Zareema menahan langkah Aisyah yang sedang mendorong kursi roda Nikita menuju kantin untuk makan dan istirahat setelah belajar.
"Hei, Aisyah. Jangan mentang-mentang kamu anak kepala suku di sini ya, kamu jadi ngelunjak!" ujar gadis itu dengan mata melotot marah. Aisyah yang tidak tahu menahu apa yang terjadi pada Zareema langsung menghentikan langkahnya.
"Aku tidak mengerti maksudmu. Bisakah kamu bicara dengan jelas?" jawab Aisyah lantang. Ia sedikit mendorong kursi roda Nikita ke tempat yang lebih sepi agar tidak ada orang lain yang melihat perdebatan mereka.
"Kamu berani menggoda orang asing yang kita tidak tahu asal-usulnya." Zareema mendelik kesal.
"Menggoda apa maksudmu? Dan siapa orang asing itu?"
"Itu, ayah dari anak yang sedang kamu coba ambil perhatiannya supaya daddy-nya suka padamu kan?" tuduh Zareema dengan senyum miringnya.
"Astagfirullah, jaga mulutmu ya." ucap Aisyah sembari menutup mulutnya. Ia tak menyangka kedekatannya dengan Nikita malah disalah artikan oleh orang lain. Ia memang suka dan terpesona dengan ketampanan Alexander, tapi ia tidak pernah berniat memanfaatkan rasa sayangnya pada Nikita untuk menarik perhatian pria berhati dingin itu. Tidak akan pernah, ia masih mempunyai harga diri.
"Nikita, ayo sayang kita makan siang dulu." Aisyah mendorong kursi roda Nikita agar segera menjauh dari gadis yang bertugas sebagai staf administrasi di sekolah itu. Ia tak mau Nikita mendengar kata-kata yang tidak layak ia dengar, baik tentang Daddy nya maupun tentang dirinya sendiri.
"Berhenti kamu, Aisyah!" teriak Zareema lagi. Aisyah terpaksa berhenti dan menoleh kebelakang, memandang gadis itu dengan pandangan tak biasa.
"Kita akan membicarakan ini setelah pulang sekolah." ujarnya dengan geram. Ia akan memberikan pelajaran norma kesopanan pada gadis tak beradab itu. Ia belum tahu saja siapa ia sebenarnya.
"Jangan pedulikan orang itu sayang, sepertinya ia lupa minum obatnya." bisik Aisyah dikuping Nikita agar anak itu tidak takut atau berpikir macam-macam. "Apa ia sakit kak?" tanya Nikita polos. Aisyah tersenyum samar lalu menaruh jari telunjuk di keningnya dalam posisi miring. Nikita mengangguk paham. Ia tidak peduli dengan perdebatan orang dewasa itu, ia hanya lapar dan ingin makan bekal yang dibuatkan daddy-nya.
Zareema menggeram kesal karena Aisyah mengabaikannya.
Setelah melewati koridor yang tidak begitu panjang. Kursi roda Nikita memasuki sebuah tempat yang dipenuhi oleh siswa cilik macam dirinya. Kantin dibagi sesuai tingkat kelas setiap siswa sehingga tidak terlalu ramai dan mereka bisa makan dan minum dengan nyaman.
Nikita mulai membuka kotak makannya yang ternyata berisi Pirizhki, sajian roti isi. Yang dibuat dengan mengisi adonan dengan isian daging cincang, kentang, keju, dan telur.
Selain bergizi, dari bahan-bahannya saja sudah terlihat sangat mengenyangkan.
"Kakak mau coba buatan daddyku?" tanya Nikita karena melihat Aisyah begitu terpana akan isi kotak bekal yang dihias begitu indah.
"Ternyata pria dingin itu punya rasa seni juga. Hem." gumam Aisyah tanpa sadar. Nikita jadi tersenyum dibuatnya.
"Kakak?" Nikita menyentuh lengan Aisyah yang sedang melamun.
"Ah, iya. Kamu makan saja sayang, aku takut sama Daddy mu kalo aku ikut menyicipinya." ujar Aisyah sembari meminum susu kotak yang ia ambil tadi di counter depan kantin.
"Aku tidak akan mengadu pada Daddy kak," ucap Nikita dengan menyodorkan sepotong roti Pirizhkinya.
"Nikita sayang, makan saja dulu. kamu itu butuh makan yang banyak untuk pertumbuhanmu." Aisyah menolak pemberian Nikita dengan halus.
"Jangan menyesal ya kak, karena daddyku akan mengganti menunya setiap hari." ujar Nikita kemudian menyuapkan potongan roti itu ke dalam mulutnya.
