"Apa-apaan temen kamu?! sok kegantengan banget! padahal gantengan juga Bryan, cih."
"Tapi temen aku populer loh di kampus, kak. Banyak yang ngantri buat deket sama Cakra."
Tidak bermaksud apa-apa, Cakra teman Juan memang lumayan populer di kampus mereka.
Cakra anak basket, banyak yang memuji Cakra dan mengatakan Cakra keren. Kadang Juan iri karena Cakra yang disukai oleh banyak orang.
Nadira yang sedang menyetir menoleh sekilas pada Juan. "Kamu juga suka sama dia, huh?"
"Ngaco! aku masih suka cewek." seru Juan.
"Oh ya? siapa cewek yang kamu suka?" Nadira memutar kemudinya saat melewati pertigaan.
"Kakak." Jawab Juan. Kebetulan sekali lampu lalu lintas merah, dan mobil Nadira berhenti.
Nadira kembali menoleh kearah Juan, kali ini tatapannya tertuju sepenuhnya pada pemuda yang belum dua puluh empat jam dikenalnya.
"Kata kak Richo, kalo jantung aku berdetak di dekat cewek, itu artinya aku suka sama dia."
Nadira bukan tidak percaya cinta pandangan pertama, tapi Nadira memang tidak percaya cinta dan belum pernah mencintai seseorang.
Lagipula, Juan hanya mengatakan suka. Dan perasaan suka sangat berbeda dengan cinta.
"Siapa kak Richo?" Nadira sengaja bertanya hal lain untuk mengalihkan pembicaraan.
"Kakakku." jawab Juan menatap mata Nadira.
Nadira mengalihkan tatapannya dan kembali mengemudi karena mendengar suara klakson. Yang memberitahu bahwa lampu sudah hijau.
Tidak ada obrolan lagi setelahnya, Juan tidak memiliki apapun untuk dibicarakan sementara Nadira terlihat fokus mengendarai mobilnya.
Nadira menarik sudut bibirnya melihat Juan ketiduran di mobilnya. Pantas Nadira tidak mendengar Juan bicara selama perjalanan.
Tampan. Kata yang mendeskripsikan pemuda yang tidak sengaja Nadira temukan ini. Entah apa yang terjadi kalau Nadira tidak menolong Juan dan meninggalkannya sendirian di cafe.
"Kita udah sampe. Ayo bangun, nanti tidur lagi di kamar." Nadira menepuk pelan lengan Juan.
"Kebo banget." Juan tidak terusik sama sekali meskipun Nadira sudah lebih keras menepuk lengannya. Sampai ada yang mengetuk pintu kaca mobil pun, Juan enggan membuka mata.
Nadira menghela nafas dan menutunkan kaca mobilnya. "Pak, bocah ini tidur pulas di mobil."
Yang dipanggil bapak melihat pada Juan yang tertidur di mobil. "Mau saya bantu gendong ke dalam?" tawarnya meskipun tidak yakin bisa.
Tinggi Juan mencapai seratus delapan puluh senti meter. Sementara satpam Nadira sudah tua dan postur tubuhnya lebih kecil dari Juan.
"Tolong bangunkan saja, saya masuk duluan." Nadira kemudian keluar dari mobilnya, dan menyerahkan kunci mobil pada satpam itu.
Nadira langsung merebahkan dirinya di kasur saat tiba di kamar. Hanya makan diluar, tapi entah kenapa Nadira merasa lelah sekarang.
"Masih bocah kelakukan udah kayak om-om."
Nadira kesal mengingat teman Juan, apalagi tadi teman Juan sempat membelai wajahnya.
"Dia gak tahu apa kalo gue udah tante-tante?"
Disaat Nadira sedang sibuk dengan pikirannya, tiba - tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"Kak, ini aku." Rupanya Juan sudah bangun.
"Iya, sebentar." Nadira bangun dan berjalan kearah pintu. "sudah bangun? ada apa hm?"
"Kenapa kakak ninggalin aku?" protes Juan.
Nadira hanya meninggalkan Juan di mobil, kenapa reaksi Juan berlebihan seperti ini.
"Ya, maaf. Salah sendiri susah dibangunin." Nadira membela diri karena merasa tidak melakukan kesalahan apapun pada Juan. Hanya meninggalkan Juan di mobil dan itu juga karena Juan susah dibangunkan.
"Iya deh. Sekarang aku mau lanjut tidur." Juan dengan santainya menerobos masuk ke dalam kamar Nadira tanpa permisi pada pemiliknya.
Nadira menjatuhkan rahangnya dan spontan memutar tubuhnya melihat Juan berbaring di ranjangnya. Nadira benar-benar tidak percaya dengan kelakuan ajaib pemuda jangkung itu.
"Heh! kamar kamu disebelah!" tegur nya. Tapi Juan sama sekali tidak mendengarkan Nadira.
"Astaga, bocah ini." Nadira memijat pelipisnya.
"Cepat banget lagi tidurnya." monolog Nadira.
Baiklah, Nadira akan membiarkan Juan tidur di kamarnya malam ini. Karena tidak mungkin Nadira memindahkan Juan ke kamar sebelah.
"Untung gue bukan tante-tante haus belaian."
Nadira menutup kembali pintu kamarnya, dan mendekati tempat Juan tertidur. "jangan gini deket cewek lain, takutnya perjaka lo hilang."
Nadira menarik selimut sampai menutupi sebagian tubuh Juan. Kemudian mengitari ranjang dan duduk disamping Juan. Entah kenapa rasa lelah Nadira hilang begitu saja.
Nadira mengambil laptopnya yang terletak diatas meja nakas. Saat laptop itu menyala, terlihat wajah Bryan yang dijadikan wallpaper.
Nadira berniat mencari video Bryan di sebuah aplikasi yang biasa digunakan orang - orang untuk memposting berbagai macam video.
"Ternyata belum ada postingan baru." Nadira sedikit kecewa, tapi dia tetap menonton video lama Bryan. Beginilah cara Nadira fangirling ketika Bryan sedang menjalani wajib militer.
Tidak perlu sedih hanya karena idola sedang menjalani wajib militer. Justru Nadira bangga karena Bryan masih memenuhi kewajibannya sebagai warga yang baik di negara asalnya.
"Baiklah, ayo bergadang malam ini." serunya pada diri sendiri. Nadira bahkan melupakan tentang Juan yang sedang tidur di kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments