Happy reading 🥰
🌟🌟
*
*
Didalam ruang kelasnya, Jeanny duduk termenung. Tangannya terus memain-mainkan krayon yang berserakan di atas meja belajar murid.
"Jean, kenapa diam saja." tegur temannya, yang sama dengannya mengajar kelas yang sama.
Karena Jeanny mengajar taman kanak-kanak, satu kelas. Dua guru yang mengajar.
"Apa?" Jeanny menoleh kearah temannya, yang sedang membenahi tempat duduk yang baru ditinggalkan peserta didiknya yang sudah pulang.
"Kenapa kau tidak bersemangat seperti biasanya? kenapa? apa kau sakit?" tanya Amelia, temannya yang mengajar dikelas yang sama.
"Tidak apa-apa, aku tidak sakit. Tadi malam aku kurang tidur," ucap Jeanny.
"Apa kau sibuk mempersiapkan pernikahanmu? kenapa kau tidak serahkan pada wedding organizer saja? nanti kau sakit," ucap Amelia.
"Tidak ada pernikahan," ujar Jeanny.
"Tidak ada pernikahan? apa kalian mengundurkan pernikahannya ?"
"Dia menikah hari ini," ucap Jeanny.
"Menikah? siapa menikah?" Amelia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Jeanny.
"Yudha, dia menikah dengan wanita lain hari ini. Bukan denganku," ujar Jeanny dengan suara lirih.
"Apa!?" Amelia sangat terkejut, karena dia tahu. Kisah cinta Yudha dengan Jeanny.
Amelia meninggalkan apa yang sedang dikerjakannya, dia menghampiri Jeanny. Dan duduk di sampingnya.
"Serius?" Amelia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Jeanny.
Jeanny tidak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya.
"Yudha! aku tidak percaya, dia orang yang paling tidak aku percaya bisa menyakiti seseorang wanita. Kalau Herman, aku yakin, bisa" ujar Amelia, yang tidak percaya Yudha bisa selingkuh. Amelia meragukan kesetiaan kekasihnya, Herman. Daripada Yudha.
Amelia mengenal Yudha, karena Yudha teman kekasihnya. Herman, saat di universitas. Karena itu, dia tidak yakin dengan apa yang diceritakan oleh Jeanny.
"Orang yang pendiam itu yang patut di waspadai, sudah terbukti. Yudha menghamili wanita lain," ujar Jeanny.
"Kenapa aku tidak percaya ya, jangan-jangan wanita itu hamil dengan pria lain. Dan Yudha ketiban sial," ucap Amelia.
"Ahh! sudahlah, sekarang aku jomblo. Persetan dengan yang namanya laki-laki..!" seru Jeanny dengan keras.
"Jangan katakan, kau trauma dengan percintaan. Laki-laki bukan hanya Yudha seorang, Jodohmu mungkin bukan Yudha, mungkin jodohmu masih berada dalam genggaman gadis lain, seperti kau menjaga jodoh gadis lain. Mungkin saja, jodohmu sedang berada ditangan gadis lain," kata Amelia sembari tersenyum.
"Jadi maksudmu, aku menjaga jodoh gadis yang dihamili Yudha?" tanya Jeanny.
"Iya, sedangkan kau. Tunggu, sampai jodohmu lepas dari gadis lain" sahut Amelia sembari menganggukkan kepalanya.
"Sial..!" gerutu Jeanny.
"Kau harus bersyukur, kejadian ini terjadi. Saat kau belum menjadi istrinya," kata Amelia.
"Jika terjadi, saat kau sudah menjadi istri Yudha. Kau akan menjadi janda muda." sambung Amelia kembali.
"Sialan." umpat Jeanny.
"Hei! jangan mengumpat, jangan nanti didengar anak-anak kita," ujar Amelia, saat mendengar Jeanny mengumpat.
"Sorry," ucap Jeanny.
"Lupakan sekarang yang namanya Yudha, bangkit! jangan tunjukkan, kesedihanmu. Biar Yudha dan gadis yang merebut Yudha tahu, bahwa kau itu kuat..!" seru Amelia.
"Ayo pulang," ujar Amelia.
"Duluan, aku menunggu Bella dan Valerie."
"Baiklah, aku sudah di tunggu calon bapak anak-anak," ujar Amelia seraya keluar dari dalam ruang kelas.
"Jaga..!" seru Jeanny.
"Pasti, jangan sampai. Apa yang kau alami, aku alami juga. Kalau bisa, aku akan pasang alat GPS ditubuh Herman.." ucap Amelia dari depan pintu kelas.
Jeanny mengacungkan dua jempolnya kepada Amelia.
*
*
*
"Jerry, bagaimana?" tanya Agra, sembari membubuhkan tandatangan diberkas yang diberikan oleh sang sekretaris kepadanya.
"Bagaimana apanya, Tuan?" tanya Jerry yang tidak mengerti apa yang ditanyakan oleh Agra Barend kepadanya.
Agra mengangkat pandangan matanya, dari berkas yang ada di atas mejanya. Menjadi menatap wajah sang sekretaris yang bingung, dengan apa yang ditanyakan oleh Agra Barend padanya.
"Sekolah!" seru Agra Barend, untuk mengingatkan Jerry.
"Oh...! Sudah Tuan, saya sudah mengambil brosur sekolah. Sekolah itu dekat dengan mansion," ucap Jerry.
"Apa sekolah yang bagus?" tanya Agra Barend, karena dia tidak ingin. Pendidikan untuk putrinya, sekolah yang asal-asalan saja.
"Sangat bagus Tuan, sekolah itu sekolah elite. Banyak keluarga artis dan pejabat, yang menyekolahkan putra-putrinya di sekolah ini," ujar Jerry, dan memberikan brosur sekolah kepada Agra Barend.
Agra Barend melihat brosur yang diberikan oleh Jerry, dengan serius.
"Daftarkan Lisa." titah Agra Barend pada Jerry.
"Saya?" tanya Jerry.
"Iya! apa kau keberatan?" tanya Agra Barend.
"Tidak Tuan," sahut Jerry dan menggelengkan kepalanya.
Agra Barend mengeluarkan map dari laci meja kerjanya, dan memberikan map tersebut pada Jerry.
Jerry mengambil map tersebut, baru kemudian. Jerry keluar dari dalam ruang kerja Agra Barend.
*
*
Yulia duduk tidak jauh dari depan pintu ruang kerja Yudha, karena menunggu Yudha. Dia sampai melewatkan kesempatan untuk makan siang.
"Mas!" Panggil Yulia, saat melihat Yudha masuk kedalam ruang kerjanya.
Yudha menghentikan langkahnya, dan menoleh kearah Yulia.
"Jangan kau panggil aku dengan panggilan mas, aku atasanmu..! Ingat, ini kantor..!" suara Yudha datar, saat berbicara dengan Yulia. Tidak ada nada suara yang lembut, seperti. Saat mereka belum menikah.
"Maaf," ujar Yulia dengan suara yang pelan, dia tidak ingin mendapatkan kemarahan dari Yudha. Karena, rekan-rekan kerjanya bagian marketing. Mulai berdatangan, setelah menyelesaikan makan siang.
"Ada apa?" tanya Yudha.
"Bapak kemana ? kenapa setelah pernikahan kita, bapak menghilang?" tanya Yulia, dengan memanggil Yudha dengan sebutan bapak.
"Untuk apa kau tahu," sahut Yudha seraya melangkah masuk kedalam ruangannya, dan kemudian duduk.
Yulia ikut masuk kedalam ruang kerja Yudha, menutup pintu ruang kerja Yudha. Karena dia tidak ingin, ada orang yang mendengar apa yang ingin dikatakannya kepada sang suami. Yudha.
Yulia berdiri didepan meja kerja Yudha, kedua tangannya saling genggam didepan perutnya.
"Kita sudah menikah, bukannya kita harus tinggal bersama," kata Yulia.
"Aku hanya menikahi mu, dan kita tidak harus tinggal bersama," kata Yudha.
"Pernikahan apa yang kita jalani? jika kita tinggal terpisah..! itu bukan pernikahan," ucap Yulia, dan terdengar dari nada suaranya. Yulia mulai terlihat emosi.
Yudha mengangkat kepalanya, dan melihat wajah Yulia dengan intens.
"Pernikahan yang terpaksa! sebelum kau menjebak seorang pria, kau harus berpikir. Apa pria tersebut bisa menerima dan mencintaimu, kau tahu. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintaimu, kau sudah membuat aku pisah dengan kekasihku. Jadi jangan harap aku bisa menerimamu, dan mencintaimu. Setelah anak itu lahir, kita test DNA. Apapun hasilnya, kita harus pisah," ujar Yudha.
"Mas! aku tidak mau pisah, aku mencintaimu mas. Aku mencintaimu, lebih dahulu daripada kekasihmu itu. Aku mencintaimu sejak di bangku kuliah," ucap Yulia, dan kini. Air mata mengalir di pipinya.
"Jika kau mencintaiku, seharusnya. Kau membiarkan aku bahagia, bukan begini. Memaksa aku untuk memilihmu, pergilah," ujar Yudha, dan mengibaskan tangannya. Agar Yulia pergi meninggalkannya.
Yulia melangkah menuju tempat Yudha duduk, dan tiba-tiba. Yulia berlutut, sembari terisak. Tangannya memegang tangan Yudha.
"Mas! aku sangat mencintaimu," ucap Yulia dengan memanggil Yudha dengan sebutan mas.
Hati tidak bisa dipaksakan! sebelum melakukan sesuatu, pikirkan akibat yang akan ditanggung. Yulia, terimalah..!"
*
*
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
merti rusdi
Ceritanya oke. Tapi penggunaan tanda bacanya mgk bisa lebih Diperhatikan, terutama tanda titik. Sering saya liat kalimat yang belum selesai sudah dipakaikan tanda titik 🙏
2023-08-06
0
sherly
wanita model apa sih kamu Yulia, cinta Ama Yudha dr SMA? masa ? tp begitu dgr ada bos duda kok dah ada niat lain?
2023-07-28
0
Bzaa
menyesal memang selalu datang belakangan.. jdi waspada lah😆
2023-07-02
0