setelah itu, Sheina pulang dengan di antar Rizal karena Anggun merengek ingin diantar oleh Kevin.
"boleh ya gue pinjam Kevin, gue pengen ngeliat reaksi kak Kenzo setelah ini, " ucap gadis itu saat mereka berada di parkiran cafe.
Anggun memqng ingin membuktikan bahwa Kenzo benar menyukainya dan tidak hanya sekedar tertarik sesaat.
memang ada-ada saja tingkah gadis itu cara menguji pasangannya
tak lama, mobil yang di tumpangi Rizal dan Sheina sudah sampai di depan rumah Sheina.
"kak, nggak mampir dulu,?" tanya Sheina.
belum sempat, Rizal menjawab, bu Rianti sudah lebih dulu keluar dari rumah bersama seseorang yang membuat Sheina kaget.
"eh, ada nak Rizal ibu kita Sheina pulang sendiri, " ucap bu Rianti tersenyum.
Sheina mendadak gelisah dengan kedatangan pria di depanya.
Rizal yang mengetahui ekspresi tegang Sheina meraih tangan mungil itu, dan menggenggamnya. .dan pemandangan itu, membuat seseorang yang berada di sana sedikit gusar.
"emm, pak bu saya permisi pulang ya, " ucap orang itu berpamitan pada orang tua Sheina. kemudian berlalu begitu saja.
Sheina menghembuskan nafasnya lega karena orang itu sudah pergi.
lalu, mereka semua masuk kedalam rumah dan duduk di ruang keluarga.
"bu, Sheina ganti baju dulu ya " ucapnya seraya beranjak pergi dari sana
setelah berganti baju, Sheina kembali ke ruang keluarga dan bergabung dengan orang tuanya dan juga Rizal.
"kalian makan dulu sana, pasti kalian lapar," ucap bu Rianti.
"enggak bu, kami tadi sudah makan di cafe dekat sekolah, " ucapnya tersenyum. "bu, tadi untuk apa orang itu ada kemaei,? " tanya Sheina sedikit sinis.
membuat bu Rianti dan pak Rayn sedikit terkejut dengan perilaku sang putri.
"Sheina, jangan seperti itu," tegur sang ibu.
"iya Sheina kenapa kamu jadi berubah seperti ini nak, " ucap Pak Rayn menimpali.
Sheina langsung menundukkan kepala karena takut akan kemarahan orang tuanya itu. "maaf, tapi Sheina belum siap jika harus memaafkan dia bu, apalagi tentang kata-katanya yqng menyakitkan bagi Sheina, " ucap Sheina seraya berderai air mata.
membuat kedua orang tuanya tersentak kaget, sesakit itukah rasa yng dialami oleh anak mereka. dan itu, membuat bu Rianti sebagai sang ibu, menjadi sedikit sakit hati.
"dia kesini untuk meminta maaf sayang, dia bilang ia sangat menyesal. ibu tidak tau, jika pria itu menyakitimu begitu dalam, " ucap Bu Rianti seraya ikut menangis.
membuat Sheina juga ikut menangis dan kedua wanita berbeda generasi itu, saling menangis. meluapkan perasaan di dalam dada.
"apa Sheina salah jika Sheina membencinya bu, ? " tanya Sheina seraya mendongak kan kepala menatap sang Ibu.
bu Rianti menggeleng seraya tersenyum menatap sang putri tercintanya. "kamu tidak salah sayang, karena kamu memang masih manusia bukan malaikat, " ucapnya seraya menangkup wajah anaknya dan menghapus air mata Sheina.
"dia meminta maaf karena tau Sheina sudah sembuh bu, jika belum sembuh, Sheina yakin dia tak akan meminta maaf," ucap Sheina yakin.
jangankan meminta maaf, melihat wajahnya saja pasti tidak akan sudi.
"ya sudah kalau begitu, saya pamit ya pak bu, " ucap Rizal beranjak dari duduknya.
"oh iya nak Rizal, hati-hati ya, di jalan," ucap bu Rianti yqng mengantwrkan samoai kedepan pintu.
Rizal hanya mengqngguk seraya tersenyum dan Sheina mengantarkan hingga kedepan rumah.
"makasih ya, kak sudah bantuin aku," ucap Sheina yang kini berada di depan rumahnya.
