...Happy Reading...
Saat aku merajuk, suamiku selalu tahu caranya membujuk, tak ada kemarahan dari wajah tampannya, dia bahkan tersenyum dengan manisnya sambil berjalan mendekatiku.
Bagaimana aku bisa marah dengannya coba? sudah tampan nggak pernah marah, selalu perhatian, apalagi sampai main tangan tidak pernah sekalipun dia kasar denganku.
" Ehermm... kenapa malam ini bulannya nggak ada muncul dilangit ya?" Dia malah membuka tirai kamar kami saat aku menghindar dari dekapannya.
" Bodo amat!" Ucapku dengan ketus.
" Owh... ternyata bulannya sembunyi disini."
Dia langsung mengangkat tubuhku dan menggendongku didepan, layaknya membujuk anak kecil yang sedang merajuk.
" Mbak-mbak seksih di Bar tadi, tidak seberapa dibanding dengan istriku yang cantik ini, istriku lebih seksi, lebih menawan hati, dan selalu bisa membuat aku semakin cinta dengannya."
" Seberapa banyak wanita cantik diluar sana, tetap kamu pilihanku dan cuma kamu tempat aku untuk pulang." Ucapnya lagi.
Kata-kata suamiku selalu terasa adem ditelingaku, entah mengapa aku selalu tersenyum jika dia sudah mulai menggombaliku seperti itu.
" Gitu dong senyum... jadi tambah bersinar kan istri kesayangan aku ini." Dia langsung menoel hidung mancungku.
" Mas jelek!" Umpatku dengan kesal masih didalam gendongannya.
" Nggak papa jelek, yang penting kamu tetep cantik."
" Aku benci mas." Umpatku kembali.
" Nggak masalah, asalkan kamu tetap istri mas dan selalu ada buat mas."
" Ckk... dasar mas nyebelin!"
Akhirnya aku langsung memeluk lehernya dan menyandarkan kepalaku dibahunya, kalau sudah seperti itu apalagi yang akan dilakukan oleh sepasang suami istri didalam kamar.
Dengan sigap dia langsung kembali membanting tubuhku di kasur king size milik kami dan langsung menindih tubuhku, nafasnya pun sudah memburu, keinginan yang sedari tadi dia jeda karena harus makan dan mandi kembali muncul, bahkan lebih menggebv.
Bibiir kamipun kembali saling memagvt, tidak ada paksaan, penuh dengan kelembutan dan belaian tangannya selalu mampu membuatku melayang-layang.
" Aku sayang kamu, jadi jangan pernah meragukanku." Disela-sela aksi pemanasannya dia mengajak kami saling mengobrol.
" Maafkan aku mas, aku cuma takut kehilangan kamu." Karena memang itu kenyataannya, sedari dulu keinginanku memang selalu terpenuhi, begitu juga saat aku dekat dengannya dan ingin memilikinya, akan aku lakukan cara apapun agar dia menolehku, karena pada awalnya dia menolakku karena tahu siapa aku dan sampai akhirnya dia mau melamarku.
Abangku pun bukan tipe orang pemilih, asal aku bahagia dengan siapapun dia akan mengizinkannya, walau mas William awalnya bukan dari orang berada, karena dia berasal dari kalangan orang biasa tapi berprestasi, namun abang Lewis tidak mempermasalahkan hal itu, dia langsung saja menyetujuinya hanya dengan syarat asal tidak akan menyakiti hatiku.
" Eum.. mas.. pelan-pelan mas."
Entah mengapa saat kami menyatu, semua seolah membara, dia seolah mendayung dengan liar tidak terkendali.
" Maaf sayang... tapi ini... sssh, ini sedap sekali yank."
Walaupun aku melayang dibuatnya, namun sepertinya tubuhku yang kuwalahan, seolah ada syaiton yang merasuki jiwanya.
" Mas... tapi... aku.. emph!"
Sebenarnya aku tidak tahan, tapi aku sekuatnya tetap menahannya saja, karena dia belum keluar walau sekali saja, padahal aku sudah berkali-kali mencapai puncaknya karena ulahnya.
" Sebentar lagi yank... sa... sa.. sabar ya, mas sudah mau sampai."
Sebentar baginya, namun buatku sampai tubuhku dua kali bergetar dan kembali berada di puncak lagi.
Aduuh... aku sudah nggak kuat, kenapa perutku sedikit kram ini? tapi aku tidak mau mengecewakan mas William, dia pasti sudah menahannya sejak dari Bar tadi.
Beberapa menit kemudian, aku semakin melemas, tenagaku seolah habis terkuras, seolah kalori makanan yang aku makan sudah habis tak tersisa.
" Sayang mas sampai... emph!"
Hingga akhirnya suara lengvhan panjang keluar dari bibiirnya, dan itu membuatku sangat lega, tubuhku seolah remuk dibuatnya, entah kenapa malam ini dia ganas sekali, tidak seperti malam-malam biasanya. Hingga akhirnya aku ambruk didalam dekapannya.
" Kamu capek ya sayang... maaf ya? tapi tadi lagi naik-naiknya yank, kalau aku lepas lama lagi buat bisa sampai kesana."
" Hmm... it's okey, yang penting mas seneng."
" Terima kasih sayang."
Dia langsung menghujani aku dengan kecvpan diseluruh wajahku, dan menenggelamkan kepalaku didalam pelukan hangatnya, hingga mentari mulai menampilkan cahayanya.
Namun saat aku terbangun, perutku terasa mulas sekali, jadi aku buru-buru kekamar mandi, namun saat baru buang air kecil, seolah ada sesuatu yang keluar dari tubuhku.
" Mas... mas..."
Aku langsung menjerit ketakutan saat melihat ada gumpalan berwarna merah tua yang ternyata keluar dari tubuhku.
" Kenapa yank... ada apa?"
Mas William langsung berlari ke kamar mandi dan melihat keadaanku walau tanpa memakai sehelai benangpun.
" Owh.. kamu datang bulan? ya sudah nggak papa... kirain kenapa?"
Dia langsung ingin kembali kekamar, namun aku menariknya kembali.
" Bukan mas... ini belum tanggalnya, itu bukan dar@h haid mas." Tanganku langsung terlihat gemetaran, karena aku yakin aku datang bulan biasanya di akhir bulan.
" Trus?"
" Astaga... bulan kemarin aku datang bulan nggak sih mas?" Ketakutan itu mulai menyerangku.
" Ya ampun sayang... kayaknya bulan kemarin setiap malam aku nggak libur deh?" Suamiku mencoba mengingat-ingat kembali.
" Jadi itu... itu... itu apa mas?" Lututku langsung melemas.
Astagfirulloh... apa itu calon anak yang ada dirahimku? kenapa aku tidak menyadarinya jika sudah berisi? trus kenapa bisa keluar? apa karena tadi malam mas Willian terlalu kuat menerjangku ya?
Tanpa terasa air mataku meleleh saat mengamati gumpalan itu.
" Kita kerumah sakit ya, kita cek kesehatan kamu, okey?" Mas William memelukku dengan erat untuk menenangkan aku.
" Kita mandi ya, trus langsung bersiap ke dokter."
Tidak ada pilihan, menyesal pasti ada, tapi semua sudah terjadi.
Benar saja, saat aku diperiksa ternyata memang dar@h tadi adalah calon anak kami, namun mungkin Tuhan berkehendak lain, mungkin belum rejekiku punya anak sekarang.
" Tidak apa-apa, rahimnya masih dalam keadaan bagus kok, kami sudah menanganinya dengan baik."
" Terima kasih dokter."
" Pesan saya, lain kali kalau sedang berhubungan, jangan terlalu semangat sekali ya? turunin lagi ritmenya, nggak usah terlalu terburu-buru juga bisa tetap asyik bukan?" Ledek sang dokter, karena suamiku sempat bercerita aksi fanas kami tadi malam.
" Siap dokter." Jawab Suamiku yang sedikit malu-malu.
Dan setelah itu aku memang belum dianjurkan untuk hamil dulu sementara, kalau tidak mau KB, suamiku dianjurkan menggunakan alat pengaman terlebih dahulu.
Dia sempat tersiksa saat hampir satu bulan tidak menggarapku, padahal setiap berdekatan denganku dia selalu menampilkan wajah mupengnya, aku selalu menawarkan terlebih dahulu, namun dia menolaknya karena ketakutan akan menyakitiku, namun setelah konsultasi dokter, dia jadi lebih tenang, namun tidak lagi meminta jatah setiap malam, hanya beberapa kali dalam seminggu.
Flashback off
Mataku memang terpejam saat ini, namun pikiranku masih melayang ke beberapa tahun silam, apa sejak saat itu dia mulai jajan di kamar kakak iparku? karena aku tahu, keinginan suamiku itu besar, kalau aku datang bulan saja dia sering minta dikeluarkan dengan cara yang lain, tapi semenjak saat aku keguguran, dan libur sebulan lebih, dia tidak meminta aku melakukan hal-hal seperti itu lagi.
Aku sengaja menutup kedua mataku dengan lenganku, agar suamiku yang terlelap disampingku tidak tahu kalau aku sedang menangis, bahkan sebenarnya aku tidak nyaman lagi tidur disini, entah diranjang ini atau di sofa sebelah sana, suamiku tadi melakukan hal gila itu.
..."Cinta adalah perasaan yang aneh! Kau tak paham apa yang sedang terjadi padamu saat kau sedang mengalaminya" ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
😍r4h!n4😍
🤮🤮🤮
2022-07-26
0
😍r4h!n4😍
ternyata suamimu bermulut manis dan suka menggoda.hati² dgn spesis begini
2022-07-26
0
Febiarti Harlenia
se x maniak juga laki ny
2022-07-10
0