Setelah melakukan pertemuan dengan perusahaan Gentana, Landa menjabat tangan Rafaza disaksikan langsung oleh sekretaris Ciko.
"Terima kasih atas kerjasamanya, semoga kita berhasil mewujudkan keberhasilan." Ucap Rafaza saat menjabat tangan milik Landa, penerus keluarga Ningrat.
"Sama-sama, semoga kita berhasil." Jawab Landa dengan senyum manisnya.
"Oh ya, boleh gak kalau kita makan siang bersama? anggap saja bernostalgia di jamannya dulu." Tawar Rafaza sambil melirik ke arah Ciko, berharap ada izin dari sekretarisnya Landa, pikir seorang Rafa.
"Maaf, Nona Landa sedang tidak diizinkan untuk keluar dari kantor ini. Jika ingin makan siang bersama, bisa di kantor ini." Timpal sekretaris Ciko ikut bicara.
'Si_al! sepertinya ini sekretaris memang sudah diperintahkan oleh Tuan Herdi, sampai-sampai aku tidak bisa mengajaknya makan siang di luar.' Umpat Rafaza penuh kesal saat harus tertolak oleh sekretaris Ciko, pikirnya.
Landa yang mendengar ucapan dari sekretarisnya itu, terasa mu_ak dan ingin sekali membentak dan memarahinya habis-habisan.
"Oh, baiklah. Maaf, karena saya sudah lancang. Kalau begitu, saya akan makan siang di kantor ini. Kebetulan saya sudah lama tidak pernah bertemu dengan temanku yang satu ini, juga sudah lama tidak pernah mengobrol. Bagaimana Landa? ada waktu kan, untuk saya? cuma jadwal makan siang saja." Jawab Rafaza dan mengajak Landa untuk menerima ajakannya.
Landa yang kebetulan lagi tidak ingin harus berduaan bersama sekretaris Ciko, akhirnya mengambil kesempatan emas.
"Tentu saja, bukankah kita sudah lama tidak pernah bertemu dan mengobrol? jadi, apa salahnya jika lewatkan jam istirahat ini untuk kita berdua." Ucap Landa bersemangat.
"Kata siapa berdua, tetapi bertiga sesuai perintah dari Tuan Herdi, Nona." Sahut Ciko yang langsung menjawab.
Landa yang terasa dongkol saat sekretarisnya itu menyahut dan ikutan berkomentar.
Geram, kesal, dongkol, ingin rasanya marah, tetapi tidak bisa untuk dilakukan oleh Saylanda karena sebuah ancaman dari ayahnya.
"Ya, ya, ya! puas." Jawab Landa sambil membentak sekretarisnya Ciko, lelaki yang tinggal menunggu beberapa hari lagi akan menjadi suaminya.
"Silakan jika Tuan Rafa dan Nona ingin makan siang bersama, saya akan siapkan tempat dan waktunya." Ucap sekretaris Ciko dengan tegas, yakni sesuai perintah dari Tuan Herdi untuk bersikap tegas kepada putrinya.
Bahkan, Tuan Herdi sudah pasrahkan semuanya kepada sekretaris Ciko mengenai putrinya.
Karena tidak mau berurusan dan berdebat dengan sekretaris Ciko, Landa mengajak Rafaza untuk pergi ke ruang makan khusus untuk rekan kerja atau pertemuan dengan orang terdekat.
Sekretaris Ciko yang sudah menyiapkan ruangan khusus, tak lepas untuk tetap siaga berada di dekat Bosnya.
Landa maupun Rafaza yang merasa risih dengan adanya sekretaris Ciko, ingin sekali mengusirnya. Namun, niatnya pun tidak dapat untuk dilakukan, lantaran dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.
Ciko yang ditugaskan sebagai bodyguard sekaligus sekretaris putrinya Tuan Herdi, dengan siaga untuk bertanggung jawab atas tugasnya yang diemban.
Landa yang merasa diawasi, sama sekali dirinya tidak mampu untuk berkutik sedikitpun. Bahkan, Rafaza yang hendak bertukar nomor ponsel saja begitu sulit untuk ia lakukan.
'Si_al! lelaki ini memang membuatku kesal, siapa sebenarnya sekretarisnya ini. Sampai-sampai berkuasa atas segalanya. Kalau begini, bisa-bisa aku tidak bisa mendekati Landa.' Batin Rafaza penuh kesal, juga merasa geram.
Tidak ada yang bisa membantah dari sekretaris Ciko, Landa maupun Rafaza hanya bisa nurut.
"Karena sudah waktunya untuk pulang, aku pamit. Kalau kamu berkenan, hubungi alamat mailku, rafaza_anggar30@gamil.com." Ucap Rafaza dengan berani, kemudian segera pergi dari kantor miliknya Tuan Herdi.
"Ya, aku sudah ingat." Jawab Saylanda dengan senyum yang merekah.
Setelah pamit pergi, Landa menoleh pada sekretarisnya.
"Baru saja kemarin kau menjadi sekretarisku, tapi kau sudah sok kuasa atas segalanya tentangku. Kau dibayar berapa oleh ayahku, begitu rendahnya dirimu melakukan tugasmu yang diimingi dengan sebuah pernikahan. Maaf, aku tidak akan pernah jatuh cinta denganmu." Ucap Landa dengan suara bentakan, tak peduli siapa yang ia marahi.
Ciko yang serasa harga dirinya seperti mendapatkan hinaan dari Bosnya, didalam dadanya mendadak terasa begitu panas, juga napasnya yang memburu.
Ingin membentak balik dan menunjukkan amarahnya, Ciko masih mencoba untuk menahannya. Sakit hati ketika mendapatkan hinaan, tetap berusaha untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan emosinya, meski sebenarnya ingin marah.
Sekretaris Ciko yang tidak ingin emosinya meluap, langsung meninggalkan Bosnya yang masih menggerutu dengan segala tuduhan dan hinaan padanya.
"Sebenarnya Papa itu sudah diapain sih sama itu sekretaris Ciko, sampai-sampai mau menjadikannya suamiku. Oh! benar-benar ini tidak adil. Menikah tanpa rasa cinta itu sangat menyakitkan." Gumamnya sambil menggerutu kesal, lantaran mendapat paksaan atas pernikahan yang jauh dari bayangannya.
Tersadar jika masih berada di ruang untuk makan bersama rekan kerja, Landa bergegas untuk kembali ke ruangan kerjanya.
Saat sudah berada di ruang kerjanya, Landa melanjutkan pekerjaannya belum terselesaikan.
Sambil melanjutkan pekerjaannya, tiba-tiba teringat dengan alamat mail miliknya Rafaza. Saat itu juga, Landa mencoba untuk mengirimkan sebuah pesan padanya, tentu saja untuk memastikannya.
Sedangkan sekretaris Ciko, kedua matanya tidak lepas melakukan pengawasan lewat CCTV yang tertuju pada diri Bosnya itu, tentu saja untuk mengetahui apa saja yang dilakukan Bosnya.
'Benar-benar terbalik, siapa Bosnya, siapa juga karyawannya. Baru kali ini yang namanya sekretaris mengawasi Bosnya, sungguh sangat tidak bijak.' Batin sekretaris Ciko membicarakan dirinya sendiri.
Landa yang mencoba untuk mengirimkan sebuah pesan singkat pada Rafaza, rupanya belum juga mendapatkan balasan.
Karena tidak kunjung mendapat balasan dari Rafaza, akhirnya kembali melanjutkan pekerjaannya.
Cukup lama keduanya berkutat di layar komputernya, tidak terasa juga sudah waktunya untuk pulang.
Rasa kesal dan penat yang sudah menyatu menjadi satu, Landa segera membereskan meja kerjanya. Setelah itu, ia bangkit dari tempat duduknya.
Betapa kesalnya dia, ternyata sekretaris Ciko sudah menunggunya di depan pintu. Mau marah, kepalanya sudah terasa penat duluan. Mau tidak mau dan dengan terpaksa keluar dari ruang kerjanya berjalan beriringan dengan sekretaris Ciko selama waktu yang ditentukan.
Bahkan, untuk urusan keluar dari kantor, pun dijaga ketat oleh ayahnya sendiri.
Saat dalam perjalanan mau pulang, Landa memutuskan untuk mampir ke rumah temannya, yakni sahabat dekatnya.
"Stop!"
"Ada apa, Nona?" tanya sekretaris Ciko yang baru saja mengerem mendadak.
"Putar balik, aku belum ingin pulang. Terserah kamu mau ikutin aku sampai ke ujung jalan ini juga terserah. Aku ingin main ke rumah temanku, Wela namanya. Soal alamat, nanti aku kasih arah jalannya." Jawab Landa tanpa menoleh pada sekretaris Ciko, ia memandang lurus ke depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
azizan zizan
biarin aja itu perempuan buat sesuka ya..biar ia d permainkan oleh banyak buaya yg inginkan harta papanya biar bangkit baru Sadar diri selama ini ia d manfaatkan..setu lg ciko behenti aja dari kerajaan d situ nyaris kerajaan d tempat lain..biar landa nyesal udah buang sesuatu yg berharga..gitu..
2023-11-14
0