Alih-alih agar rasa kesalnya sedikit berkurang, Landa segera menghubungi nomor kekasihnya yang bernama Alex.
Berulang kali terus menghubunginya, tetap saja tidak mendapat jawaban apapun dari sang kekasih.
Semakin frustrasi karena panggilan telpon darinya tidak ada jawaban sekalipun, Landa akhirnya mengirimkan sebuah pesan untuk kekasihnya itu. Berharap, pesan yang ia kirim segera mendapatkan balasan.
"Awas saja kamu, Alex. Kalau sampai kamu bermain perempuan di belakangku, jangan harap aku akan memaafkan kamu." Gumamnya yang merasa dongkol.
Ciko yang sedari tadi memperhatikan Bosnya tengah sibuk dengan ponselnya lantaran tidak mendapat respon dari seseorang yang ditelpon, diam-diam menahan tawanya.
Rupanya suara ketukan pintu tengah mengagetkan Ciko maupun Landa sendiri.
Saat itu juga, Ciko langsung membukakan pintunya lantaran Bos perempuannya tidak menekan tombol.
"Silakan masuk." Ucap Ciko setelah membukakan pintunya.
"Terimakasih," jawabnya dibarengi dengan anggukan.
"Permisi, Nona. Maaf, jika sudah membuat Nona menunggu. Ini pesanan makan siangnya sesuai yang dipesankan oleh sekretaris Ciko, Nona." Ucapnya sambil menyodorkan pesanan.
"Terimakasih, kamu boleh pergi." Jawab Landa dengan datar.
"Baik, Nona."
Kemudian, Landa langsung menoleh pada Ciko yang tengah berdiri di dekat pintu. Setelah pintu tertutup, Ciko kembali ke tempat kerjanya.
"Kamu tidak makan?" tanya Landa menghentikan langkah kakinya yang hendak duduk di kursi kerjanya.
Ciko segera menoleh pada Bosnya.
"Setelah pekerjaan saya selesai, Nona." Jawab Ciko tanpa ekspresi apapun, datar.
"Aku tidak mau makan, jika bukan kamu yang duluan makan. Jangan tanya apa alasannya, yang jelas aku harus waspada. Siapa tahu saja, musuh terbesar di keluargaku adalah kamu." Ucap Landa dengan terang-terangan dan tanpa ada malu sedikitpun.
"Nona, jaga bicara Anda. Jangan sampai ucapan Nona menjadi bumerang untuk diri sendiri." Sahut Ciko yang berusaha untuk bersabar ketika harus berhadapan dengan Bos perempuannya.
"Jangan sok bijak, cepat kamu makan duluan. Ingat, bukan berarti untuk dihabiskan." Ucap Landa dengan tatapan tajam.
Kini bukan Bos laki-laki saja yang bersifat dingin, kejam, dan asal bicara. Rupanya sifat itu pun ada pada diri Landa, yang tidak kalah bedanya dengan yang lain.
"Maaf, saya rasa tidak sopan jika saya yang makan duluan." Jawab Ciko setengah menundukkan pandangannya.
"Aku tidak mempermasalahkannya, yang terpenting nyawaku tidak menjadi taruhan." Ucap Landa dengan suara yang cukup keras.
"Baik, Nona." Jawab Ciko dan segera meraih makanan yang dipesan oleh Bosnya, sedangkan Landa mengangguk pelan.
Dengan sangat hati-hati, Ciko menyuapi mulutnya sendiri. Meski terasa canggung dan juga merasa enggan, Ciko terpaksa makan lebih dulu.
Ketika makanan sudah tertelan oleh Ciko, Landa segera mengambil sendok-nya yang ada ditangan Ciko.
"Ini, untuk kamu." Ucap Landa dan menyerahkan satu kotak yang berisi makanan yang sudah ia pesan tanpa sepengetahuan Ciko.
"Tapi, Nona. Bukankah saya hanya memesan untuk satu orang? kenapa bisa ada dua kotak?"
"Tidak perlu dipikirkan, lebih baik kamu habiskan makanannya. Setelah itu, kita lanjutkan pekerjaan kita."
"Tapi, itu bekas saya, Nona."
"Justru itu, aku lebih percaya bekas kamu daripada yang belum kamu makan. Jadi, kembalilah ke tempat kerjamu." Ucap Landa dan memilih untuk menikmati makan siangnya.
Ciko yang tidak bisa berbuat apa-apa, dirinya hanya bisa nurut dengan Bosnya.
Ketika tengah menikmati makan siangnya, tiba-tiba ponselnya pun berbunyi dan tentunya mengagetkan pemiliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Kinan Rosa
awas malah Ciko yang di racun
2022-10-08
1
Agus
lanjut
2022-10-07
1
mydea
lama juga nggak update di tunggu kak...
2022-05-01
4