...Happy Reading...
Otak Gemintang seolah sudah ruwet, tidak bisa menyelesaikan apapun hari ini, dia hanya mengotak-atik laptopnya saja tanpa hasil apapun.
" Wah... ngopi enak kayaknya ini."
Akhirnya Gemintang memilih melenggangkan kakinya menuju area kantin perusahaan, sekalian dia mau melihat-lihat keadaan disekitar, karena sudah lama dia tidak jalan-jalan keliling kantornya, biasanya dia hanya langsung menuju ruangan William saja, itupun sebulan sekali belum pasti.
" Astaga... aku lupa bawa dompet? mana ada diruangan ahli Neraka itu lagi, huh... malasnya aku harus melihat dia lagi, dia lagi."
" Tuhan... berilah hambamu kesabaran, huft... hilang sudah kesaktianku kali ini."
Dengan terpaksa dia kembali naik keatas dan menuju ke ruangan suaminya.
" Kok sepi sih? sekertarisnya juga nggak ada." Gemintang menoleh ke kanan dan ke kiri.
Akhirnya dia memilih masuk kedalam ruangan suaminya saja dan tanpa bersuara.
Kemana dia? apa mereka lagi meeting ya?
" Bodo amatlah, malah bagus nggak harus lihat dia." Umpatnya perlahan dan ingin mengambil tas yang tertinggal diatas sofa diruangan suaminya.
Namun saat Gemintang ingin keluar ruangan dia seolah mendengar suara orang berbicara, namun tidak terlalu jelas.
Akhirnya Gemintang mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana, dia perhatikan kembali seluk beluk ruangan itu, hingga dia menemukan almari yang berisikan tumpukan file-file, namun ada celah ditengah-tengahnya.
Pikirannya mulai kalut, jantungnya kembali berdetak lebih kencang, entah mengapa firasatnya langsung merasa tidak enak.
" Bebih... aku kangen."
Astaga... itu kan Farah, ya Tuhan... sejak kapan ada ruangan disini? ternyata merekapun melakukannya di kantor? masih jam kerja seperti ini? mereka berdua memang benar-benar seperti Binatang, melakukan hal seperti itu tidak tahu tempat.
Walau tangan mulai gemetaran, Gemintang mengeluarkan ponselnya dan mulai merekamnya, walau dia tidak kuasa untuk melihat secara langsung, yang terpenting camera ponselnya mengarah kesana.
Dengan sekuat hati dia menahan tangisannya agar tidak terdengar dari dalam sana, dia sengaja membungkam mulutnya sendiri dengan satu tangan.
" Aku juga.. emm... beb kamu merasa ada yang aneh tidak dengan Gemintang?"
William sedang berada dalam posisi memangkv tubuh Farah dihadapannya dan Farah merangkul lehernya dengan mesra.
" Aneh kenapa beb?" Farah mengusap-usap kepala William dengan senyum penuh godaan.
" Apa dia mulai curiga dengan kita?" Tanya William dengan tangannya yang mulai gentayangan kemana-mana.
" Maksudnya?" Farah seolah tidak merasa curiga dengan apapun.
" Dia seperti tidak mau aku sentuh? bahkan tadi malam dia nyuekin aku?" William seolah mengadu dan itu membuat Farah merasa cemburu.
" Ckk... ngapain ngomongin itu didepanku?" Farah seolah merajuk dan tidak terima.
" Bukan begitu beb, cuma dia aneh saja, biasanya dia itu agresif, kok akhir-akhir ini dia kayak menghindar terus dariku." William merasakan ada yang janggal dengan istrinya.
" Bebih... apa selama tiga tahun ini kamu tidak pvas dengan pelayananku?" Farah mulai membuka dasi dan kancing kemeja William.
" Tentu, sangat pvas, kamu selalu membuatku terbang ke nirwana, tapi aku takut jika Gemintang tahu akan hal ini." William merasa gelisah, entah mengapa dia merasa takut kehilangan istrinya semenjak dia mulai berubah.
" Bebih... walau dia istrimu, kalau kamu butuh itu, kamu bisa mencariku anytime... so, tak usah pedulikan istrimu!" Dia ingin membuka kemeja William saat itu.
" Jangan dibuka." William kembali mengancingkan bajunya.
" Kenapa? apa kamu menolakku?" Farah mulai bertingkah gila.
" Gemintang ada di ruangan ujung sana, nanti kalau dia tiba-tiba kemari kelamaan aku benerinnya."
