Happy Reading guys...
***
Kenny POV
"Mrs?" tanya Sarah saat aku hanya bengong sejak keluar dari restroan 30 menit lalu di mobil.
"Sarah..."
"Yes, Mrs?"
"Siapa tuan mu?"
5 detik, 10 detik, 15 detik...
"Mr. Scout"
"Baiklah, artinya kau akan memberi tahu soal tadi?"
"Aku hanya berbicara jika di tanya, Mrs"
"Ku harap, Scout tidak bertanya"
"Jadi ke mana anda ingin pergi, Mrs?"
"Aku berpikir untuk melarikan diri dari kota ini, pergi ke luar negeri, ke tempat terpencil, Swiss misalnya, memulai hidup baru tanpa cinta."
"Hidup terlalu berat jika di lalui tanpa cinta, Mrs."
Aku mengangkat sebelah alisku, menunjukkan keherananku atas ucapan Sarah. Bisa juga dia berkata manis seperti itu.
"Termakasih, Sarah"
"So, Mrs?"
Aku terkekeh saat Sarah mendesakku lagi.
"Kita pulang saja"
"Yes, Mrs"
****
Scout POV
Aku kesal saat harus menyianyiakan waktu akhir pekanku ke tempat ini. Club ini benar-benar terkutuk dan baunya menjijikkan.
"Scout.." ucap Jenn padaku.
"Apa?"
"Kau tidak menginap di tempatku?"
"Tidak Jenn, sudahlah. Aku harus pulang"
"Temani aku sebentar lagi." dia lalu memeluk lenganku.
"Jenn, aku bersumpah akan mematahkan tanganmu jika kau tidak melepaskannya"
"You do not." ucap nya lagi menantangku.
"Aku kemari hanya karena doktermu berkata kau dalam masalah."
"Kau peduli padaku."
"Jenn... Jangan memancingku lepas kendali." geramku padanya dan Jenn segera melepas lenganku dan aku bangkit berdiri.
"Kau berubah menjadi membosankan yah sejak ada istrimu." dia tau kelemahanku. Kalau bukan karena ayahnya, aku akan mematahkan lengannya dengan senang hati.
"Bukan urusanmu."
"Biasanya kau selalu datang ke apartemen kita, apa wanita tu akhirnya sudah bisa memuaskanmu?"
Apartemen kita?!
"Kau gila, aku akan pulang." saat aku berbalik, Jenn memeluk diriku, menahanku, melingkarkan tangannya di sekitarku. Aku benci drama seperti ini.
"Scout, cepat atau lambat seseorang yang hadir akan pergi." aku bisa membayangkan seringainya di belakangku.
"Persetan, Jenn... Andai kau bukan putri mendiang ayahmu, aku sudah mematahkan lehermu saat ini juga"
"Kau mengancam saja, aku teransang."
Dengan sekali gerakan aku segera melepaskan diri dari pelukan Jenn dan mendorong tubuhnya ke sofa, segera dia meringis kesakitan.Aku menunduk di depan wajahnya dan menopang tubuhku dengan lenganku di badan sofa.
"Jenn.. Kuperingatkan kau sekali lagi, jangan coba-coba cari masalah dan memanggilku lagi."
Dengan itu aku segera bangkit berdiri dan meludah di depannya. Aku membalikkan badanku dan segera pergi dan mendengar suara terkekeh Jenn dibelakangku. Persetan Jennifer... Persetan. Entah mengapa aku merasa dia akan jadi ancaman suatu saat.
***
Hari sudah gelap saat aku memasuki pekarangan rumah.Aku keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah, dan segera masuk ke dalam kamar. Kenny sedang melihat siaran TV, duduk di sofa, untuk beberapa hal kecil seperti ini aku senang. Dulu dia bahkan tak selera melakukan apa pun.
"Hai." sapaku dan dia mengangkat alis. Tanda keheranannya.
"Hai..."
"Kau sudah makan?" aku bergabung duduk di sofa, dengan tetap mencari jarak aman. Wangi sabun dari tubuhn Kenny menyeruak begitu manis dan.... Errrr... Memabukkan.
"Kenapa kau senyum?" tanyanya
Heh?
"Apa?" tanyaku balik
"Lupakan"
"Kemana saja kau hari ini?" tanyaku antusias.
"Hanya makan siang di luar di Manhattan Tower."
"Well...."
Dia menatapku dengan tatapan polosnya lalu mengalihkan pandangan ke televisi
"Bagaimana denganmu?" Yah Tuhan.. Dia bertanya kembali.
"Aku bertemu teman lama." tak mungkin aku membicarakan Jenn di sini.
"Oh.."