"Kamu tidak baca doa dulu sayang?" Aisyah menginginkan anak itu tentang pelajaran yang ia ajarkan tadi di kelas Nikita tentang kebaikan membaca doa sebelum makan.
"Maaf, kak. Aku lupa." Nikita pun mulai membaca doa setelah dituntun oleh Aisyah. Maklum ini hari pertama ia mempelajari doa itu jadi ia masih sering lupa.
"Nah,silahkan dinikmati. Semoga makanan buatan Daddy menyehatkan tubuh Niki, okey?" Aisyah tersenyum senang. Nikita anak yang cerdas dan cepat beradaptasi.
Alexander datang tepat jam 12.00 saat waktu pulang sekolah. Ia tak ingin datang lebih cepat karena pengalamannya kemarin di sekolah itu ketika datang mendaftarkan Nikita. Ia dikerubuti oleh Ibu-ibu yang sedang menunggui anak mereka di tempat yang telah disediakan.
Ada yang sengaja menebar pesona didepannya dengan berbasa-basi yang cukup membosankan baginya.
"Daddy!" ujar Nikita senang saat melihat Alexander berdiri di depan pintu gerbang dengan mantelnya yang cukup tebal dan kacamata hitam yang bertengger manis di hidungnya yang mancung. Aisyah yang sedang mendorong kursi roda Nikita menuju gerbang merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia merasa sedang melihat seorang pangeran yang sangat tampan baru turun dari langit.
"Nikita, bagaimana harimu sayang?" sapa Alex pada putrinya dan langsung menggendongnya ke atas mobil pick up second yang baru ia beli di sebuah dialer khusus alat transportasi bekas pakai. Ia membutuhkan mobil itu untuk mengantar dan menjemput Nikita.
"Great! dad. Hari ini menyenangkan.' celoteh Nikita yang sudah duduk manis di jok depan di samping supir.
"Terima kasih." ujar Alexander pada Aisyah yang sedang menyerahkan kursi roda Nikita padanya kemudian ia sendiri menyimpannya di bak belakang.
Aisyah tidak menjawab hanya menampilkan senyum tipis. Menit berikutnya mobil itu berlalu dari hadapan Aisyah.
Gadis berkerudung warna pastel itu berbalik ke dalam lingkungan sekolah. Ia ingin menemui Zareema dan akan membuat perhitungan dengan gadis itu.
"Desa ini tidak begitu luas Aisyah, sayang. Berhentilah berpura-pura kalau kamu tidak menyukai daddy-nya Nikita." ujar Zareema sarkas.
"Semua orang tahu apa yang kamu lakukan sejak pria asing itu tinggal di rumah paman." ujar Zareema lagi dengan wajah yang cukup menyebalkan.
"Trus, kalo aku benar-benar suka sama Alexander, apa pedulimu, hah?" tanya Aisyah yang sudah muak dengan kata-kata Zareema. Ia langsung mencekal tangan gadis itu dan memutarnya ke belakang.
"Awww, lepaskan aku gadis bar-bar. Aku heran kenapa Kakakku Azzam malah suka padamu yang sangat tidak beradab ini." Aisyah langsung melepaskan cekalan tangannya dan mendorong tubuh gadis itu hingga terjerembab ke lantai koridor sekolah yang sudah sepi.
"Mohon maaf, aku ingin mengambil kotak makan siang Nikita. Ia melupakannya tadi." ujar Alexander yang ternyata ada di tempat itu entah sejak kapan. Tubuh Aisya langsung membeku. Ia menolak membayangkan apa yang ada dalam pikiran Alexander jika melihat keseluruhan adegan tadi.
"Ah, iya sebentar saya akan mencari kotak makan itu di kelasnya." ujar Aisyah gugup dan segera berlari ke arah kelas Nikita yang untungnya belum terkunci.
"Tuan lihat apa yang ia lakukan padaku?" tanya Zareema mencibir. "Ia sebentar lagi akan menjadi istri kepala sekolah ini tetapi tingkahnya masih sangat kekanak-kanakan." lanjut Zareema sembari memperhatikan reaksi Alexander. Tak ada reaksi yang bisa ia tangkap dari duda keren itu. Hatinya bersorak bahagia. Ternyata rasa Aisyah tak berbalas. Ia bisa saja mempunyai kesempatan mendapatkan hati sang duda yang sayangnya sangat tampan itu.
---Bersambung---
Mana dukungannya nih para readers tersayang.
Like, dan komentar ya gaess
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Wiwin Wiwin
azzam nama anak ku
thoorr
2022-10-22
1
may22
🤭🤣🤣
2022-08-19
0
may22
sotoy nih zareema
2022-08-19
0