" Jadi kamu tidak butuh aku hari ini?"
" Kita bisa melakukannya dirumah, tengah malam nanti, aku akan ke kamarmu, okey?"
" Tapi aku mau sekarang?"
Farah bertingkah sok manja, seperti anak kecil yang minta jajan.
" Tapi nanti--" William ingin menolaknya namun Farah langsung menerjangnya.
" Aku tidak perduli, kita lakukan dengan cepat!"
Farah yang hanya menggunakan gaun diatas lutut dengan mudahnya melakukan aksinya.
" Jangan lama-lama ya?"
Ternyata si kucing garong pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, dia tinggal membuka resleting celan@nya saja dan Farahlah yang memimpin permainan fanas itu.
Mereka melakukan hal yang tidak halal itu sambil duduk, dengan saling memelvk dan menyalurk@n keinginan mereka masing-masing.
" Emh... Farah... kamu hebat sekali."
William sudah melayang-layang sampai lupa daratan.
" Hmm... bebih!"
Farah yang haus akan hal itu karena LDR pun semakin menggila, seperti orang yang kesetan@n. Hingga terdengar lengvh@n panjang secara bersamaan beberapa menit kemudian.
" Astagfirulloh... astagfirulloh..."
Gemintang memukul dadaanya berulang kali, karena terlalu sesak saat mendengar suara-suara itu untuk kedua kalinya.
Setelah Gemintang fikir adegan yang dia rekam itu sudah cukup, dia langsung menyimpan ponselnya kedalam tas dan berlalu pergi dari sana.
Raut wajahnya sudah tidak bisa digambarkan lagi, segala rasa kesakitan ada padanya kali ini, kakinya bahkan terasa sulit untuk melangkah, namun dia mencoba untuk mencari pegangan.
Dia berjalan tertatih-tatih dengan tangan berpegangan pada dinding tembok gedung itu, hingga akhirnya dia sampai didepan lift.
Dia usap wajahnya dengan kasar, dia hirup udara disekelilingnya banyak-banyak, berharap dia bisa keluar dari gedung itu secepatnya.
Karena masih jam kerja, para karyawan masih sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing dan tidak terlalu memperhatikan saat Gemintang keluar dari sana dengan terburu-buru hingga dia sampai didepan gedung.
Tak lama kemudian ponselnya berbunyi, ternyata ada pesan masuk yang berisikan alamat kantor Sabrina dan data diri pimpinan perusahaannya.
Dengan setengah berlari dia menuju jalan raya dan mencari taksi disana, lalu pergi menuju perusahaan dimana Sabrina bekerja.
Sepanjang perjalanan didalam taksipun, tangisan Gemintang tidak berhenti, sampai sang sopir taksipun menjadi kebingungan sendiri dan hanya mampu memberikan dia tissu.
" Sudah sampai neng." Ucap sopir taksi itu setelah beberapa menit kemudian.
" Terima kasih ya pak, ini uang kembaliannya buat bapak saja."
" Tapi ini terlalu banyak neng?"
" Tidak apa-apa, itu rejeki bapak, maaf saya sudah banyak menghabiskan tissu bapak."
" Tidak papa neng, terima kasih banyak yaa, yang sabar ya neng, badai pasti berlalu, percaya saja Alloh selalu bersama orang-orang yang sabar, semoga eneng cepat dapat gantinya."
Seolah sang supir taksi itu tahu apa yang terjadi pada diri Gemintang, sopir itu sudah menebak, pasti gadis itu sedang patah hati, karena biasanya situasi seperti itu penyebabnya adalah masalah hati.
" Amin, makasih banyak atas doa nya ya pak?" Gemintang malah jadi malu sendiri.
Namun bukannya doa yang baik harus diamini, siapa tahu malah di ijabah, doa yang baik berasal dari siapapun, tak pandang bulu, tak pandang kasta, asal tulus dari dalam hati suatu saat nanti pasti akan dikabulkan.
..."Jenis luka terburuk adalah pengkhianatan, karena itu berarti seseorang bersedia menyakitimu, hanya untuk membuat diri mereka merasa lebih baik."...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
gemintang aku mendukungmu 🤣🤣🤣
2023-10-14
0
Mega
perempuannya si gemintang yg lemah,udh tau jelas msh diem aja,,,,
2022-08-15
0
gracerinny ☘️
ya ampunnn...apa yg dicari william?
kenyamanan ato kepuasan ?
2022-07-28
0