Ciko mencoba untuk menahan diri, agar emosinya tidak meluap.
"Awas saja, kalau kamu hanya memanfaatkan keluargaku. Aku gak segan-segan menghancurkan hidupmu, ingat itu." Ucap Landa yang seolah memberi peringatan keras kepada sekretaris Ciko.
Ciko yang mendengarnya, pun langsung bangkit dari posisi duduknya.
Keduanya sama-sama saling menatap satu sama lain.
"Tenang saja, saya tidak butuh harta milik keluarga Nona. Bahkan, saya akan meminta sesuatu permintaan kepada orang tuanya Nona, yakni untuk hidup sesuai kemampuan saya." Jawab Ciko dengan tegas, Landa membulatkan kedua matanya dengan sempurna.
'Yang benar saja, aku akan hidup bersama lelaki ini dengan gaya hidupnya. Oh! tidak, Papa tidak akan membuat hidupku sengsara.' Batin Landa dengan penuh kekhawatiran, tentu saja tidak bisa memamerkan kekayaan yang dimiliki oleh orang tuanya.
"Lebih baik Nona fokus dengan pekerjaan Nona, karena hari ini Nona akan ada pertemuan dengan pemimpin perusahaan dari Gentana."
Landa sama sekali tidak menjawab, dan memilih kembali ke tempat kerjanya. Sambil mengoperasikan komputernya, Landa sekilas menoleh pada sekretaris Ciko yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.
"Ada apa, Nona?" tanya Ciko membuyarkan lamunan Landa yang tengah memperhatikan sekretarisnya.
"Dih! sapa yang ada keperluan sama kamu, lanjutin tuh pekerjaan kamu." Jawab Landa dengan ketus, tentu saja untuk menutupinya.
Sekretaris Ciko hanya menggelengkan kepalanya, merasa aneh dengan Bosnya.
Cukup lama keduanya berkutat di layar lebarnya, tidak terasa sudah waktunya untuk melakukan pertemuan dengan pengusaha yang akan melakukan kerja sama dengan perusahaan milik keluarga Ningrat.
Karena tidak ingin membuang-buang waktunya, sekretaris Ciko segera mempersiapkan diri untuk mengantarkan Bosnya ke dalam ruang pertemuan.
"Permisi. Maaf, jika kami sudah membuat Tuan Rafa menunggu."
"Tidak apa-apa, saya memakluminya."
Sekretaris Ciko mengangguk dengan hormat.
"Nona, silakan duduk." Ucap sekretaris Ciko kepada Bosnya, setelah itu disusul oleh Ciko yang ikut duduk menemani Bosnya, sesuai perintah dari Tuan Herdi, calon ayah mertuanya.
"Perkenalkan, saya Saylanda, selaku pengganti ayah saya yang bernama Herdi Ningrat." Ucap Landa memperkenalkan diri terlebih dahulu.
"Saylanda, pernah dengar nama itu. Tapi dimana, entahlah. Mungkin hanya kebetulan saja, nama saya Rafaza Anggar. Saya juga sama seperti anda, penerus dari keluarga Gentana Cahyo." Jawabnya, sedangkan sekretaris Ciko hanya menjadi pendengar setia untuk sementara.
"Anggar? serius nih, kamu beneran Anggar?"
"Ternyata kamu masih ingat aku, padahal tadi aku mengira kalau kamu itu lupa." Kata Anggar dengan senyum yang merekah.
"Maaf, ini bukan waktunya untuk mengobrol sesuatu pribadi, tetapi ini waktunya untuk membicarakan kerja sama." Ucap sekretaris Ciko dengan berani, Landa langsung menoleh padanya.
"Lebih baik kamu itu diam. Nanti kalau sudah selesai, kita juga bakalan melanjutkan obrolan kerja samanya. Jadi, biarkan kami leluasa untuk melakukan pertemuan dengan seseorang yang ada di hadapanku ini. Jangan mentang-mentang kamu itu disuruh untuk mengawasi aku, lalu dengan seenaknya saja kamu mengaturku." Sahut Landa dengan berani.
Tidak disangka, jika sang ayah sudah berdiri diambang pintu sambil melihat serta mendengarkan langsung dengan apa yang diucapkan oleh putrinya terhadap sekretaris Ciko.
"Landa!"
Bagai mendapat sengatan listrik, Landa langsung menoleh ke sumber suara.
"Pa-Papa."
"Ngobrolnya nanti lagi, sekarang selesaikan dulu tugasmu dari Papa. Dan kamu, laksanakan tugas dari ayahmu." Ucap Tuan Herdi dengan tegas.
'Si_al, kalau bukan karena membutuhkan keberhasilan, mana mungkin aku sudi melakukan kerja sama dengan perusahaan lelaki tua ini. Lihatlah, putrimu bakal aku rebut dari Alex.' Batin Rafaza yang ia tahu jika Landa hanya mempunyai hubungan dengan Alex, pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments