-san? ” ucap Ryuusei-kun yang sudah ada di dapur.
“Aku hanya ingin memasak tapi bahan-bahannya tidak ada” ucapku.
“Masak? ” ucap Ryuusei-kun.
“Ahahaha, semenjak aku tinggal disini aku tidak pernah masak sekalipun kami hanya membeli online atau membeli secara instan di supermarket” ucap Tsuki-san yang sudah ada disini.
“Jadi dapur dan semua alat masak disini hanya sebagai pajangan ya” ucapku nyeletuk.
“Walau tidak pernah digunakan, setidaknya tempatnya selalu ku bersihkan, jadi jangan pernah meremehkan aku” ucap Tsuki-san tidak terima.
“Aku juga tidak pernah memasak dan tidak tau dimana menemukan bahan-bahan yang kamu sebut tadi” ucap Ryuusei-kun polos.
“Te-tenang saja, aku tau dimana membelinya. Aku harus ke supermarket sekarang” ucapku.
“Kenapa repot-repot, kan semua itu serba instan tinggal pake lofood aja” ucap Tsuki-san yang tidak mau ribet.
“Tidak boleh, lebih enak jika kita masak sendiri selain asyik juga dibuat penuh cinta dan rasanya tidak jauh enak dengan masakan sendiri” ucapku.
Kemudian kedua orang itu terpana mendengarkan aku berbicara seperti itu.
“Betul juga, Ryuusei-kun cepat antar dia ke supermarket! ” ucap Tsuki-san menyuruh nya.
“Eh? Ke-kenapa aku? Supermarket aja aku tidak tau itu apaan” ucap Ryuusei-kun panik.
“Biar aku sendiri aja, aku tau kok saat aku pergi ke bukit sini aku sempat melewati supermarket” ucapku.
“Izinkan aku menemanimu Meijima-san” ucap Ryuusei-kun.
“Tidak apa-apa Korime-san aku tau kok” ucapku.
“Sepertinya aneh jika kamu menanggil dengan nama keluarga, panggil saja aku Ryuusei” ucap Ryuusei-kun.
“Ehh anu Ryuusei-kun” ucapku.
Wajah Ryuusei-kun pun memerah.
“Iya itu tidak buruk juga” dia pun memalingkan wajahnya.
Lalu aku dan Ryuusei-kun pergi ke supermarket.
“Hati-hati dijalan” ucap Tsuki-san.
Kami berjalan malam-malam di tengah hutan, suasana sangat canggung hanya ada suara jangkrik.
Aku juga merasakan sesuatu dari Ryuusei-kun yaitu jantungnya berdegup kencang.
Seharusnya aku tidak boleh mendengar kan isi hatinya disaat seperti ini.
“Meijima-san” ucap Ryuusei-kun yang memecahkan keheningan.
“Ahh i-iya! ” ucapku kaget.
“Saat Tsuki-san bilang akan ada seseorang yang akan tinggal di rumahnya aku merasa takut” ucapnya.
“Apa yang membuatmu takut? ” ucapku penasaran.
“Aku takut orang itu monster sama seperti aku, aku hanya ingin berteman dengan manusia biasa dan ingin mengetahui lebih dalam” ucapnya dengan suara lembut itu lagi.
Mataku pun menjadi cerah karena cahaya dari bulan.
“Aku bukan manusia normal juga kok” ucapku tersenyum.
“Tidak masalah aku bisa merasakan bahwa kamu orang baik yang bisa berteman erat denganku” ucapnya dengan bahasa kaku.
“Hehehe, ku harap begitu juga” ucapku malu-malu.
Ryuusei-kun adalah orang pertama yang bisa membuat ku terus-terusan blushing, selain wajahnya yang tampan dia juga sangat peduli.
Dengan rambut silver yang sama seperti Tsuki-san, tubuh yang tinggi kira-kira 175cm dengan kulit putih.
Dia bukanlah monster seperti dugaannya tapi dia seperti manusia di negeri dongeng.
Sepertinya ada beberapa kejanggalan yang terjadi pada keluarga Korime dan aku harus mengetahui nya.
Kami pun sampai di supermarket.
“Woww, bersinarnya” ucap Ryuusei-kun kaget. “Jadi ini yang dinamakan supermarket itu, Tsuki-san selalu menyuruhku untuk keluar dari rumah tapi aku tidak mau karena menakutkan ternyata ini sangat indah” ucapnya dengan polos.
Aku pun tersenyum
“Ayo kita masuk” ucapku.
Lalu kami masuk.
“Banyak sekali makanan disini” ucapnya terpana.
“Kamu mau membeli apa Meijima-san? ” ucapnya.
“Sebaiknya kita keliling dulu untuk meliha-lihat” ucapku.
Kami berkeliling mencari barang yang akan kami beli.
Sebetulnya aku sedang asik dengan duniaku sendiri karena bingung mau membeli apa hingga tidak sadar bahwa Ryuusei-kun yang polos tidak ada dipandanganku.
“Astaga! dimana Ryuusei-kun” ucapku panik.
Ternyata dia masih ada dibelakangku, aku pun lega tapi sepertinya dia melihat sesuatu yang membuat dia marah.
Aku bisa liat dia mengeluarkan air liurnya dan matanya menjadi merah.
Aura ini seperti aura kemarahan.
Hunter.... Hunter....
Aku bisa mendengarkan suara hatinya yaitu mengatakan hunter, aku tidak mengerti yang pasti aku harus membawa dia keluar sebelum terjadi apa-apa
Dengan sigap aku segera menghampiri Ryuusei-kun dan segera keluar dari supermarket itu.
“Kamu tidak apa-apa Ryuusei-kun? ” ucapku yang memeluknya.
Ryuusei-kun masih membatu dan meraung.
Jadi seperti ini wujud iblis, aku tidak boleh takut, jika aku takut Ryuusei-kun akan membenciku.
Lalu dia mulai sadar diri.
“Eh? Meijima-san, maafkan aku, aku memang pengacau” ucap Ryuusei-kun.
“Tidak masalah, aku ada disini untuk membantumu, sebenarnya ada apa? ” ucapku.
“Di majalah itu ada hunter, aku benci mereka” ucapnya.
“Aku ingin pulang tidak mau disini” ucapnya lagi.
“Baiklah kita harus pergi” ucapku.
“Tapi sebaiknya beli dulu bahan-bahannya” ucap Ryuusei-kun yang berubah pikiran.
“Betul juga ya, kamu tunggu disini sebentar” Ucapku langsung segera membeli bahan dengan cepat.
Aku pun selesai dan segera pulang menuju rumah.
Sepertinya Ryuusei-kun emosinya sudah mulai stabil.
“Ryuusei-kun malam ini aku akan membuat masakan enak untukmu agar ceria lagi” ucapku.
“Memangnya aku anak kecil apa, aku jadi tidak sabar ingin makan masakan buatanmu” ucapnya sambil melihat keatas langit.
Senang mendengar Ryuusei-kun berbicara seperti itu.
Kami pun segera menuju ke rumah, dan melupakan kejadian tadi yang seharusnya tidak boleh terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments