"Apa kabarnya, Tuan Regar, juga Nona Henny?" sapa sekretaris Ciko yang sudah cukup lama tidak pernah bertemu sejak pertemuan di rumah keluarga Huttama.
Regar yang mendapat sapaan dari sosok laki-laki yang pernah menjadi orang kepercayaan kakaknya, pun tersenyum.
"Kabarku seperti yang Kak Ciko lihat, aku dan istriku baik-baik saja. Bagaimana dengan Kakak sendiri, sudah lama kita tidak bertemu."
"Kabarku juga seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja." Kata sekretaris Ciko sambil mengawasi Bosnya yang tengah mengobrol dengan lelaki lain.
"Syukurlah, kalau gitu sampai bertemu lagi Kak Ciko." Ucap Regar yang sekaligus berpamitan, Ciko sendiri mengangguk dan tersenyum ramah.
Saat itu juga, rupanya Bosnya sudah berdiri di dekatnya saat Regar berpamitan.
"Ekhem, enak ya, dapet gaji buta. Di suruh jadi bodyguard, eee keasikan mengobrol. Enak banget, ya."
Ciko langsung memposisikan dirinya saat mendapat teguran dari Bosnya.
"Maaf, Nona. Meski saya tengah berbicara dengan orang lain, kedua mata saya tertuju mengawasi Nona."
"Halah! bilang aja kalau mencari pembenaran, sok-sokan mencari alasan segala. Lihat aja, bakal aku adukan dengan ayahku, biar gak cuma aku saja yang harus dihukum, tetapi kamu juga." Kata Landa yang tidak mau terus menerus untuk disalahkan, pikirnya.
"Jika Nona tidak keberatan, silakan jika mau mengadu dengan Tuan Herdi Ningrat. Karena saya jamin, pertemuan Nona dengan kekasih Nona akan menjadi masalah besar untuk Nona." Jawab sekretaris Ciko dengan ancaman, sedangkan Landa tiba-tiba nyalinya langsung menciut.
'Si_al, lelaki ini ada ada saja kalau mau memberi ancaman padaku.' Batin Landa sambil menatap kesal pada sekretaris Ciko.
"Kau itu ya, selalu buatku kesal. Awas aja, kalau aku harus ketiban sial lagi karena kamu." Ancam Landa yang tidak mau kalah dari sekretarisnya.
"Berarti Nona Landa belum beruntung, mohon untuk dicoba lagi." Jawab sekretaris Ciko.
"Iiih! kau itu ya. Pantas aja kamu masih jomblo, galak, juga ceweret. Makanya gak laku laku, menyebalkan."
Sekretaris Ciko tanpa senyum.
"Apakah Nona sudah selesai pertemuannya dengan kekasih Nona?" tanya sekretaris Ciko mengalihkan pembicaraannya.
"Katanya mengawasi aku meski sedang mengobrol dengan orang lain, kenapa masih bertanya."
"Ya siapa tahu aja, Nona masih ada pertemuan lagi dengannya."
"Apa kau ini sudah gi_la, emangnya ini restoran." Jawab Landa dengan ketus, dan bergegas pergi untuk meninggalkan bandara.
Dengan langkah kakinya yang lebar, sekretaris Ciko segera mengejar Bosnya yang cukup gesit jalannya.
Sampainya di tempat parkiran, Landa sudah berdiri didekat mobilnya. Sekretaris Ciko segera membukakan pintu mobilnya, dan mempersilakan untuk masuk kedalam.
"Mari, silakan naik, Nona." Ucap sekretaris Ciko sambil membukakan pintu mobilnya.
Dengan perjalanan yang memakan waktu yang cukup lama, gak terasa sudah sampai di halaman rumahnya.
Karena masih merasa kesal, lantaran harus dijaga ketat oleh sekretarisnya, Landa terpaksa menerima peraturan dari ayahnya. Sedangkan Ciko, dirinya ikut masuk ke dalam rumah.
"Sekretaris Ciko, tunggu sebentar." Panggil salah satu pekerja di rumah Tuan Herdi.
Ciko langsung menoleh pada sumber suara.
"Ya, ada apa?"
"Itu, Tuan Herdi meminta sekretaris Ciko untuk menemuinya di ruang privasinya."
"Memangnya ada perlu apa, Tuan Herdi memanggil saya, Pak?"
"Kurang tahu, saya hanya mendapat perintah dari Beliau. Bahwa sekretaris Ciko diminta untuk menemui Tuan Herdi Ningrat."
"Baiklah, saya akan menuju ke ruangannya. Kalau Bapak tidak keberatan, boleh tunjukkan ke saya, dimana ruangan privasinya."
"Mari, akan saya antar." Jawabnya, sekretaris Ciko hanya nurut, tentunya penuh dengan rasa penasaran.
"Permisi, Tuan. Maaf sebelumnya, saya mau mengembalikan kunci mobilnya." Ucap Ciko dengan hormat, sampai lupa untuk memperhatikan sosok laki-laki yang tengah duduk di hadapan Tuan-nya.
"Ciko, duduklah. Saya ada kepentingan denganmu, kemarilah dan kita bicarakan bersama." Sahut Tuan Herdi, dan mempersilakan Ciko untuk duduk.
"Jangan takut, ada aku disini. Ayo, duduklah Kakak ipar." Ucap laki-laki yang tidak lain adalah Gane, adik iparnya.
Saat itu juga, sekretaris Ciko tidak menyangka, rupanya yang duduk dihadapan Tuan-nya yang tidak lain adalah adik iparnya sendiri.
"Bos Gane, maksudnya adik ipar ada di sini."
"Ya, kedatangan aku kemari ada sangkut pautnya denganmu. Jadi, silakan duduk."
"Sekretaris Ciko, ayo silakan duduk." Ucap Tuan Herdi mempersilakan kepada Ciko untuk segera duduk.
Dengan perasaan sedikit malu, akhirnya Ciko ikutan duduk yang jaraknya berdekatan dengan adik iparnya.
'Seperti ada sesuatu, apa ya, Nona Landa telah melapor karena aku tidak becus menjadi bodyguardnya. Secara tadi aku lihat Nona Landa seperti tengah bermain ponsel. Mungkin saja masalah tadi itu, kesalahpahaman mengenai aku bertemu dengan adiknya Bos Gane.' Batin sekretaris Ciko sambil mencari titik masalahnya, pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Wirda Wati
lanjuut
2023-01-22
1