"Terimakasih banyak, Nak Ciko. Saya sangat percaya denganmu, karena kamu adalah lelaki yang tepat untuk putri saya. Dalam jangka dekat ini, saya akan mempercepat pernikahan kamu dengan putri saya. Karena apa, takutnya Alex keburu pulang. Jadi, siapkan diri kamu untuk menikahi putri saya." Ucap Tuan Herdi dengan tatapan yang serius.
"Saya nurut saja pada Tuan, apapun itu." Jawab Ciko dengan pasrah, karena ia percaya terhadap calon ayah mertuanya.
Ketika sudah memberi keputusan kepada Tuan Herdi, Ciko diajak untuk keluar. Tentu saja, untuk mengantarkan putrinya ke kantor.
Saat mau mengambil kunci mobil yang letaknya di dekat anak tangga, saat itu juga Landa baru saja turun, dan tepat di anak tangga yang terakhir. Tentu saja, keduanya sempat saling menatap satu sama lain.
"Apakah Nona sudah siap untuk berangkat?" tanya sekretaris Ciko yang baru saja mengambil kunci mobil yang menggantung didalam kotak khusus tempat beberapa kunci mobil.
"Ya." Jawab Landa dengan jutek.
Tuan Herdi yang melihatnya, pun merasa geram dengan sikap putrinya yang beda jauh dengan istrinya.
'Semoga si sekretaris Ciko dapat bersabar beristrikan Landa, hanya Ciko yang mampu merubah sifat buruknya.' Batin Tuan Herdi.
Ciko yang tidak ingin Bosnya datang dengan terlambat, cepat-cepat ia mengejar langkah kaki Bosnya.
"Tuan, permisi. Saya pamit untuk mengantarkan Nona Landa berangkat ke kantor terlebih dahulu."
"Silakan, hati-hati dijalan. Ingat, jangan ngebut. Satu lagi, jaga putriku dengan baik." Jawab Tuan Herdi berpesan.
"Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi." Ucap sekretaris Ciko.
"Tunggu, Landa duduk di depan."
"Pa!"
"Nurut saja dengan Papa, jangan membantah." Ucap Tuan Herdi dengan tegas.
Landa sama sekali tidak bisa menolak, tentu saja tidak ingin terjadi keributan dengan ayahnya. Ditambah lagi sang ayah mempunyai riwayat penyakit jantung, Landa sangat hati-hati ketika hendak berdebat.
Tidak ada pilihan lain, akhirnya nurut dengan perintah ayahnya.
Setelah berpamitan, Ciko dan Landa segera berangkat ke kantor.
Selama perjalanan, keduanya sama diamnya. Bahkan, tidak ada satupun yang menoleh satu sama lain. Ciko yang sibuk dengan setir mobil, sedangkan Landa menatap lurus ke depan.
Sampainya di kantor, semua dibuat heboh dengan Bosnya yang satu mobil dengan sekretarisnya, juga posisi duduknya didepan. Tentu saja membuat kehebohan di dalam kantor saat beberapa karyawan melihat Ciko dan Landa turun dari mobil bersamaan, yakni membuka pintu mobil bagian depan.
"Eh, itu kan sekretaris barunya si Bos. Ganteng juga ya, ternyata. Tapi keknya mereka berdua ada hubungan spesial loh, secara Bos Landa duduk di depan. Biasanya tuh ya, mana mau duduk di depan. Yang ada juga duduknya di belakang." Ucap salah satu karyawan yang tengah membicarakan Bos perempuannya.
"Ya juga ya, tapi serasi kok." Timbal yang satunya saat melihat Bos dan seorang sekretaris berjalan beriringan.
Karena tidak ingin ketahuan saat membicarakan Bosnya, segera kembali ke tempat kerjanya masing-masing.
Saat Ciko dan Bosnya sudah berada di dalam ruang kerjanya, si Landa segera menghampiri sekretarisnya yang baru saja duduk.
"Bolehkah aku tanya sesuatu padamu?" tanya Landa tanpa basa-basi.
"Boleh. Silakan jika Nona ingin bertanya sesuatu kepada saya, mumpung saya lagi belum memulai kerja." Jawab sekretaris Ciko dengan santai.
"Kamu pasti sudah diberi pertanyaan oleh orang tuaku, jawab dengan jujur."
"Pertanyaan, apa itu, Nona?"
"Kamu gak usah pura-pura gak tahu, jawab saja dengan jujur."
"Memangnya soal apa, Nona?"
"Ih! nyebelin banget sih kamunya ini. Tinggal jawab apa susahnya sih."
"Loh, mana saya tahu. Nona juga, kenapa gak mau menjawab pertanyaan dari saya, yang jelas-jelas saya ini tidak tahu maksud dari pertanyaan Nona."
'Lama-lama ini cowok tambah nyebelin, udah gitu mau jadi suamiku, lagi. Gak gak, itu gak akan terjadi.' Batinnya sambil menatap kesal pada sekretaris Ciko.
Saat itu juga, Landa baru ingat, jika dirinya sudah tidak bisa menggunakan kartu tanpa batasnya. Tentu saja, gak bisa berkutik.
"Apakah kamu menerima permintaan orang tuaku? maksud aku itu, soal perjodohan diantara kita berdua."
"Ya, saya telah menerima permintaan dari Tuan Herdi Ningrat. Nona tidak perlu berasumsi yang berlebihan kepada saya, karena semua itu atas paksaan dari ayah Nona sendiri." Jawab sekretaris Ciko.
"Palingan juga kamu ngebet ingin menjadi bagian dari keluarga Ningrat. Mana mungkin gak ada tujuan untuk mengambil keuntungan." Ucap Landa dengan berani.
Ciko yang mendengar tuduhan dari Landa, kedua matanya mendadak tajam saat menatap Bosnya. Merasa terhina itu sudah pasti, sangat menyakitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Wirda Wati
dasar lebay Landa..
2023-01-22
1