Lalu bunyi ponsel terdengar nyaring dalam kamar. Itu bukan nada dering ponselku dan.... Well. Ponsel Kenny. Peringatakan keras berbunyi dalam pikiranku. Siapa? Dia bahkan tidak punya teman.
Dia buru-buru bangkit dari tempat tidur dan mengambil ponsel di meja kecil samping tempat tidur.
Aku tidak berusaha membalikkan badan, aku tau dia mematikan ponselnya. Peringatan keras memenuhi pikiranku, menamparku, dan mengatakan aku harus segera memeriksanya.
Lalu dia kembali duduk, tenang dan terlampau tenang. Aku bisa merasakan euforia berganti di tempat ini.
"Siapa?" tanyaku berusaha ramah, namun tidak bisa. Suaraku tegang dan dingin.
Aku menatapnya dan dia menatapku kembali.
"Hanya panggilan dari sales-sales perawatan kecantikan. Baru-baru ini aku berlangganan" suaranya mantap, tegas, dan tanpa keraguan. Tapi matamu berbohong Ken. Kalau orang baru kenal mungkin akan percaya, tapi tidak denganku, pupilnya membesar, pertanda jantungnya berdetak keras saat ini.
"Baguslah jika begitu" ucapku.
Lalu kami diam. Hanya televisi yang ribut, mengoceh mulai tadi. Sangat lama dan lama.
"Apa yang kau inginkan, Scout?" kami berdua tetap memandang ke depan. Tak menoleh.
"Tidak ada, kenapa tiba-tiba bertanya?"
"Sudah dua bulan kau bersikap seperti bukan Scout. Apa yang kau rencanakan?"
"Apa?" aku bertanya dengan nada mencemooh. Ken selalu bisa membuatku hilang kendali. Padahal belakangan ini aku selalu menahan amarahku. Tapi, makhluk yang satu ini selalu bisa mengguncang amarah dalam diriku.
"Yah..."
"Kau tau apa mauku?" lalu aku bangkit, lalu mendekat padanya, menunduk, menghimpit tubuhnya dengan tubuhku dan sofa
Matanya menatapku lantang, berusaha tidak takut, berusaha tidak gentar. Dadanya naik turun dengan manis. Bibirnya yang indah terbuka sedikit, menghembuskan nafas adrenalin dari dia.
Aku tau dia takut, tapi dia berusaha tidak takut. Padahal bukan ini yang ku inginkan. Bukan tatapan waspada seperti itu yang ku mau. Lama aku tidak menyentuhnya, wanita-wanita di club itu tidak bisa dibandingkan dengan tubuh Ken, hanya dia yang bisa memuaskan, hanya dia seorang.
Aku menelusuri wajahnya dengan jemariku. Lembut dan sangat hati-hati. Aku merasakan tubuhku menegang di bawah, memberi getaran pada diriku. Getaran yang hanya kurasakan hanya dengan menyentuhnya.
Aku mengambil beberapa helai rambut Ken, aku mencium wanginya, merasakan surgawi sebenarnya untukku. Hanya mencium aromanya sudah membuatku pusing oleh gairah.
"Ken.... Aku menginginkanmu, izinkan aku menyentuhmu" ucapku dengan suara memohon. Benar-benar memohon. Namun matanya hanya menatapku terkejut. Tatapan tidak percaya. Tentu saja dia tidak mau di sentuh orang mahluk sepertiku.
'Jangan paksakan kehendakmu jika dia tidak bersedia'
Aku segera tersadar saat mengingat perkataan seseorang yang sok bijak padaku. Aku benci mengakui, tapi aku mendengarkan perkataan si sok bijak itu.Aku bisa saja bercinta dengan Ken tanpa harus meminta izinnya. Tapi aku tidak mau merusak apa yang sudah ku bangun karna kebodohanku.
Aku mendekatkan wajahku pada Ken, aku mengecup keningnya dengan lembut. Sangat lama, hingga kurasa bibirku akan membekas di sana. Haha. Aku berharap dengan mengecup keningnya saja, aku bisa terpuaskan. Tapi mana ada hal bodoh seperti itu di dunia ini.
"Aku akan mandi, tidurlah. Selamat malam, Ken." ucapku mengelus rambutnya lembut. Dengan itu aku segera bangkit. Dan tersenyum menggelikan, mengingat si tua sok bijak itu. Aku melakukan apa yang kau bilang, pak tua.
****
Thank you gais. XOXO
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Nina Melati
Sepertinya ini org agak masalah ya kejiwaannya, msh penasaran knpa bisa jdi suami Kenny
2022-11-23
0
dewi
ooooo.... Scout ketemu sang pencerah ternyata.... 😂😂😂😂 pantas sikapx jadi lemah lembut...
2022-03-30
0
razzz
jgn2 itu pak tua yg nabrak mobil Kenny?
2022-03-09
0