Malam ini adalah malam minggu. Dimana malam itu para muda-mudi saling membuat janji terhadap pasangannya masing-masing. Begitu juga dengan Royco dan Markisa, mereka sepakat untuk bertemu demi bisa merasakan maming bareng bersama.
Di sebuah taman kota yang letaknya tak jauh dari sekolahan. Tempat itu sudah menjadi surga para muda-mudi menikmati hanguot bersama teman ataupun pacar, di tempat itulah Royco dan juga Markisa berencana bertemu. terlihat Royco sedang duduk menyendiri sambil di temani segelas kopi yang di belinya dari pedagang yang ada di situ.
Sruuup ahhh...
Royco pun menyeruput kopi itu sedikit demi sedikit. Agar terlihat lebih sempurna, Royco pun menyalakan sebatang Rokok yang kemudian dihisapnya.
Bull bull bull...
Royco sengaja membuat asap bulat-bulat ke udara. Itu sebagai tanda gabutnya dalam menanti kehadarin Markisa.
"Kak Roy." Panggil Markisa yang masih sedikit jauh dari posisi Royco. Dia pun berlari kecil mengikis jarak antara mereka.
"Neng," sapa Royco dengan canggung.
"Kak, bisakah jangan panggil aku dengan kata itu lagi?" pinta Markisa, sambil menaruh bokong sintalnya dikursi taman.
"Loh, kenapa?" tanya Royco terheran.
"Nggak enak aja didengarnya, kupingku sampai sakit tahu mendengarnya."
"Terus, mau nya di panggil apa?"
"Gini aja Kak, aku kan memanggil kak Roy dengan sebutan Kakak. Bagaimana kalau Kak Roy panggil aku Ade saja? akan terasa nyaman ketika mendengarnya Kak," usul Markisa ceria.
"Siap Ade, ketemu gede." Royco sedikit mengeluarkan candaan kecilnya. Sementara Markisa mengerucutkan bibirnya.
"Biasa aja kali tuh bibir, nggak usah dimonyong-monyongin kaya gitu. Jelek tau," Royco dengan sengaja menaruh telapak tangannya, di bibir Markisa.
"Ihhh, Kakak. Bau rokok tau tangannya, dasar." Markisa mengacak-ngacak rambutnya Royco, sengaja membalas sikap jahilnya. Dan langsung berlari pergi menghindari balasan yang akan diberikan Royco.
"Awas kamu, De. Aku kejar kamu sampai dapat. Akan Kakak buat rambutmu berantakan, menyerupai rambutnya singa ngawung." Royco sengaja mengaung, menirukan gaya singa untuk mengejar Markisa.
"Coba saja kalau bisa Kak, ayo cepat. Kejar aku sampai dapat. Aku yakin Kak Roy nggak bisa ngejar aku," ucap Markisa dengan melambaikan tangan, dan berlari mundur.
Dengan penuh tawa keceriaan pada diri mereka, Royco dan juga Markisa terus berkejar-kejaran di tengah keramaian tempat itu. Mereka seakan tak memperdulikan orang-orang yang ada disitu.
"Dek, tunggu Kakak."
"Nggak mau, ayo terus Kak. Kejar aku, kejar aku sampai dapat." pintanya meledek dengan lidah itu menjulur keluar.
"Awas kamu Dek, berani yah kamu meledek Kakak?"
Tetiba Royco menghilang dari pandangan Markisa, sehingga membuatnya terhenti dan menoleh kesana kemari mencari-mencari keberadaan Royco.
"Kak, Kak. Kamu dimana? jangan coba-coba berbuat curang yah," pintanya seraya menengok kesana-kemari.
Namun pandangannya tak juga melihat orang yang dicarinya, sehingga Markisa pun terlihat sangat panik.
"Hayo loh, akhirnya kamu kena juga Dek. Sekarang tidak ada ampun lagi bagimu." Royco yang tetiba muncul dan langsung memeluk Markisa dari belakang. Sehingga membuatnya kaget, dan langsung meronta mencoba melepaskan pelukan itu.
"Ampun Kak, lepaskan aku." Pintanya tidak rela jika rambut hitam lurusnya, sampai dibuat berantakan oleh Royco.
"Nggak dek, Kakak nggak akan mengampunimu. Tadi kan, kamu mengacak-acak rambut Kakak. Sekarang, giliran Kakak yang akan mengacak-acak rambut kamu." ucapnya yang terus memeluk Markisa dari belakang.
Markisa terus meronta-ronta mencoba lepas dari pelukan Royco, berharap rambutnya tidak sampai diacak-acaknya.
Dengan terus memeluk markisa dari belakang, Royco lantas langsung membopong tubuh Markisa. Tak kuat karena Markisa terus meronta, membuat Royco kehilangan keseimbangannya. sehingga membuat mereka berdua pun terjatuh bersama-sama, dengan keadaan Markisa yang ada di atasnya Royco.
"Kak, aku sangat mencintaimu. Bolehkah bibir ini menyentuh bibirmu," Markisa menatap penuh harap kearah bibirnya Royco.
Gluk, Royco terlihat menaikan jakunnya, tak lama kemudian dia pun mengangguk iya Membiarkan bibirnya untuk disentuh.
Sambil memejamkan matanya, dan dengan berdebar-debar perasaan hatinya. Markisa mulai mendekatkan bibirnya itu, hingga menempel ke bibirnya Royco. Tak lama mereka pun saling balas cium, hingga lidahnya pun saling membelit satu sama lainya.
"Sudah Dek, nggak enak di lihat sama orang lain." pintanya seraya melepaskan pagutan itu.
Markisa menulikan telinganya, tak memperdulikan ucapan Royco. Dia terus menyosor dan memagut bibir yang masih ada di bawahnya, hingga Royco pun tak mampu lagi untuk menolak karena naluri nya sebagai laki-laki normal.
"Kak, bawa aku ke hotel. Sekarang aku lagi ingin mengulangi perbuatan itu bersama Kaka," Pinta Markisa dengan lirih.
"Tapi Dek, bagaimana dengan orang tua mu nanti? dia pasti mencari-cari mu." untuk sesaat Royco mengkhawatirkan tentang nasib Markisa.
"Nggak usah mikirin tentang orang tua ku Kak, biarkan saja dia mencari-cari ku. Dia nggak akan tau, kalau kita pergi menginap di hotel." Markisa tetiba acuh tidak perduli akan orang tuanya.
"Kenapa kamu berkata seperti itu Dek? dan kenapa kamu tiba-tiba ingin mengulangi perbuatan waktu di hotel kemarin?" tanya Royco bingung.
"Entah kenapa, tetiba aku mempunyai firasat aneh mengenai hubungan kita Kak. Aku merasa ini pertemuan terakhir kita Kak, jadi ku mohon. Turuti permintaan ku ini Kak." pintanya memelas seakan ingin memberikan kado perpisahan kepada Royco.
Royco terdiam terpaku tidak mengerti apa yang baru Markisa ucapkan kepada dirinya, mengenai pertemuan terakhir dengannya.
"Dek, kamu jangan berbicara seperti itu. Tidak baik jika kita mendahului takdir, yang baru Adek ucapkan itu. Seakan-akan Adek tau, tentang apa yang akan terjadi di hari esok." terangnya kepada Markisa, mencoba memberi pengertian.
"Kak, kumohon. Turuti saja permintaan ku ini, bawa aku pergi hotel. Dan nanti kita akan menghabiskan malam indah di sana," rengek Markisa seraya menarik-narik tangan Royco agar mau pergi membawanya ke tempat yang dia inginkan.
"Baiklah Dek, jika kamu bersi keras ingin pergi kesana. Sekarang juga Kakak akan membawa mu kesana," ucap Royco dengan sangat terpaksa menuruti keinginan Markisa.
"Pake helm nya, dan naiklah di atas motor Kakak." titah Royco.
Markisa pun turut dengan langsung memakai helm yang di berikan oleh Royco, setelah itu baru dia naik dan nangkring di atas motor itu. Terlihat tangan nya mengulur kedepan untuk mengeratkan peganganya dengan mendekap tubuh Royco dari belakang.
"Dek, kamu sudah siap?" tanya Royco dengan menoleh kebelakang.
Markisa hanya mengangguk iya untuk menjawab nya, karena pikiran nya sibuk dengan firasat jelek yang tiba-tiba menghampirinya.
"Semoga saja, apa yang aku takutkan tidak sampai terjadi. Dan semoga saja, firasat jelek ini tidak menandakan tentang apa-apa mengenai aku dan Kak, Royco." batinya yang tidak ingin terjadi apa-apa tentang kedekatan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Wong Benggoi
😍😍😍😚
2022-05-03
2
heru aprijadi
mancaap ka2, ksh lebih detail cerita asmaranya....
2022-05-02
2
Alzahrah Alzahrah
terus semangat kak
2022-05-01
2