Tangan Wahyu tiba tiba mengelus pipi sebelah kanan, lalu menyentuh bibir Lina secara lembut. Wahyu langsung mencium bibir merah Lina.
Mata Lina pun langsung melotot. Rasanya campur aduk, setelah mendapat serangan ciuman mendadak. Ini memang bukan yang pertama kali buat mereka. Tapi buat Lina tetap bikin jantungan. Lina segera melepaskan pangutan bibir Wahyu, langsung menyadarkan dirinya.
“Lin......saya rindu kamu,“ ujar Wahyu seraya mengelus bibir Lina yang terlihat basah.
“Tapi saya tidak rindu," balas Lina pelan, menundukkan kepalanya.
“Pak Wahyu....!”
“Bisa tidak kamu kembali panggil saya Mas bukan Pak, seperti dulu,” pinta Wahyu.
“Itu dulu bukan sekarang,” jawab Lina ketus.
Wahyu mulai melajukan mobil menuju rumah Lina tanpa bertanya.
“Sebenarnya ada keperluan apalagi Pak Wahyu, bukannya kita berdua tidak ada urusan lagi!”
“Kenapa kamu semakin menjauhi saya, Lin. Apa salah saya?"
“Pak.....”
“Panggil Mas.......Lin!!"
“Ok Mas, saya menjauh karena tidak mau mengganggu rumah tangga mas. Ingat istri sama anak di rumah mas. Saya tidak mau jadi pelakor."
“Jangan jangan kamu sudah ada pengganti saya ya!”
“Ya kalau memang saya punya hubungan dengan yang lain, itu juga bukan urusan mas Wahyu."
“Saya cinta sama kamu Lina!!“ nada tinggi sudah mulai keluar dari bibir Wahyu.
“Saya ingin kamu jadi Istri saya,” tegasnya.
“Oooooh jangan mimpi mas, saya nggak mau jadi istri kedua. Jadi istri pertama aja belum pernah, masa tiba-tiba jadi yang kedua!"
Di genggamnya kembali tangan kanan Lina dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanan Wahyu tetap menyetir. Lina pun mencoba melepaskan genggaman tangan tersebut.
“Jangan dilepas Lina, biarkan tangannya seperti ini,” pinta Wahyu semakin di rekatnya genggaman tangannya.
“Lin.....maukan tunggu saya, biar saya mengurus masalah keluarga dulu. Saya akan segera melamarmu."
“Please Mas Wahyu stop, jangan janji apa pun. Jalanin saja kehidupan Mas yang sekarang, hidup bahagialah bersama keluarga Mas Wahyu disana!” ujar Lina yang tanpa terasa mulai mengeluarkan air mata. Sedikit ada rasa sesak yang ingin dikeluarkan......akhirnya tangisan pun mulai keluar.
Wahyu meminggirkan mobil ke tepi jalan dan mematikan mesinnya. Langsung membuka seatbealnya dan seatbeal Lina. Wahyu pun langsung memeluk Lina yang mulai menangis, semakin dipeluk semakin tangisannya kencang. Dengan lembut Wahyu mengelus punggung Lina, setitik air mata pun keluar dari mata Wahyu.
Pelukan ini yang selalu ia rindukan, belaian ini yang selalu ia rindukan. Tubuh kekar Wahyu terasa hangat di tubuh mungilnya Lina. Wahyu adalah pria yang pernah membuat dia merasa di cintai sepenuh hati. Tapi semua hanya mimpi untuk dimiliki.
Lina sudah tidak mampu berkata lagi, mungkin dengan tangisan ini sudah seperti gambaran isi hatinya.
Setelah agak reda tangisan Lina, Wahyu melepaskan pelukannya. Dipandang wajah Lina yang sudah memerah, dihapusnya air mata dengan jarinya, dikecupnya satu persatu mata Lina, kemudian pipi dan terakhir keningnya.
“Kita lanjut pulang ya,“ ajak Wahyu.
Lina hanya menganggukkan kepalanya.
Perjalanan pun dilalui dengan hening, Wahyu tidak kembali bertanya dan Lina pun sudah mulai tenang.
.
.
Kediaman Mansion Nugraha
“Baru pulang Dre?” tanya Pak Nugraha yang masih menonton tv di ruang keluarga.
“Iya Pah tadi habis makan malam bersama dengan kepala cabang,” jawab Andre sambil ikutan duduk dengan papa Nugraha.
“Istri kamu papa lihat tidak ada di rumah?”
“Sita lagi liburan sama teman temannya ke Singapura Pah."
“Kasihan Noah sering ditinggal sama mama nya, dan jarang diperhatikannya. Kamu juga jarang perhatian dengan anakmu," ujar papa Nugraha.
