Ayeuna menggeliat dan membuka matanya. Ia tersenyum melihat Prasetya yang masih tertidur pulas. Wajah anak itu sangat imut dan tampan.
Ayeuna menempelkan punggung tangannya pada kening Prasetya. Panas tubuh anak itu telah menurun. Mungkin obat penurun panas yang sebelumnya telah diminum itu telah bekerja.
Pelan-pelan ia menarik tangannya yang menjadi bantal anak itu. Kakinya juga ia turunkan pelan-pelan agar Prasetya tak terbangun.
Kreettt
"Non, Ayeuna!"sapa pengasuh pribadi Prasetya. ia masuk bersama seorang pria bertubuh gemuk yang menggunakan jas putih khas dokter.
"Permisi, non. Ini dokter Jhon dia adalah dokter keluarga yang akan memeriksa tuan muda Prasetya
"Pengasuh yang akrab disapa Tati yang terkenal itu kepada Ayeuna.
Ayeuna menerima uluran tangan dokter itu. dalam hatinya mengumpat pada dokter tersebut. Sudah hampir dua jam dirinya tertidur bersama Prasetya. Untung saja demamnya turun. Jika tidak, Ayeuna tak bisa membayangkan Prasetya harus menderita dengan demam dan tubuhnya yang menggigil hebat. Bahkan kemungkinan buruknya adalah step. Untung saja Prasetya anak yang kuat. Ia mampu bertahan dalam suhu panas lebih dari 41 derajat Celcius
"Dokter John."
"Ayeuna!'
"Saya mohon maaf karena terlambat. Ada sedikit masalah di jalan,"ujarnya seakan tahu apa yang membuat mimik wajah Ayeuna yang datar tanpa senyuman.
"Iya,tak apa ,dok. Silakan periksa Prasetya."sahut Ayeuna.
Dokter tersebut membuka tas miliknya dan meraih beberapa perlengkapan medis. Dengan teliti, iya memeriksa tubuh Prasetya. Setelah selesai, iya mencatat sesuatu pada buku miliknya.
"Kemungkinan tuan muda Prasetya terkena gejala DBD. Ada bintik-bintik merah pada tubuhnya. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, harap segera membawa tuan muda ke rumah sakit. saya berikan resep obat terlebih dahulu.
Dokter tersebut menyobek kertas di buku tersebut Lalu memberikannya pada Ayeuna.
Wanita itu menerima resep obat dari dokter itu. ia menatap sendu pada anak tampan yang sedang sakit. Bagaimana bisa Ia pergi kita Prasetya sakit seperti ini?
Setelah beberapa menit berkonsultasi dan sang dokter memberikan tips merawat anak dengan gejala tersebut, akhirnya dokter itu pun pamit untuk pulang.
"Tati. kau jaga Prasetya dulu ya!"aku akan menebus obat di apotik. Nanti kau katakan saja pada Tuan Damian kalau Prasetya harus dibawa ke rumah sakit jika keadaannya tak membaik."ujar Ayeuna yang dibalas anggukan mantap oleh pengasuh tersebut.
"Baik, non."
Ayeuna menarik kopernya yang masih teronggok di dekat meja belajar. Ia keluar dari kamar Prasetya sambil menarik koper tersebut dengan langkah gontai. Saat ini dia tengah dilema. Bagaimana tidak? ia benar benar ingin pergi dan menjauh dari pria kejam seperti Damian. Tapi ia terlanjur menyayangi Prasetya. Tak Mungkin ia meninggalkan Prasetya saat anak itu sedang sakit.
Ayeuna pun masuk kedalam kamarnya untuk menyimpan kembali kopernya. Untuk saat ini, Ia menyingkirkan dulu egonya. Kesehatan Prasetya adalah hal yang terpenting.
Ayuna yang sudah masuk kamar miliknya itu tak melihat Jika ada yang pernah ditanya. Damian, pria itu menarik sudut bibirnya saat melihat Ayeuna Yang sepertinya mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Mau ke mana kamu?"tanya Damien Perez saat Ayunan melewati ruang keluarga dan berjalan menuju pintu utama.
Ayeuna menoleh. Ia memutar bola matanya malas melihat sosok pria itu.
"Aku mau ke apotek. mau menebus obat untuk Prasetya!'sahutnya dengan datar.
"Aku antar ntar!"
Damian yang sudah rapi dengan setelan kantor nya itu bangkit dan berjalan mendahului Ayeuna yang masih bergeming karena ajakan yang terdengar memaksa itu.
"Aku bisa sendiri, Tuan Damian. lagipula kau pasti telat ke kantor!"Ayeuna seraya mengejar Damian yang berjalan cepat di depannya.
Damian tak menggubris. Ia membuka pintu mobil untuknya dan menoleh pada Ayeuna yang masih berdiri di luar pintu mobil.
"Masuk!"titahnya dengan dingin.
Ayeuna yang pagi ini tak ingin berdebat apalagi mendapatkan hukuman bagi dari pria itu akhirnya menurut. Dengan kesal, iya masuk ke dalam mobil dan terus mengumpat dengan pelan.
"Dasar pemaksa!"
"Apa kau bilang?"samar Damian mendengar ayeuna mengejeknya.
'Ah.....Ti.......tidak,Tuan,"
Ayeuna langsung menutup mulutnya. Tak ingin jika salah bicara dan membuat Damian murka.
Sampai di apotik, Ayeuna langsung keluar dan bergegas membeli obat untuk Prasetya. Setelah selesai, ia Kembali menuju mobil yang terparkir di parkiran apotek tersebut.
Ayeuna mengerutkan keningnya saat menyadari mobil milik pria itu kosong. Ia nampak celingukan mencari sosok Damian yang ada di dalam mobilnya.
"Kemana pria itu? Kenapa cuman ada mobilnya saja?"Ayeuna melipat kedua tangannya dan menyandarkan tubuhnya di depan pintu mobil.
Terik mentari membuat Ayeuna lelah. Rasa haus juga menderanya. Beberapa kali wanita itu mengusap bulir keringat menggunakan punggung tangannya.
"Minumlah!"
Ayeuna terkejut. Damian tiba-tiba datang sambil mengeluarkan minuman dingin yang begitu menggiurkan.
"Cepat ambil!"titahnya saat Ayeuna masih melongok menatapnya.
Dengan ragu, Ayeuna meraih air mineral dingin tersebut. Ia segera menegak nya dan rasanya sungguh nikmat meski hanya sekedar air putih. Tenggorokannya yang kering terasa basah dan dingin oleh minuman tersebut.
"Makanlah!"Damian kembali memberikan Satu bungkus roti isi coklat pada Ayeuna.
I.....ini..?"
"Ini roti. dasar guru bodoh. Begini saja tak tahu! Ayo masuk dan cepat makanlah
Damian yang memberikan roti di tangannya pada ayeuna yang masih mematung. Wanita itu masih tak percaya dengan sikap dan yang barusan. Meski terlihat ketus, tapi Ayeuna merasa bahwa pria itu perhatian padanya.
Ttiiiiiin.
suara klakson membuat Ayeuna terperanjat. Ia bergegas masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang bingung. Sikap Damian yang perhatian namun dingin dan ketus itu sungguh membingungkan.
Damian menarik tuas gas dan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ayeuna yang merasa sangat lapar karena belum sarapan, akhirnya membuka bungkus roti itu lalu melahapnya perlahan. Sesekali Damian melirik wanita itu. Senyum tipis tersingkat. bahkan ayeuna sama sekali tak melihatnya.
Perutnya kini sudah terisi dan Ayunan merasa segar kembali. Ia melirik pada Damian yang tengah fokus dengan mengemudikan mobilnya.
"Terima kasih ya!"Ayeuna malu-malu
"Untuk?"tanya Damian singkat.
"Untuk air dan rotinya. Aku memang belum makan apapun dari pagi. Terima kasih sudah perhatian,"ujar Ayeuna. rasa kesalnya pada Damian sedikit terobati jika pria itu bisa bersikap baik padanya.
Damian yang memiliki gengsi tinggi itu hanya tersenyum kecut mendengar penuturan dari Ayeuna. Meski mereka sebenarnya perhatian Itu tulus Ia berikan karena ayeuna telah merawat anaknya dengan baik, tapi Demian tak ingin jika Ayeuna besar kepala karenanya.
"Jangan geer. Aku tak peduli padamu. Aku tadi ke ini market untuk beli makanan kucing dan tak ada kembaliannya. Jadi aku belikan itu agar uangnya pas. Aku tidak bisa memakan makanan murahan seperti itu. Jadi aku kira itu cocok untukmu!"
Penuturan bernada hinaan tersebut membuat Ayeuna membulatkan matanya. Ia yang tadi nganterin nya dengan perhatian yang demikian berikan, kini menjadi sangat kesal dan marah.
"Jadi pria itu tak benar-benar membelikan makanan untukku? dasar pria kejam, pelit, Tak peka!" Ayeuna terus mengumpat dalam hati. Ia merutuki dirinya sendiri yang telah menilai Damian baik padanya. Pria yang memiliki sikap dingin dan kaku bak kanebo kering itu memang menyebalkan.
"lihat saja, jika Prasetya sudah sembuh, Aku akan benar-benar pergi dari pria menyebalkan ini."
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Mmh Rilfa
demianh kegedean gengsi...ngaku z c klo suka...😅😅
2022-07-15
0
Jupilin Kaitang
jangan dulu perasan baru itu perbuatannya kamu sudah terbuai dasar perempuan lupa diri, kesian sekali kamu hanya sisa makanan kucing yang diberi.lelaki sepertiini tidakakanada maaf lagi
2022-05-17
0
Zulfan Zulfan
kabur ayenaa
2022-05-10
0