Happy reading guys 🥰
🌞🌞🌞
"Sekarang, Lisa pulang ya," ujar Jeanny.
"Tidak!" Lisa menolak untuk pulang, bibirnya mengerucut. Tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh Jeanny.
"Non, kita harus pulang. Nanti kita tidak diberi izin oleh Oma untuk keluar jalan-jalan ke taman lagi," kata wanita yang datang bersama dengan Lisa.
"Tidak! Lisa mau dengan Mama..!" seru Lisa, dan melingkarkan tangannya memeluk leher Jeanny.
"Bu, hubungi Mama Lisa," ujar Jeanny.
"Nona, Mama Lisa..," ujar wanita tersebut dengan mengerakkan jari telunjuknya ke arah langit.
"Maaf," ujar Jeanny sambil mengelus punggung Lisa dengan lembut.
"Mama, Lisa rindu Mama," ujar Lisa.
"Waduh..! belum di coblos, aku sudah punya anak sebesar ini. Baru tadi ditinggalkan laki-laki durjana dan sekarang. Aku sudah diberi anak, Tuhan sangat adil ." suara hati Jeanny.
"Non, ayo kita pulang. Besok kita ketemu dengan Mama ya. Sekarang, kita pulang."
"Tidak! Bik Anah pulang saja, Lisa ingin dengan Mama..!" seru Lisa dengan suara keras, bibirnya mengerucut. Raut wajahnya terlihat marah.
"Lisa, anak baik tidak boleh marah dengan orang yang lebih tua ya," ujar Jeanny, mengingatkan Lisa untuk tidak melampiaskan kekesalannya pada sang pengasuh.
"Maaf," ucap Lisa dengan suara yang pelan, nyaris tidak terdengar.
"Lisa mau pulang dengan Mama," ujar Lisa, tetap Keukeh dengan keinginannya.
"Hah..!" Jeanny terkejut.
"Non, Mama masih sibuk. Kita tunggu Mama di rumah ya." bujuk Bik Anah.
"Tidak..! Lisa bilang tidak ya tidak...!" seru Lisa dengan marah, karena keinginannya tidak terpenuhi. wajah Lisa terlihat sangat kesal.
Jeanny mengurai pelukan Lisa dilehernya, dan menangkup kedua pipi Lisa dengan kedua tangannya.
"Sayang, jangan marah ya. Nanti, kalau marah-marah cepat keriput. Apa Lisa mau wajahnya keriput sana-sini, dan tidak cantik lagi," ujar Jeanny sambil menunjuk kearah wajah Lisa.
Lisa menggelengkan kepalanya.
"Bu, apa rumah Lisa jauh dari taman ini?" tanya Jeanny.
"Tidak Non, komplek itu rumahnya," sahut Bik Anah, dan menunjuk kearah depan taman yang terdapat komplek perumahan elite.
"Begini saja Bu, biar saya ikut mengantarkan. Apa boleh?" tanya Jeanny pada Bu Anah.
"Boleh..boleh Non, Bibik senang. Tapi apa tidak menganggu ? mungkin Non ada acara," ucap Bik Anah.
"Tidak Bu, saya tidak ada acara. Ayo, kita pulang."
Jeanny mengandeng Lisa.
"Bu, apa Lisa bukan orang Indonesia?" tanya Jeanny, karena logat bahasa Indonesia Lisa yang terdengar asing di telinga Jeanny.
"Orang Indonesia Non, tapi. Sedari kecil, Non Lisa tinggal di luar. Syukur Non Lisa masih bisa berbicara bahasa Indonesia Non, karena Bibik yang mengasuhnya sejak dia baby." cerita Bik Anah sembari mereka berjalan menuju rumah.
Tidak lama berjalan, mereka tiba didepan rumah yang sangat besar dan megah. Dengan pintu gerbang yang sangat tinggi, membuat kesan. Si pemilik rumah enggan berbagi keindahan rumahnya pada orang luar.
"Rumahnya besar sekali," ujar Jeanny dengan mulut terbuka, dan matanya menatap rumah didepannya dengan perasaan yang tidak bisa diucapkannya dengan kata-kata.
"Ini Rumah Oma Non Lisa," ucap Bik Anah sambil membuka pintu gerbang kecil, untuk orang yang masuk dan keluar yang tidak mengunakan mobil.
"Oh..! rumah yang bagus. Tapi, aku tidak suka punya rumah sebesar ini. Pasti pemilik rumah ini, sangat jarang bertemu dengan penghuni rumah yang lain. Dengan tetangga kiri-kanan, mereka pasti tidak saling kenal." gumam Jeanny.
"Ayo Mama." Lisa menarik tangan Jeanny.
"Gila! rumahnya tinggi sekali, aku seperti sedang berada di rumah raksasa dan aku manusia kerdil yang terjebak didalam dunia para raksasa," ujar Jeanny.
Kedatangan mereka sudah di sambut oleh dua wanita yang terlihat masih segar, walaupun terlihat gurat-gurat usia matang terlihat dari raut wajah kedua wanita tersebut. Tetapi tidak mengurangi sisa-sisa kecantikan di usia mudanya.
"Oma, Obut...!" seru Lisa sembari berlari kecil menuju kedua wanita tersebut.
Jeanny, terpaksa ikut berlari kecil. Mengimbangi langkah Lisa.
"Kenapa baru pulang?" tanya wanita yang terlihat lebih tua, karena terlihat. Rambutnya sudah memutih seluruhnya.
"Maaf Nyah buyut, Non Lisa tidak mau dibawa pulang." Bik Anah yang menjawab pertanyaan Nyah buyut.
"Lihat, Lisa membawa Mama pulang..!" seru Lisa dengan raut wajah gembira, menatap Oma dan Obut.
"Mama..!?" Oma Lisa kaget mendengar perkataan sang cucu.
Keduanya melihat Jeanny dengan lekat, kemudian keduanya saling pandang. Lalu, memandang kearah Lisa.
Jeanny gugup, saat pandangan mata kedua wanita menelisiknya dengan intens.
"Maaf Tante, apa yang dikatakan Lisa. Bukan kemauan saya," ujar Jeanny gugup, dan bibirnya sedikit tersenyum. Takut, dia dikatakan mengambil kesempatan untuk dekat dengan Lisa.
"Ma, apa yang ada dalam pikiran kita sama?" tanya Oma Lisa, kepada Mama Gracia. Mama mertuanya dengan berbisik.
"Apa yang kau pikirkan Alma?" tanya Gracia pada sang menantu. Alma.
"Gadis ini, sepertinya cocok untuk menggantikan Malika," ucap Alma.
"Pikiran kita sama, tapi. Apa anak bodo itu mau?" tanya sang Mama mertua.
"Kita coba Ma," sahut Alma.
Melihat kedua wanita yang panggil Lisa dengan Oma dan Obut asik berbisik sambil melihatnya, Jeanny merasa tidak nyaman.
"Apa yang mereka bicara kan?" pertanyaan dalam benak Jeanny.
"Kita pikirkan nanti, sekarang. Kita selidiki gadis ini, jangan-jangan dia sudah punya suami," ucap Gracia pada sang menantu.
"Lisa, di mana ketemu dengan Mama?" tanya Alma pada Lisa.
"Tante, saya bukan Mama Lisa..!" seru Jeanny.
"Di taman," sahut Lisa dengan raut wajah yang gembira.
"Kenapa semua mengatakan aku Mama Lisa." suara hati Jeanny
"Ayo Nona, kita masuk dulu," ujar Obut Lisa.
"Saya harus pulang Tante." tolak Jeanny untuk masuk.
"Sebentar saja." titah Oma Lisa.
"Ayo, jangan takut. Kami orang baik," ujar Gracia.
"Lisa tidak mau pulang tadi, kalau tidak bersama dengan Nona," ucap Bik Anah.
"Lisa mau pulang dengan Mama," ujar Lisa.
"Ayo Ma." Lisa menarik tangan Jeanny, sehingga. Jeanny tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Aku terjebak di sini." suara hati Jeanny yang lesu.
Dan kini, Jeanny duduk diruang tamu yang cukup besar. Di sampingnya, Lisa duduk dengan memegang tangannya.
"Nama Nona siapa?" Oma Lisa membuka suaranya.
"Saya Jeanny Anastasya, Tante."
"Jeanny, nama yang bagus," ucap Obut Lisa.
Percakapan mereka terhenti sejenak, saat dua orang pelayan datang dengan membawa minuman dan cemilan.
"Apa Nona Jeanny sudah menikah dan memiliki anak?" tanya Obut to the point.
Hah...!" mulut dan mata Jeanny terbuka lebar.
"Jangan salah paham dengan pertanyaan saya ini, karena saya heran. Kenapa cucu saya bisa akrab dengan Nona Jeanny, mungkin karena aura keibuan Nona Jeanny yang membuat cucu saya menyukai anda," ujar Obut Lisa.
"Apa Nona Jeanny sudah memiliki anak?" tanya Obut Lisa kembali.
"Saya masih sendiri, dan baru diputuskan tadi di taman," ujar Jeanny dengan raut wajah dan suara yang sedih, karena mengingat apa yang baru saja dialaminya.
"Bagus...!" seru Obut Lisa sambil menepuk-nepuk pahanya dengan semangat, kacamata yang bertengger di atas hidungnya, menghiasi matanya sampai melorot. Karena Obut Lisa tertawa sampai kepalanya bergoyang-goyang.
Jeanny kaget, mendengar ucapan Obut Lisa. Mata Jeanny bulat, mulut ternganga karena kaget. Begitu mendengar ucapan Obut Lisa. Alma juga kaget, matanya mendelik menatap sang mertua.
"Mama....!" tegur Alma, pada Gracia. Sang mertua.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
opie kayla
kan td minta anak 🤣🤣🤣
2023-09-06
0
Iin Karmini
senang d atas penderitaan orang nih obut...
2023-08-05
0
Windarti08
belum Pemilu Jean... jadi belum dicoblos 😂😂😂
2023-07-26
1