POCI KIRIM SURAT

Tongkat yang dibawa, setelah Ryan mengambil di kemah Siska. Hantu poci pergi begitu saja, saat Hanna menunjukan tongkat berisi surat pendek yang dibekali sang nenek, tak lupa Hanna juga mengucapkan doa ayat kursi.

"Pergi! kamu bukan teman kami Tono!" teriak Hanna, dan membuat tongkat itu mengeluarkan cahaya. Benar saja pocong setengah wajah itu pergi, ilang dengan suara seram.

Ryan sangat tenang, kala tongkat Hanna sepanjang penggaris itu sudah bisa membuat hantu poci ngucar ngacir. Belum lagi, Siska dan Sera duduk seperti orang ketakutan.

"Berantem sama kakak kelas, buat gue biasa. Tapi sama Hantu, gue pengen pulang... Hanna, kita mau pulang." rengek Siska dan Sera.

Ryan pun meminta mereka tenang dan terus berdoa."Nah kan, udah tau kalau itu bukan Tono, baru mohon mohon. Bagus ga ngompol." ujar Ryan.

"Ngompol, lu itu mah." celetug Siska yang masih ketakutan.

"Kita istirahat dulu, semoga besok pagi kita berhasil temui regu lain, termasuk pak Yola." ujar Hanna, yang terlihat lelah dan memejamkan mata.

Malam pun berlalu. Sinar di pagi buta menyeruak di celah celah daun, hingga membuat mata Hanna perlahan terbuka.

"Bangun woy. Lu dari tadi tidur mulu. Susah dibangunin." Siska berucap sembari kakinya menendang betis Ryan.

Ryan mengucek mata. Mencoba memulihkan kesadarannya. "Aduh sabar napa. Ini kotoran mata gue masih banyak woy," gerutu Ryan.

Hanna perlahan bangun, lalu melihat seluruh hutan terlihat terang. Perut mereka sangat lapar, belum lagi ransel Hanna tak nampak makanan instan lagi. Hanna menuju Sera, apakah ia masih mempunyai stok makanan untuk pagi.

"Me-mending l-lu pergi ke so-sono dah. Di sono a-ada su-sungai." Siska berucap, tangannya menunjuk ke arah selatan.

Ryan langsung bangkit, Ia mengikuti Hanna yang sepertinya akan ke sungai. Walaupun kesadarannya masih belum stabil. Langkahnya sedikit sempoyongan.

Agak lama Ryan berjalan, akhirnya dia sampai di tepi sungai, lalu menunduk. Berniat ingin membasuh wajahnya yang masih tampak kusam itu. Sesaat dia menunduk, sebuah bambu kecil hanyut perlahan ke arahnya. Terlihat ada sebuah daun jati kering yang tertusuk ranting, membentuk seperti layar perahu.

"Hm. Keknya ada yang aneh." Ryan menatap bambu itu dan langsung mengambilnya.

"Ngambil apaan? hati hati jangan ceroboh lagi." ujar Hanna, menyadarkan Ryan.

"Siap bu bos! cuma pengen tau. Botol ada suratnya unik, kaya daun kering. Kali aja harta karun atau peta jalan pulang kan." balas Ryan pada tatapan Hanna yang masih mencuci muka.

[Dear teman battleku yang kagak jadi. Tulisan ini gue buat untuk lu yang dasarnya kek ee busyuk. Si yayang Kunti udah kasih tau semuanya ke gue. And lu emang asinan kodok ye. Ternyata laki yang yayang Kunti demen itu lu yang kagak ada akhlak sama sekali ye. Bisa-bisanya yayang Kunti demen sama laki kek lu. Mana lu beda level sama kita lagi.]

"What? surat apaan nih? aneh. Pagi pagi ga ada apa yang bikin suasana seneng, enggak pagi, siang, sore, malem terus aja neror ni penunggu." lirih Ryan sedikit pucat.

"Surat apaan sih?" Hanna mencoba meraih, sebelum Ryan buang.

Di permukaan daun itu tampak sebuah tulisan menyerupai surat. Hanna tahu persis siapa penulis suratnya. Setelah sampai membacanya pada kalimat itu, sontak Hanna tersenyum tipis. Dia melanjutkan bacaannya lagi.

[Cuma, karena lu udah damai sama hantu pohon besar. Lu gue maapin dah. Cuma gue kagak demen sama lu. Lu tau kan si yayang Kunti suka sama lu? Terus lu kagak jujur sama gue. Wah parah emang. So, makasih ye udah jelasin semuanya ke yayang Kunti. Makasih juga karena lu, gue sekarang udah jadian sama yayang Kunti. Itu berkat lu manusia kek ee busyuk. Makasih sekali lagi. Salam ee dari Mas Pocong.]

Hanna kembali menatap Ryan!

"Lah, kapan gue jelasin sama mbak kunti. Emang pocong sekarang bisa kirim surat ke manusia?" panik Ryan.

"Gue tahu jadinya saat ini." lirik Hanna menatap Ryan.

"Apaan, jangan ngadi ngadi deh."

"Mbak kunti tutup botol suka sama lo Ryan! karena lo cute, penakut bagi bangsa mereka tapinya ya! Nah semalam poci hantu sebelah muka, dia berubah nyamar jadi Tono, karena mau diskusi soal ini. Ga suka yayank nya demen ama manusia kaya lo." celetug Hanna.

"Aapaan sih, aneh aneh aja. Segala disukain ama cewe model gitu, manusia dong ah."

Hanna, Ryan membaca surat itu sampai selesai, membuat Ryan merasa lega. Bukan hanya karena dia telah mempersatukan cinta yang malu malu untuk bertemu. Namun, karena Mbak Kunti tutup botol telah jadian dengan Mas pocong, ada kemungkinan Ryan tak akan diganggu lagi. Setelah Hanna meletakkan surat itu di samping pohon asam.

Setelah selesai membaca, Ryan masih penasaran. Adakah kalimat yang dia lewati untuk dibaca. Benar saja, ada kalimat di balik daun itu.

[Kita sedang memperhatikanmu, manusia kek ee busyuk. Jangan senyum senyum sendiri. Ntar kesambet sama hantu. Eh ntar kesambet kita. Jadi kalian akan sulit keluar dari hutan ini. Sampai batas waktu temen kalian membuat kesalahan]

Ryan memalingkan wajahnya ke arah kiri dan kanan. Mencari di mana si Mas Pocong yang tengah mengawasinya. Lalu menoel Hanna dan meminta dirinya membaca.

Setelah beberapa detik dia mencari keberadaan Mas Pocong, akhirnya tatapan bingung itu bertemu dengan sosok Mas Pocong. Tampak Mbak Kunti tengah melambaikan tangan dengan senyum gembira tepat di seberang sungai.

"Wah mereka di sono ye," celetuk Hanna.

"Buset, mereka mesra bat dah. Gue yang jomblo kek gini jadi iri buset." ujar Ryan.

Setelah melambaikan tangan ke Ryan, Mbak Kunti langsung membentuk jarinya selayaknya love. Lalu disodorkannya ke depan, bermaksud untuk diberikan pada Ryan. Namun, sontak tangan Mas Pocong menepuk tangan Mbak Kunti yang berbentuk love tadi. Mbak Kunti pun tampak manyun.

Sehingga Hanna yang pagi ini mendapat momen lucu, ia bisa membully Ryan yang tidak jomblo di dunia para hantu. Seketika daun itu tampak terbang, memang tulisan itu hanya bisa di baca oleh dua indigo seperti Hanna dan Ryan.

"Jadi, kita harus cari siapa teman kita yang buat kesalahan. Baru kita bisa keluar dari hutan ini Hanna?" tanya Ryan.

"Iy, sepertinya begitu." ucap Hanna.

"Eh buset. Itu tangannya kagak keiket lagi yah," batin Ryan. Dia tertawa melihat tingkah kedua hantu yang baru saja jadian itu.

"Hanna?"

Suara seruan itu sontak mendarat di telinga Ryan. Karena terkejut, Ryan berbalik spontan. Tampak dahi Hanna berkerut, pertanda saat itu dia sedang kesal.

"Ayo. Kita lanjutkan perjalanan. Lu mau pulang kagak?" ketus Hanna.

"Iye-iye. Gue cuci muka dulu." Ryan berpaling dari Hanna, sejenak menengok ke arah Mbak Kunti dan Mas Pocong. Namun, mereka sudah menghilang.

Tak lama setelah sampai kemah, Ryan dan Hanna terkejut kala Siska dan Sera sudah tidak ada. Belum lagi beberapa kemah sudah hilang.

"Hanna, beneran ini kemahnya. Bukan nyasar, atau beneran si Siska dan Sera udah pergi duluan?" tanya Ryan.

Tbc

Terpopuler

Comments

wijaya

wijaya

kok bisa poci kirim surat😆

2022-06-27

0

Cinta Suke

Cinta Suke

ilang lagi mungkin enggak tahan sih siska sama sera ninggalin duluan

2022-06-20

0

Kremiy

Kremiy

dih poci muka sebelah nyamar jadi tono si gagap

2022-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!