Jeritan Hati Hanna

Reza membulatkan matanya di kala merasakan nasi goreng buatan Hanna, pria tampan itu tak menyangka Hanna bisa pandai membuat nasi goreng yang enak. Namun, pria itu tak memuji karena merasa tinggi egonya.

“Enak?” tanya Hanna yang melihap Reza terlihat sangat lahap menyantap nasi goreng buatannya.

“Lumayan,” jawab Reza santai dengan raut wajah yang di buat biasa-biasa saja.

“Baiklah, kalau gitu aku naik ke atsa dulu. Mau tidur karena capek habis jalan-jalan seharian!” Hanna menguap, Wanita itu membusungkan dadanya lalu meregangkan otot-otot nya yang terasa pegal.

Uhuk .. uhuk ..

Reza tersedak di kala melihat dada Hanna yang di busungkan, sungguh sangat menggoda imannya. Pria itu mengumpat kesal dalam hati karena merasa Hanna sedang bermain tarik ulur dengannya.

“Minum, Mas.” Hanna memberikan minuman pada Reza. Wanita itu merasa khawatir karena melihat wajah Reza yang tamak memerah karena tersedak. Dia masih tak mengetahui jika Reza tersedak karena melihat body seksi nya.

“Jangan pakai lagi baju kurang bahan itu, Hanna!” tegas Reza di kala sudah merasa kesabarannya benar-benar di uji.

Mungkin malam ini dia bisa menahan gairah nya, namun, tak menjamin malam di masa depan dia bisa menahan diri untuk tak menerkam Hanna.

“Kenapa memang nya, Mas? Aku suka memakai lingerie ini karena nyaman dan membuat pori-pori ku bisa bernafas setelah seharian penuh aku menutup nya dengan pakaian besar. Lagi pula ini di rumah tidak ada yang melihat ku selain kamu!”

Hanna tak terima, Wanita itu menjawab dengan nada sarkas membuat Reza menggepalkan tangannya erat.

“Patuhi perintah aku, Hanna!” tegas Reza dengan nada suara tinggi. Pria tampan itu tak ingin di bantah sama sekali.

“Kenapa aku harus mematuhi perintah kamu?”

Bukannya menjawab Hanna malah bertanya balik dengan suara yang tak kalah tinggi. Wanita itu berdiri menatap tajam Reza.

“Karena aku suami kamu!” balas Reza tak kalah sarkas ikut berdiri menatap nyalang Hanna seolah ingin menguliti Wanita itu hidup-hidup.

“Suami mana yang tega menggunjing kan istrinya pada temannya! Seorang suami itu adalah imam bagi istri. Membimbing istri dari salah ke jalan yang benar, bila ada satu perilaku ku yang membuat kamu tidak suka seharusnya kamu mengatakannya padaku, agar aku bisa memperbaikinya!”

“Bukan malah kamu umbar kekurangan ku pada teman mu. Itu sama saja kamu menelanjangi ku di depan umum karena kamu telah membuka aib ku, Mas!” teriak Hanna meluapkan semua rasa sesak yang telah ia tahan selama ini. Wanita itu menjatuhkan air matanya untuk pertama kali di depan Reza.

Dada Hanna naik turun, wajahnya memerah hingga ke leher jenjangnya. Bahkan, saat berkata tadi urat-urat lehernya keluar menandakan Wanita itu benar-benar sedang murka.

Kemarahan Reza yang tadi sampai ubun-ubun karena Hanna berani meninggikan suaranya pun hilang tak berbekas setelah mendengar jeritan hati seorang Hanna.

Entah mengapa lidahnya terasa kelu, bahkan tubuhnya seolah tak bertulang. Dia hanya menatap lekat wajah sembab Hanna.

“Bahkan, kamu tidak meminta maaf pada ku setelah kamu tahu kalau aku tahu kamu menggunjingku di luar sana!” ujar Hanna dengan nada lirih menatap Reza dengan tatapan penuh luka.

Hanna merasa Lelah selama tiga hari memendam rasa sesak di hatinya. Mungkin bila dia tak mendengar kata-kata pedas yang keluar dari bibir Reza pastilah Hanna tidak akan meluapkan amarahnya seperti saat ini.

“Sampai detik ini aku bertahan di sisi kamu karena ada cinta di hati aku untuk kamu, Mas. Tapi, aku juga tidak tahu sampai kapan cinta itu ada di hati aku.”

Hanna berbalik melangkah gontai menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang menatap nanar langit-langit kamarnya.

“Ya Allah … apa sesakit ini rasanya mencintai orang yang tidak mencintai hamba? Mohon lukiskan nama hamba di hatinya!” Hanna menutup matanya di iringi air mata mengalir dari sudut matanya.