'Ahaha. Iye Mbak Kunti.' Ryan mengangkat tangannya, sambil jarinya mengisyaratkan tanda peace.
'Mau ngapain lu di sini, Mbak? Mau jualan jamu? Kagak dah. Gue anti sama jamu.'
Hihihiii... Enak saja!! Suara serak serak basah terdengar dari Mbak Kunti.
"Huahaha," tangis Ryan.
"Lah terus maunya apa? Kok terus nongol."
Gabut aja!! Mbak Kunti masih dengan suara serak serak basahnya.
Tangis Ryan masih tak pergi dari wajahnya.
"Buset dah. Gabut doang, ganggu gue dalam mobil. Mbak Kunti nggak ada akhlak lu emang, huwaaa!" ketus Ryan. Meweknya dilebih lebihkan biar tambah dramatis.
Hihihi...!! Mbak Kunti hanya cekikikan melihat Ryan mewek. Pasalnya Hantu itu sangat menyukai Ryan yang penakut tapi ganteng.
"Diem lu! Ketiwi mulu. Gue lagi girang nih, ah. Nggak bisa lihat orang seneng apa!" bentak Ryan. Dia melupakan siapa sosok yang tengah berhadapan dengan dia, padahal aslinya dia belum kuat untuk melihat hantu tak kasat mata. Anehnya Hantu itu sering mengganggunya.
Setelah mendengar bentakan Ryan, Mbak Kunti pun melotot. Di wajahnya yang rusak, di antara pori pori itu sontak keluar belatung belatung bergeliat. Wajah Mbak Kunti kini lebih menyeramkan dari sebelumnya.
Sontag teriakan Ryan membuat Hanna menoleh, pasalnya mereka duduk di sekat dengan sebuat penutup. Hanna turun dan membuka pintu mobil kedua, yang saat itu hanya ada Ryan.
"Ryan, lo kenapa?" Hanna membangunkan.
"Ha-Hantu. Eh, Han-Hanna tolong gue! mbak yang jalan rumah lo itu, kok ikutin gue terus sih." gugup Ryan hingga pingsan kembali.
Hanna pun memejamkan mata, lalu mengambil sebotol air minum untuk di percikan ke arah Ryan, setelah mendoakan.
"Kenapa lagi si Ryan?" tanya Siska.
"Dia kayaknya kurang vit, apa sebaiknya Ryan ga usah kemah aja ya. Biar gue bilang sama pak Yola."
"Dia kenapa emang?" tanya Jamet dan Tono dari belakang Sinta.
"Dia lihat mbak kunti."
"Aduh kumat lagi penyakit dia, masalahnya kita kita ga bisa liat. Jadi bingung antara percaya atau enggak." ujar Jamet syok. Sementara Siska menyenggol agar Jamet tidak angkuh atau menantang.
Kita berangkat duluan, Han. Otw tempat kemah. Lu nyusul aja langsung ke tempat kemah. Soalnya bus juga otw tempat kemah. Tinggal lu sendiri yang kagak ada.
"Ya udah, kalian duluan aja. Gue sama Ryan bakal nyusul. Bentar lagi paman gue melipir bantu Ryan, biar dia diamanin dulu."
Seperginya teman Hanna, Ryan kembali siuman setelah di tolong oleh paman Eric, anehnya Ryan tetap akan berkemah. Sehingga mau ga mau dia dan Hanna harus naik taksi. Padahal tadinya Hanna akan menyusul seorang diri. Hingga tepatlah Hanna dan Ryan sampai di perkemahan.
Dia berjalan keluar dari gerbang, menuju jalan raya untuk menahan taksi yang akan dinaikinya ke tempat kemah. "Teman kagak setia kawan emang!" Ryan marah pada keduanya.
"Iy tadi kan lo pingsan. Mereka kira mending lo ijin aja, mereka minta ijin langsung sama pak Yola." jawab Hanna.
Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya taksi itu sampai di tempat kemah. Setelah turun dari taksi, Ryan dan Hanna berjalan sekitar tiga puluh meter ke dalam hutan. Mata Ryan disipitkan, mencoba fokus pada orang orang di lahan lapang, terlihat berbaris rapi di tengah rerimbunan pohon.
Senyum Pak Yola menyambut kedatangan Ryan dan Hanna. Sedang barisan sontak bubar, masing masing mengambil ransel mereka dan langsung mendirikan tenda.
"Mampus, gue. Bakal dikasih ucapan cinta neh dari Pak Yola," batin Ryan.
"Udah mending kasih penjelasan aja sesuai yang lo alami." ujar Hanna yang telat juga.
Benar saja, hal yang dipikirkan Ryan terjadi juga. Dia diperintahkan untuk mengumpulkan kayu bakar. Sementara semua sibuk mendirikan tenda, dia malah sibuk mencari kayu bakar.
Setelah agak jauh dari area kemah, Ryan mendapat tempat yang bagus untuk memungut satu demi satu kayu agak rapuh. Cocok untuk dijadikan kayu bakar.
"Sibuk yah, Mas?" Suara lembut itu menyela langkah Ryan.
Ryan mendongak. Karena pada saat itu, suara lembut itu berasal dari atas pohon. "Buju buset bulu ketek bau lu-eh bulu ketek bau, lu ...," celetuk Ryan lata.
"Hai, Mas.. Hihihiii?" Wanita cantik berambut panjang itu duduk di dahan agak besar, tampak memanjang ke samping.
"Eh Neng kunti ngapain ikutin lagi sih, ngapain antum di situ woy. Mau main kutu lompat?"
Wanita rambut gimbal panjang itu hanya tersenyum pada Ryan. Lalu dia turun perlahan, dengan cara melayang. Ryan yang tak memprediksi hal itu terjadi, seketika melotot.
"Buset. L-lu-lu Mbak Kunti yah?" tanya Ryan waswas.
"Bukan. Saya sundal bolong, hihihiii." jawab wanita berambut panjang itu.
Karena belum menampakkan wajah aslinya, Ryan masih belum memasang raut takutnya. Hanya saja dia sedikit waswas dengan wanita itu.
"Sama aja, bogeng! Cuma lu versi litenya kan?"
"Bodoh hakiki! Kamu kira aplikasi!" ketus Hantu itu sambil tertawa seram.
Wanita itu melotot. Badannya seketika berubah menjadi menyeramkan. Rambut panjang itu menjadi awut awutan sementara wajahnya perlahan lahan menghitam dan terkelupas. Perutnya bolong dengan belatung bergeliat dengan girang di dalamnya.
Ryan sontak terduduk. Tentu saja, setelah melihat hantu itu, celananya basah lagi. Bau pesing menyebar lagi, menusuk hidung Ryan.
Wajah Ryan dipasang memelas dan Pingsan. Tak lama Hanna datang, karena ia khawatir. Sehingga Hanna berteriak untuk meminta hantu Anna pergi.
"Jangan ganggu dia Anna! kamu sudah berbeda, kasihan dia pria lemah yang tidak bisa lama melihat makhluk sepertimu." teriak Hanna, membuat hantu Anna tertawa.
Hihihiiii
Hanna, aku hanya melindungimu! tapi aku suka dengan sosok pria temanmu yang penakut. Jika kamu ingin aku berhenti, bantu aku sekali lagi Hanna!! Hihihiiihihi.
Suara tawa hantu mbak sundel bolong membuat Hanna lelah, dan mau tidak mau Hanna bicara dengan lantang.
"Pergi! aku akan bantu, tapi tidak sekarang!"
Hihihiii ... suara mbak hantu pun melenyap pergi.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
guntur
dih mbak kunti dulunya tukang jamu kali. 😆
2022-07-11
0
Maya
ngakak ryan disukai mbak kunt
2022-06-27
0
bilal rahmawati
sumpah agak banyak dong up nya tor
2022-06-13
0