"makasih untuk apa,? " tanya Rizal yang pura-pura tak mengerti.
membuat Sheina langsung menekuk wajahnya karena nerasa kesal.
membuat Rizal, seketika tertawa karena melihat ekspresi Sheina yang menurutnya sangat lucu.
"iya-ya Sheina, kakak paham kok kalau begitu, kakak pulang dulu ya, assalamualaikum," ucapnya berlalu pergi.
Sheina hanya tersenyum dan kembali kedalam rumahnya.
dan saat ia masuk, terlihat ibu dan bapaknya sedang duduk seraya berbincang-bincang ringan.
"Sheina sini sayang bapak sama ibu mau ngomong.
"iya bu, ada apa,? " tanya Sheina yang kini sudah duduk disebelah orqng tuanya.
"insya'allah bulan depan. jika perkebunan kita berkembang pesat, kota akan pindah ke tempat yang lebih layak sayang, " ucap bu Rianti. dan membuat Sheina tercengang sekaligus bahagia.
"wah, beneran bu, pak, asyik alhamdulillah ya Allah, " ucap Sheina girang.
setelah itu ia dan kedua orangtuanya berbincang-bincang seperti biasa.
🌸🌸🌸
semntara itu di tempat lain, seorang pria tengah duduk termenung di sebuah bangku taman. pandanganya melihat keatas dan menerawang jauh
"dengan cara apa lagi aku meluluhkanmu,? " tanya orang itu dengan ekspresi sedihnya.
tak lama, ponselnyapun berdering. dengan malas, Rian merogoh sakunya dan mengambil ponsel di saku celananyq.
"halo, kenapa,? " tanyanya sedikit ketus.
" weh santai ngapa bro, galak amat, " ucapnya terdengar menggerutu dari seb3rang sana.
"hmm loe dimana, " tanyanya pada lawan bicaranya.
"gue ada di rumah, loe kesini aja kalo mau, " ucapnya.
baik, " ucapnya lagi srraya menutup panggilan di ponselnya.
setrlah memasukan kedalam saku, pria itu segera beranjak dari sana.
lima belas menit kemudian, ia telah sampai di rumah sahabatnya itu. dengan segera, ia masuk kedalam rumah yang memang sudah seperti keluarga keduanya.
"kenapa tuh muka, kusut amat,? " tanya si punya rumah.
"gue lagi galau, " ucapnya seraya menangkup wajahnya.
"Ck. masih mikirin si nenek lampir,? " tanya orang itu membuat Rian memukul lengan pria tersebut.
"enak aja, gue udah move on ya dari dia. gak penting mengingat wanita mura*** seperti dia, " ketus Rian.
membuat Ramon seketika tertawa lepas. "ya, lagian loe di kasih tahu nggak percayaan sih, sekarang aja baru percaya, " ucap Ramon mencibir.
membuat Rian menunduk. memang benar, jika teman-temanya sudah memperingatkan dirinya jika kekasihnya itu tak baik.
namun, dasarnya Rian dableg jadi tak ada yang di dengar perkataan dari teman-temanya.
"dulu kan masih cinta," ucapnya mengelak membuat Ramon mendegus kesal.
ingin sekali, Ramon memukul kepala sahabatnya itu. saking gemasnya.
"dahlah, loe kenapa kusut banget. jangan bilang loe lagi galau mikirin si yang pernah loe hina dulu,?" tanya Ramon seraya menatap sahabatnya itu.
"iya begitulah Mon, gue jadi merasa frustasi. gimana caranya menaklukan sikap dingin dan cueknya itu, " ucap Rian seraya menyandarkan kepalanya di kursi.
"loe udah nemuin orang tuanya,? " tanya Ramon dan di balas anggukan kepala oleh Rian.
Ramon menghela nafas dan memijit pelipisnya yang sedikit pusing, karena masalah yang ia tak mengalaminya.
"ya, kalau loe sudah mengerahkan semua usaha, namun masih sama, jalan satu-satunya, adalah dengan pasrah seraya menunggu kebaikan hati gadis itu." ucap Ramon.
Rian hanya menghela nafas dan menganggukan kepala.
memang benar, apa yang di katakan Ramon. yang harus ia lwkukan hanya berdo'a.
BERSAMBUNG.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments