BaB 16

Pagi pukul 05.00, di sekolahan suasana terlihat begitu sangat sepi. Adi datang lebih awal untuk memasang gambar Royco di sertai tulisan 'AWAS ADA GIGOLO DI SEKOLAH INI' ke setiap sudut dinding sekolahan. Itu wujud rasa bencinnya Adi terhadap OB yang bernama Royco.

"*L*ihat, OB. Apa yang aku lakukan terhadap gambar mu ini, sebentar lagi namamu akan menjadi viral, tulisan ini akan membuatmu dikeluarkan dari pekerjaan sebagai OB di sini," Batin Adi menyeringai licik.

Adi pun menempelkan poster itu ke penjuru dinding sekolahannya, sebagai bomerang bagi Royco terima. Mulai dari ruangan kelas yang ada di lantai satu, hingga ruangan kelas yang ada di lantai atas. Semuanya penuh dengan gambar Royco dan tulisan yang menyebutkan, kalau Royco seorang gigolo.

Bahkan, sampai ruangan guru pun tak lepas dari gambar itu.

"Huuuft, selesai juga. Aku harus cepat pergi dari sini, sebelum ada orang yang mengetahuinya," gumam Adi berlalu pergi.

Adi dengan cepat langsung pergi setelah dirinya selesai memasang wajah Royco.

Beberapa menit kemudian..

Satu persatu OB mulai pada berdatangan. Medi selaku pemimpin dari para OB. Dibuat tercengang, disaat dirinya melihat gambar serta membaca tulisan yang ada di dekat gambar itu.

"Astaga, apa-apa ini? kenapa gambar Royco terpampang di dinding sekolahan? dan apa ini ... Royco seorang gigolo? memalukan sekali," gumam Medi yang langsung mengambil gambar itu, untuk mempertanyakannya kepada Royco.

Tak lama kemudian, datang seorang security ke ruangan para OB dengan wajah panik, bermaksud ingin menemui Medi.

"Ini apa-apaan, Pak Medi?" tanya sang security dengan tangan itu memperlihatkan satu poster Royco.

"Aku pun kurang paham, Pak. Nanti setelah Royco datang baru kita introgasi bersama," bingung Medi.

"Pagi, Pak." Sapa Royco terhadap atasan saat dirinya masuk ke ruangan. Rahangnya sudah mengeras marah karena sudah melihat poster sialan yang menjatuhkan harga dirinya.

"Pagi." Jawab Medi ketus dan langsung terbangun dari duduknya dan pergi menghampiri Royco yang masih berdiri di ambang pintu.

"Apa-apaan ini, Roy?" tanya Medi. Tangannya menyodorkan poster itu kepada Royco. Royco pun sesaat melirik poster tersebut, lalu meraihnya dan meremasnya langsung.

"Aku pun tidak tahu-menahu, Pak! ini fitnah!" tegas Royco membela diri.

"Saya tidak mau tahu, sebelum pihak sekolah melihat tulisan tak senonoh itu, kamu sudah harus membersihkannya. Kamu harus tahu Roy! karena gambar dan tulisan mengenai diri kamu itu. Yayasan kita saat ini juga bisa langsung digantikan dengan yayasan lain, maka dari itu saya tekankan sama kamu. Secepat mungkin kamu sudah harus membersihkannya, kalau enggak dengan sangat menyesal pagi ini juga, saya akan mengeluarkan kamu dari pekerjaan ini. Kamu mengerti?!" tanya Medi tegas.

Royco mengangguk iya, dan langsung berlalu pergi. Terselip di dalam hatinya beberapa pertanyaan, tentang siapa orang yang telah melakukan perbuatan itu. Sehingga saat itu juga membuat harga dirinya langsung jatuh.

Disisi lain murid-murid pun sudah mulai nampak pada berdatangan, terlihat Markisa berjalan beriringan ditemani Leci menuju kelasnya.

Leci terheran saat matanya tak sengaja, melihat sebuah poster yang menempel di dinding sekolahan. Diraihnya poster itu dengan tangannya kemudian langsung melihat gambar, serta membaca tulisannya.

"Astaga Iss, coba lo lihat gambar ini. Lo pasti tidak percaya melihatnya," ucap Leci dengan menyodorkan poster itu kepada Markisa. Markisa pun langsung meraihnya, kemudian melihatnya.

Perasaan kaget dan serta tidak menyangka langsung menghampiri Markisa, setelah dirinya melihat gambar, serta membaca tulisan yang ada di poster itu. Kalau Royco, OB yang sangat dia cintai itu adalah seorang gigolo.

"Tidak mungkin Ci, ini sungguh tidak mungkin. nggak mungkin kalau kak, Royco ku seorang gigolo. Aku tidak percaya Ci, ini fitnah. Ini fitnah untuk menjatuhkan harga dirinya," ucap Markisa tidak percaya.

"Mungkin saja itu benar Iss. So... secara dengan tiba-tiba saja dia bisa mempunyai sebuah motor sport baru, bahkan motornya terlihat sangat mahal. Sangat mustahil untuk seorang OB bisa membeli motor semahal itu, coba lo pikir saja Iss. Motor itu darimana? kalau bukan dari hasil dia menjual dirinya kepada tante-tante kesepian."

Plaakk...

"Cukup! Lo jangan pernah lagi-lagi menghina kak Roy di depan mata dan telinga gue. Atau tamparan barusan terjadi lagi di pipi lo, paham?!"

Markisa menampar Leci amat keras, dia tidak suka mendengar laki-laki pujaan hatinya di rendahkan. Pokoknya, Roy itu maha benar di matanya. Titik! mindsetnya tidak akan berubah walaupun seribu fitnaan yang menerpa Royco.

"E--lo sampai hati menampar gue Iss? gue ini teman elo Iss, teman yang selalu ada untuk elo. Teman yang selalu menjadi sandaran lo, saat ingin berbagi beban kesedihan. Kini gara-gara gue sedikit salah ngomong tentang OB itu, elo sampai tega menampar pipih gue. Baiklah, Iss. Mulai detik ini juga, hubungan pertemanan kita putus. Anggap saja, Lo nggak pernah mempunyai teman yang bernama Leci lagi," ucap Leci dengan mata berkaca-kaca dan langsung berlalu pergi meninggalkan Markisa.

"Ci, tunggu dulu! Gue nggak maksud nampar elo. Maafkan gue, Ci." Markisa mengejar lari Leci, menarik lengan sahabatnya hingga terhenti lagi.

"Lepas!" bentak Leci. Markisa menulikan telinganya.

"Gue minta maaf, Ci. Sumpah demi apapun juga, kalau gue kagak sadar menampar lo. Gue mohon maafkan gue," rengek Markisa.

Kini Leci yang menulikan telinganya, tak mau mendengar apapun penjelasan dari mulut Markisa. Dia sudah terlanjur sakit hati dengan tamparan keras yang baru diberikan Markisa kepadanya.

"Lepas!" bentak Leci, dengan menghempaskan tangannya dan berlari pergi meninggalkan Markisa.

Markisa hanya terdiam dan mematung melihat Leci pergi, kini untuk sesaat penyesalan menghampirinya. Terlihat di sudut mata Markisa butiran air memaksa keluar tak sanggup untuk di tahan nya, sadar akan kesalahan yang baru di perbuatnya terhadap Leci.

"Sudahlah, yang terpenting sekarang gue harus membantu, kak Roy. Untuk menyingkirkan semua poster-poster itu. Kalau tidak, nanti kak Roy bisa terkena masalah, dan terancam di keluarin dari pekerjaannya sebagai OB di sekolahan ini. Dan nanti gue nggak bisa bertemu dengannya lagi," gumam Markisa dengan mengusap air mata di pipinya.

Demi bisa membantu nama baik orang yang di cintai nya, satu persatu Markisa mulai mencabut poster yang menempel di dinding. Berharap dengan itu pihak sekolah tak sampai melihat poster-poster itu, sehingga membuat laki-laki yang dia cintai akan terbebas dari masalahnya.

Tindakan yang dilakukan oleh Markisa itu, banyak sekali menuai pertanyaan dari para murid-murid yang lain.

"Iss, ngapain sih elo? ngebantu OB itu mencabut poster-posternya?"

Markisa tidak memperdulikan pertanyaan-pertanyaan dari para teman-temanya. Dia terus saja mencopot poster itu.

Aneh... Lirih demi lirih ungkapan itu terlontar untuk Markisa dari para siswa-siswi.

Terpopuler

Comments

Alzahrah Alzahrah

Alzahrah Alzahrah

semangat kak

2022-05-01

3

Yofie Ferianto

Yofie Ferianto

next tor

2022-04-29

3

Selly Citra kirana dewi

Selly Citra kirana dewi

next thor

2022-04-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!