BaB 17

Tanpa merasa lelah, Markisa terus mencabuti seluruh poster yang menempel di dinding. Hingga akhirnya, dirinya bertemu dengan Royco di lantai paling atas. Tanpa sengaja akan bersama-sama untuk mencabut poster yang terakhir.

Sehingga secara tak sengaja tangan Royco pun menyentuh tangan lembut Markisa, untuk sesaat mereka berdua langsung terdiam, saling pandang satu sama lainya.

Deg, debaran jantung Markisa sesaat berdetak lebih kencang dari biasanya, sehingga membuat aliran darahnya pun mengalir lebih deras, ingin sekali rasanya bisa bercinta dengannya lagi.

"Kak Royco, tetaplah seperti ini. Biarkan aku menatap mu sampai puas." Batinnya tidak mau melepaskan tangan Royco.

"Apa ini ? kenapa tetiba hati gue menjadi seperti ini ? apa gue sudah menyukai dia? nggak, ini nggak boleh terjadi. Markisa hanya pelampias kekesalan gue, dia dan juga ayahnya harus membayar penghinaan yang telah dilakukannya tempo hari." Batinya yang masih merasa sakit hati.

Tersadar Royco terlihat gugup, dan langsung mencoba melepaskan pegangan tangannya terhadap Markisa. Namun dengan sangat cepat Markisa langsung menahannya bahkan dengan sengaja menggengamnya semakin kuat.

"Kak, ku mohon. Jangan mencoba untuk menghindar lagi dari aku, aku sudah sangat tersiksa dengan itu. Biarkan aku merasakan cinta yang sesungguhnya dari Kakak, apa belum cukup? aku memberikan mahkota ku kepada Kakak waktu di hotel kemarin? sebagai bukti kalau aku begitu sangat mencintai Kakak," ucap Markisa dengan begitu tulus dari dalam lubuk hatinya.

Royco terdiam membisu tak mampu berkata apa-apa lagi, karena dengan sekejap ucapan Markisa menghilangkan segala alasan untuk bisa menghindarinya.

"Maaf Neng, bukan maksud saya menghindar dari Neng. Akhir-akhir ini saya selalu sibuk, tak mempunyai waktu untuk itu. Dan sekarang, Neng bisa lihat sendiri. Masalah yang sedang saya hadapi, masalah yang sangat besar Neng." ucap Royco mengelak lembut.

"Iya Kak, aku bisa mengerti. Tapi, bisakah sekali saja Kakak memberikan waktunya untuk ku? aku ingin bisa merasakan waktu berdua bersama kakak, aku ingin seperti orang-orang kak. Bisa jalan berdua dengan pasangannya, menikmati waktu malam mingguan meskipun cuma duduk-duduk saja di pinggir jalan. Itu juga sudah cukup membuat aku merasa sangat senang sekali Kak," ucap Markisa menjelaskan keinginan hatinya.

"Menikmati malam mingguan? baik, malam nanti kita jalan. Temui Saya di tempat biasa." ucap Royco tersenyum.

Sontak membuat Markisa sedikit terkejut, pipi nya pun terlihat merah merona. Hatinya pun langsung berbunga-bunga hingga tumbuh rasa bahagia yang amat teramat, pada saat OB yang dicintainya itu mau mengajaknya jalan.

"Apa benar, Kak. Malam nanti...? tanya Markisa senang.

Royco mengangguk iya, disertai senyum manisnya, sehingga Markisa pun langsung mendekat dan memeluk erat dirinya.

"Makasih Kak, aku sangat senang sekali mendengarnya. Akhirnya kakak bersedia dan mau jalan bareng dengan ku." Markisa yang begitu senangnya, sehingga dia pun semakin erat memeluk Royco. Meskipun agak terasa canggung bagi Royco, dia pun membalas pelukan erat Markisa.

Kejadian itu disaksikan dan didengar langsung oleh Adi Jaya Perkasa, orang yang begitu sangat mendamba Markisa. Dan sekaligus orang yang begitu sangat membenci OB Royco, karena dirinya melihat dengan matanya sendiri sang Mamah masuk ke dalam jerat hasrat terlarang nya.

"Awas kau OB, gue akan memberitahukan kelakuan lo kepada Markisa saat ini juga." Batinya merasa kesal sehingga dia pun langsung menghampiri Markisa dan juga Royco dengan berjalan cepat kearah nya.