“Lagi pula ada baby sister yang menjaga Noah," Bela Andre atas rasa kecewa papa nya.
“Ya terserah kamu saja, jangan menyesal saja nantinya. Trus kamu sudah bahas tentang keuangan perusahaan dengan Lina?"
“Rencana besok akan membahasnya dengan Lina. Pah.....Andre ke kamar, mau istirahat.”
“Ya.....”
Andre lebih banyak menghindar jika Papa nya sudah mulai membahas tentang Sita, selama ini ke dua orang tuanya tidak terlalu suka dengan Sita tapi tetap menerima menjadi menantu mereka.
**
Mata Lina terlihat bengkak pagi ini, semalaman menangis mengingat kejadian dia dengan Wahyu.
“Walau jarak kita jauh, saya mencintaimu Lin. Jaga kesehatanmu.....suatu saat kita akan bertemu lagi," pesan Wahyu semalam saat mereka akan berpisah.
Tetesan air mata sudah mulai merembes ke pipi namun ditahan Lina, karena tidak ingin terlihat oleh mama nya saat masuk rumah nanti.
“Mas Wahyu terima kasih telah mencintaiku, terima kasih telah memberi kenangan yang indah walau sesaat. Tapi kita tidak berjodoh."
Wahyu mengusap kedua tangan Lina lalu mengecupnya lama, tampak mata Wahyu mulai berkaca – kaca.
“Sudah sekarang masuk ke rumah, pesanan taxi online saya sudah datang,” pinta Wahyu. Akhirnya mereka berpisah di malam itu, Wahyu mengantar Lina sampai rumahnya dan dia lanjut balik ke hotel tempatnya menginap.
***
Pagi ini Wahyu kembali ke kota S tempat dia bertugas.
Hari ini Lina benar-benar tampak tidak semangat saat masuk ke kantor, mukanya terlihat pucat....wajar karena Lina belum pakai make up, dari rumah hanya pakai pelembab , pakai pensil alis plus bibirnya hanya diolesin lipgloss. Tidak ada gairah untuk dandan hari ini, tapi tetap saja wajah cantiknya kelihatan.
Sesampai di ruang kerjanya, Lina langsung mengganti flatshoes nya dengan stiletto hitamnya.
“Mas Udin.....!” panggil Lina saat salah satu office boy lewat ruangannya.
“Ya mbak Lina,“ Udin masuk ke ruangan.
“Mas bikinin saya minuman coklat hangat ya,” pinta Lina sambil menyodorkan serbuk coklat sachetnya.
“Baik mbak, sekalian mau kue nya nggak?” tawar Udin, karena biasanya Lina suka minta dipesenin kue basah.
“Boleh deh mas Udin , makasih banyak ya.“
Lina kembali ke meja kerjanya, langsung menyalakan laptopnya. Mengecek beberapa email yang masuk, serta berkas yang sudah menumpuk rapi di meja.
“Pagi mami Lina.....” sapa Mitha & Susi yang melihat pintu ruangan Lina terbuka. Mereka langsung masuk dan duduk.
“Mih...abis nangis ya?” tanya Mitha.
Sengaja Mitha dan Susi menghampiri ke ruangan Lina, karena mereka kepikiran Lina saat ketemu Wahyu kemaren. Dua sohib Lina yang sangat pengertian, walau secara usia mereka lebih tua daripada Lina. Tapi mereka cocok jadi sahabat.
“Aah jadi sedih lagi kan,” hati Lina berkata. Bulir air mata pun mengalir lagi......tes...tes...tes.
“Tuuuhkan gue jadi pengen nangis lagi kan,”ujar Lina sambil berdiri untuk menghampir Mitha dan Susi.
Refleks Lina langsung memeluk Mitha
“Gue jadi pengen nangis lagi........hiks....hiks....hiks,” ujar Lina.
Susi langsung menutup ruangan Lina, dan merapatkan tirai kaca ruangannya biar teman-teman yang lain diluar tidak melihat keadaan di ruangan.
Semakin kencang tangisan Lina di pelukan Mitha, Susi hanya bisa mengelus punggung Lina biar sedikit reda tangisannya.
.
.
Salam kenal Author Newbie 😘
Mohon Likenya yaaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Threezia Purnama Dewi
emang sulit yaa kalo udah ada perasaan sama suami orang, dicintai bikin sakit hati, tapi tidak mungkin bisa dimiliki. dilupakan juga bikin sakit hati
2024-11-15
1
Sleepyhead
Kamu mengatakan hal yang sama ketika kamu Alan Meminang istrimu..
2024-12-13
0
KMFDL
hadehhh,gatel
2024-02-28
1