"Iss," panggil Adi dengan tetiba, sehingga membuat Markisa kaget dan langsung melepaskan pelukannya terhadap Royco.

"I--iya, kenapa Di?" tanya Markisa dengan gugup.

"Kok, kamu bisa yah atuh hati sama seorang OB, sekaligus gigolo yang murahan ini? cih!" ucap Adi sinis, sambil melirik kearah Royco.

Plakk...

"Jaga yah mulut lancang kamu! jangan pernah sekali-kali lagi kamu merendahkan pacar saya dengan mengatakan hal buruk itu."

Tetiba Adi mendapatkan tamparan keras oleh tangan lembut Markisa, yang tidak terima kalau orang yang dicintainya itu dibilang gigolo. Royco yang ada di dekatnya terkejut, tidak menyangka Markisa sampai sebegitu membela dirinya

"Iss, coba kamu sadar. OB ini tak sebaik yang kamu kira, OB ini seorang gi--!" ucap Adi terputus. Karena dengan cepat langsung diserga oleh Markisa.

"Gigolo! itu 'kan maksud kamu? sudahlah, aku nggak percaya. Lebih baik, kamu lekas pergi dari sini! atau kalau enggak, pipi kamu yang satu lagi akan mendapat ciuman keras dari tanganku," Markisa mengancam.

"Awas yah, rencana kalian untuk pergi nanti malam. Saya akan beritahukan kepada ayah lo, Markisa," batin Adi sambil terus mengusap pipi bekas tamparan Markisa. Adi pun berlalu pergi dari hadapan Markisa dan juga Royco. Terlihat kekecewaan menemani langkah perginya Adi.

"Neng, makasih yah. Neng sudah mau membantu saya mencabut poster-poster itu tepat waktu, kalau nggak ada Neng. Mungkin poster yang begitu banyak ini, tidak mungkin bisa selesai saya hilangkan dari dinding sekolah. Dan yayasan tempat saya bernaung dalam mencari nafkah, bisa terkena masalah nantinya jika pihak sekolah sampai tahu tentang pencemaran nama baik terhadap saya ini. Sini Neng poster itu, biar langsung saya musnahkan, agar masalah ini biar cepat selesai," ucap Royco sambil meraih tumpukan poster dari tangan Markisa.

"Sama-sama, Kak. Ini semua sengaja aku lakukan demi kak Roy. Aku nggak mau kalau sampai kak Roy kehilangan pekerjaan gara-gara ini, sebab aku nggak bisa hidup jika sehari tak melihat Kakak. Oh iya kak, kira-kira siapa orang yang sudah melakukan hal ini terhadap Kakak? dan apa tujuannya orang itu melakukannya?" tanya Markisa sambil menyerahkan setumpuk poster itu kepada Royco.

"Entahlah Neng, saya tidak tahu siapa orang itu. Yang terpenting, secepat mungkin saya harus membakar poster-poster ini, agar pihak sekolah tidak tahu tentang berita miring ini" terang Royco.

Dalam lubuk hatinya Markisa ingin sekali bisa menanyakan langsung tentang berita miring itu kepada Royco, namun rasa cinta yang begitu sangat besar sehingga membuatnya enggan untuk menanyakan hal itu.

"Yasudah, bisa ngobrol lama dengan kak Roy saja. itupun aku sudah senang sekali, aku nggak mau menyinggung kak Roy dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan membuatnya tersinggung." batinya yang tidak ingin memperkeruh hati yang sedikit sudah mencair itu.

"Kak, aku masuk kelas dulu yah. Nanti malam jadi kan kita bertemu?" ucap Markisa mau lebih memperjelas perihal mamingnya.

"Jadi lah Neng, masa nggak. ya itung-itung sebagai rasa terima kasih saya kepada Neng, karena Neng sudah membantu saya." ucap Royco.

Markisa tersenyum manis mendengarnya, dan dia pun terlihat begitu sangat senangnya di pagi hari itu.

Terpopuler

Comments

Retno Diah Ningsih

Retno Diah Ningsih

panas mulu nih

2022-08-28

2

𝙳𝚆𝙸 SETYAHADI🌼

𝙳𝚆𝙸 SETYAHADI🌼

visual nya tor... Q kok jadi keppooo kek gmn OB nya😁

2022-08-27

0

Bagus Adi Nugroho

Bagus Adi Nugroho

*jatuh*

2022-06-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!